1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. Golongan kacang panjang ini merupakan tanaman perdu semusim yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat juga sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C dan mineral. Bijinya banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. yang merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup potensial (Rahayu, 2007). Selain dapat digunakan sebagai sumber pangan, tanaman kacang panjang juga dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena akar-akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang mampu mengikat Nitrogen (N2) dari udara (Haryanto, 2007). Tanaman kacang panjang berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi usaha tani, karena selain mudah dibudidayakan, harga pasarnya juga cukup tinggi. Produksi kacang panjang di Indonesia cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Produksi pada tahun 2009 mencapai 483.793 ton dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 489.449 ton. Pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 456.254 ton atau terjadi penurunan sebesar ±35% (BPS, 2012). Salah satu kendala dalam usaha meningkatkan produksi kacang panjang adalah adanya gangguan hama dan penyakit tanaman, khususnya dari golongan virus. Virus yang menginfeksi kacang panjang adalah virus mosaik yang mampu menyebabkan kerugian sebesar 65.87% (Kuswanto et al.2007) selain itu Bean 1
2 common mosaik virus (BCMV) dilaporkan sebagai salah satu penyebab mosaik kacang panjang yang menginfeksi secara tunggal ataupun bersama Cucumber mosaik virus (CMV) (Damayanti et al. 2009).Gejala infeksi BCMV pada tanaman kacang panjang berupa daun berwarna kuning terang, penebalan pada tulang daun, dan permukaan daun tidak rata akibat pertumbuhan urat daun tidak sebanding dengan pertumbuhan helaian daun (Zheng et al. 2002). Gejala infeksi BCMV yang lain berupa mosaik berupa lepuhan, pola warna kuning dan hijau pada daun, malformasi daun, daun menggulung, tanaman menjadi kerdil, dan polong serta biji yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman sehat (Morales dan Castano 1987; Flores-Estévez et al. 2003; Udayashankar et al. 2010). Tanaman yang terinfeksi virus pada umur tanaman yang berbeda akan menunjukkan respons yang berbeda. Semakin muda tanaman diinfeksi virus, insidensi penyakit semakin tinggi, periode inkubasi menjadi lebih singkat, dan distirbusi virus semakin cepat (Akhtar et al. 2004; Mandal et al. 2007). Bean common mosaik virus (BCMV) merupakan virus yang tergolong kedalam genus potyvirus (400-800 nm)yang mempunyai kisaran inang yang cukup luas, dapat ditularkan oleh kutudaun secara non persisten (Suticet al.1999), Beberapa jenis serangga yang bertindak sebagai vektor adalah M. persicae, A. craccivora, A.fabae, A.gossypii dan A.medicaginis (Bock & Conti, 1974; Atiri & Xhottappilly, 1984; Brunt, 1994a). Aphis merupakan genus yang menularkan lebih dari 160 virus yang berbeda. Virus yang ditularkan oleh Aphis kebanyakan menyebabkan penyakit dengan gejala mosaik (Shukla et al. 1994). BCMV tersebar ke berbagai tempat di dunia juga melalui penularan benih dari tanaman
3 terinfeksi (Ndiaye et al.1993). Virus ini dapat ditularkan secara mekanis melalui cairan perasan daun tanaman sakit (Atiri and Thottappilly, 1984; Hampton et al., 1997). Virus maupun vektornya mempunyai beberapa jenis inang salah satunya adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni tumbuh pada areal pertanaman.gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya.gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologi,habitatdan bentuk pertumbuhanya (Gupta,1984). Menurut Sutidjo (1981) ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah beradaptasi dan memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Karena gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya. Oleh sebab itu keberadaan gulma pada pertanaman budidaya khususnya di pertanaman kacang panjang harus diwaspadai. Beberapa jenis gulma yang dapat menjadi inang alternatif BCMVantara lain Daturastramonium, Datura metal, Triathemapentandra, Portulaca oleracea, serta Cyperus rotundus (Iqbal et al.2011). Menurut Harris dan Maramorosch (1982), tidak setiap tanaman inang berpotensi menjadi sumber inokulum bagi tanaman lain. Faktor yang mempengaruhi adalah hubungan antara vektor dengan tanaman dan ada tidaknya antiviral pada tanaman yang berperan sebagai sumber inokulum (Smith, 1972). Informasi tentang sumber inokulum virus pada kelompok gulma yang pada umumnya tumbuh di sekitar pertanaman kacang
4 panjang masih terbatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini ditelusuri apakah virus ini dapat ditularkan melalui cairan perasan tanaman sakit (penularan mekanis) dan ataukah melalui serangga vektor. Beberapa jenis gulma yang ditemukan di sekitar pertanaman kacang panjang mempunyai kemungkinan sebagai inang alternatif. Dengan mendeteksi keberadaan virus pada gulma-gulma yang memperlihatkan atau tidak memperlihatkan gejala akan memberikan informasi yang tepat mengenai tanaman inang alternatif yang mampu berperan sebagai sumber inokulum. Di samping itu juga akan dilakukan deteksi dengan metode serologi, dengan teknik ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) yang menguji tentang reaksi spesifik antara antigen dan antiserum. Selain itu juga dilakukan Uji Molekuler dengan teknik Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah gulma dapat menjadi sumber inokulum Bean common mosaik virus (BCMV) pada tanaman kacang panjang dan jenis gulma apa saja yang dapat menjadi sumber inokulum Bean common mosaik virus (BCMV) pada tanaman kacang panjang? 2. Apakah Bean common mosaik virus (BCMV) dapat ditularkan secara mekanis dari beberapa gulma ke kacang panjang?
5 1.3 Tujuan 1. Mengetahui bahwa beberapa jenis gulma yang mampu menjadi sumber inokulum Bean common mosaik virus (BCMV) pada tanaman kacang panjang dan mengetahui deskripsi jenis gulma yang mampu menjadi sumber inokulum Bean common mosaik virus (BCMV) pada kacang panjang. 2. Mengetahui Bean common mosaik virus (BCMV) dapat ditularkan secara mekanis dari beberapa gulma ke kacang panjang. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar acuan untuk mempelajari biologi virus untuk merancang strategi pengendalian penyakit virus pada tanaman kacang panjang dan dapat memberikan informasi kepada petani mengenai jenis gulma yang menjadi sumber inokulum virus pada tanaman kacang panjang khususnya di daerah Bali.