BAB II Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA PEMATANG SIANTAR. karena dikeliling oleh kabupaten Simalungun yang merupakan salah satu

BAB I KONDISI GEOGRAFIS DAN KEADAAN IKLIM KondisiGeografis

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 1981 (35/1981)

Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:

3. Interpretasi : yaitu tahap penafsiran atau menganalisa data data yang diperoleh

BAB II BERDIRINYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS HKBP NOMENSEN DI PEMATANG SIANTAR

BAB III KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelam

PROFIL KOTA PEMATANGSIANTAR

PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

PERAMALAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010 DENGAN METODE PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL TUGAS AKHIR LEONARDO DAFINSI S

BAB X DATA MAKRO DOKUMEN PERENCANAAN Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun

JADWAL PELAKSANAAN REMBUG WARGA, MUSRENBANG KELURAHAN, KECAMATAN DAN KOTA SERTA TAHAPAN PENETAPAN RKPD 2019 KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2018

PERAMALAN JUMLAH BERAS YANG DIBUTUHKAN PENDUDUK DAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR TAHUN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB II PROFIL KOTA PEMATANGSIANTAR, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KOTA PEMATANGSIANTAR: MEMBANGUN PLTA DI KOTA PEMATANGSIANTAR UNTUK MENDUKUNG PERGERAKAN RODA PEREKONOMIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

Presiden Republik Indonesia,

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumateta Utara yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat.

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

Melayu Dan Batak Dalam Strategi Kolonial. Written by Thursday, 22 July :51

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan sebuah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1986

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar 2.1 Letak Geografis Dilihat dari letak geografisnya Pematangsiantar sebagai Kotamadya tingkat II terletak di 3.01-2.54, 40 Lintang Utara dan 99.06, 23-99.01.10 Bujur timur. Dengan ketinggihan 400 Mdpl Kota Pematangsiantar memiliki topografi daerah yang berbukit-bukit rendah. Hal tersebut menjadikan sebagian jalan-jalan di kota ini berkarakter naik turun. Keadaan topografi inilah yang menjadi faktor utama becak-becak di kota ini menggunakan motor-motor bercc besar sebagai penghelanya. Selain itu di kota ini juga terdapat beberapa sungai yang biasa dimanfaatkan warga untuk mengaliri sawah, tambak ataupun drainase alamiah. Sungai-sungai ini juga digunakan sebagai batas alamiah untuk wilayah kelurahan maupun kecamtan. Sungaisungai tersebut antara lain Sungai Bah Bolon, Bah Silobang, Bah Kaitan, Bah Kora, Bah Si Batu-batu, Bah Silulu, Bah Sibarmbang, Bah Kahean, Bah Kandang, Bah Bane, Bah Kapul, dan Bah Sorma. 7 7 Pematangsiantar dalam Angka 1994 BPS Kota Pematangsiantar.

2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Pematangsiantar Sebelum kemerdekaan Indonesia, wilayah Kota Pematangsiantar merupakan pusat salah satu kerajaan etnis simalungun yang bernama Kerajaan Siantar dengan Raja terakhirnya yang bernama Sang Nawaluh Damanik (1906). 8 Raja ini berkedudukan di Pulau Holing 9 dengan daerah kekuasaan meliputi: 1. Pulau Holing yang kemudian menjadi Kampung Pematang. 2. Siantar Bayu menjadi Pusat Kota. 3. Suhi Haluan menjadi Kampung Sipinggol-pinggol. 4. Suhi Kahean menjadi Kampung Melayu, Martoba, Bane, Sukadame. 5. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Karo, Kristen, Pantoan, Tomuan, Toba dan Martimbang. Dengan sikap non kooperatif dari Raja Siantar kepada Belanda beliau akhirnya di buang secara politis ke daerah Bengkalis pada tahun 1906. Hal ini berdampak pada berakhirnya kekuasaan Raja di Siantar dan beralih ke Hegemoni Belanda, ini ditunjukan dengan berpindahnya Controleur Belanda dari Perdagangan ke Siantar pada Tahun 1907. Dengan kondisi yang telah berubah tersebut pada tahun 1910 Belanda membentuk Badan Persiapan Kota Pematangsiantar, dan pada tahun 1912 menempatkan seorang asisten residen di kota ini. 10 Berdasarkan Staat Balt no. 285 tahun 1917 kota Pematangsiantar berubah status menjadi Gemeente yang 8 Ibid,. hal. 3. 9 Sekarang sisa-sisa istana kerajaan ini dapat dilihat di Jl.Pematang. 10 Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnissintas Batak Melayu di Sumatera Timur Laut, diterjemahkan oleh Saraswati Wardhany, Jakarta : KPG, 2010, hal. 221.

memiliki wilayah otonomi sendiri. Perubahan status dan perkembangan wilayah Siantar menarik kedatangan para perantau Etnis Tionghoa dan Mandailing. Selain itu arus migrasi ini juga di pelancar dengan selesainya pembangunan Jalan Sibolga- Parapat-Pematangsiantar-Medan pada tahun 1929. 11 Etnis Tionghoa banyak menempati daerah Siantar Bayu yang merupakan pusat kota dan Etnis Mandailing banyak mendiami wilayah Timbang Galung dan Kampung Melayu. Melihat perkembangan ini pihak Belanda kemudian menaikan status Kota Pematangsiantar menjadi Gemeente yang memiliki dewan kota berdasarkan Staat Blat no.717 tahun 1939. Dewan kota ini diberi nama Gemeente Raad yang berarti Dewan Perwakilan Kota Besar. Dimasa Jepang status kota berubah menjadi Siantar State dan Dewan kota dihapuskan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Pematangsiantar kembali memiliki otonomi. Dimana pada tahun 1948 berdasarkan UU No.2/1948 status gemeente berubah menjadi Ibu Kota Kabupaten Simalungun dengan Bupati Simalungun merangkap sebagai walikota. Kemudian berdasarkan UU No. 1/1957 kota ini berubah status menjadi Kota Praja penuh dengan pemerintahan tersendiri dan terlepas dari Kabupaten Simalungun yang di kepalai seorang walikota, dan dibagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Barat. Dimana setiap Kecamatan membawahi beberapa Kelurahan (kampung) dengan pembagian sebagai berikut : 1. Kecamatan Siantar Timur : 11 Ibid., hal. l41.

a. Kampung Kota b. Kampung Tomuan c. Kampung Suka Dame d. Kampung Kristen Barat e. Kampung Kristen Timur 2. Kecamatan Siantar Barat a. Kampung Timbang Galung Lama b. Kampung Timbang Galung Baru c. Kampung Melayu d. Kampung Aek Nauli e. Kampung Bantan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 maka pada tanggal 17 maret 1982 dan diresmikan oleh Gebernur Sumatera Utara, Kotamadya Pematangsiantar dengan luas wilayah 1.248 Ha dibagi menjadi Empat Kecamatan sebagai berikut : 1. Kecamatan Siantar Barat dengan Ibukotanya Timbang Galung 2. Kecamatan Siantar Timur dengan Ibukotanya Tomuan 3. Kecamatan Siantar Utara dengan Ibukotanya Sukadame 4. Kecamtan Siantar Selatan dengan Ibukotanya Kristen

Dengan melihat perkembangan kota Pematangsiantar yang cukup pesat, Pemerintah Pusat pun kembali memperluas daerah kota Pematangsiantar dengan menambah sembilan desa dari wilayah administratif Kabupaten Simalungun yaitu Desa Nagahuta, Desa Siopat Suhu, Desa Martoba, Desa Bah Kapul, Desa Pematang Marihat, Desa Sukaraja, Desa Baringin Pansur Nauli, Desa Simarimbun, Desa Tambun Nabolon. Untuk memperkuat hal tersebut dikelurakanlah Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 12, yang membagi kota Pematangsiantar menjadi enam wilayah kecamatan : 1. Kecamatan Siantar Martoba, yang terdiri dari : a. Desa Bah Kapul. b. Desa Martoba. c. Desa Tambun Nabolon. 2. Kecamatan Siantar Marihat, yang terdiri dari : a. Kelurahan Suka Maju. b. Kelurahan Perdamean : 1. Desa Nagahuta. 2. Desa Baringin Pansur Nauli. 3. Desa Pematang Marihat. 4. Desa Simarimbun. 12 www.djpp.depkumham.go.id Lemabaran negara Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamdya Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun, diakses 11 November 2012

3. Kecamatan Siantar Utara, yang terdiri dari : a. Kelurahan Bane. b. Kelurahan Sigulangulang. c. Kelurahan Kahean. d. Kelurahan Sukadame. e. Kelurahan Baru. f. Kelurahan Melayu. g. Kelurahan Martoba. 4. Kecamatan Siantar Timur, yang terdiri dari : a. Kelurahan Asuhan. b. Kelurahan Tomuan. c. Kelurahan Kebon Sayur. d. Kelurahan Pahlawan. e. Kelurahan Pardomuan. f. Kelurahan Merdeka. g. Kelurahan Siopat Suhu. 5. Kecamatan Siantar Selatan, yang terdiri dari : a. Kelurahan Aek Nauli. b. Kelurahan Martimbang. c. Kelurahan Kristen. d. Kelurahan Toba. e. Kelurahan Karo. f. Kelurahan Simalungun.

6. Kecamatan Siantar Barat, yang terdiri dari : a. Kelurahan Bantan. b. Kelurahan Banjar. c. Kelurahan Proklamasi. d. Kelurahan Dwikora. e. Kelurahan Teladan. f. Kelurahan Sipinggol-pinggol. f. Kelurahan Simarito. g. Kelurahan Timbang Galung. Dengan ibukota kecamatan sebagai berikut : 1. Kecamatan Siantar Martoba berkedudukan di Kelurahan Martoba. 2. Kecamatan Siantar Marihat berkedudukan di Kelurahan Marihat. 3. Kecamatan Siantar Utara berkedudukan di Kelurahan Sukadame. 4. Kecamatan Siantar Timur berkedudukan di Kelurahan Tomuan. 5. Kecamatan Siantar Selatan berkedudukan di Kelurahan Kristen, dan 6. Kecamatan Siantar Barat berkedudukan di Kelurahan Timbang Galung. Dengan pembagian wilayah ini Kotamadya Pematangsiantar memiliki luas yang pada sebelumnya 1.248 Ha menjadi 7.997 Ha dengan batas wilayah administratif sebagai berikut : - Sebelah Utara dibatasi oleh sungai Bahapal dan Desa Sinaksak. - Sebelah Selatan dibatasi oleh desa-desa Marihat Baris, Silampuyang dan Bah Sampuran.

- Sebelah Timur dibatasi oleh Desa-desa Karangsari, Rambung Merah, dan Bah Sampuran. - Sebelah Barat dibatasi oleh Desa-desa Talun Kondot, Negeri Bosar, Sumpang Panel, dan Siborna. 2.2 Keadaan Penduduk Kotamadya Pematangsiantar sebagai kota kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Medan, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebagai kota yang memenuhi kebutuhan bagi kawasan Hiterlandnya Pematangsiantar mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini dipicu masuknya urbanisasi penduduk dari wilayah-wilayah kabupaten Simalungun. Selain itu faktor perluasan wilayah dan peningkatan fasilitas publik menjadi salah satu faktor bertambahnya penduduk Kota berhawa sejuk ini. Tabe. I. Komposisi Penduduk Siantar No TAHUN JUMLAH PENDUDUK Luas Wilayah 01 1960 114.900 1.248 02 1970 129.200 1.248 03 1980 219.316 1.248 04 1990 227.234 7.997 05 2000 240.787 7.997 06 2006 247.837 7.997 Sumber: Kantor Badan Statistik Kotamadya Pematangsiantar.

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bertambahnya penduduk Pematangsiantar. Dimana pada tahun 1960 dengan luas wilayah 1.248 Km² jumlah penduduk yaitu 114.900 jiwa, mengalami peningatan hampir 50% di tahun 2006 yang mencapai 247.837 jiwa dengan luas wilayah 7.997 Km². Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini jugalah yang melatarbelakangi pemerintah pusat memperluas wilayah administratif Pematangsiantar di tahun 1986 dari 1.248 Km² menjadi 7.997 Km². Sebagai kota yang mengalami pertumbuhan menjadikan kota itu beralih fungsi sebagai pusat pendidikan, industri, pemerintahan, pelayan jasa dan distribusi serta pengembangan wilayah. Dengan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, peran transportasi tentunya mengambil posisi yang cukup penting bagi kemajuan kota ini. Becak sebagai salah satu moda transportasi yang terdapat di kota ini dan mulai muncul pada tahun 1960 secara tidak langsung juga memberikan peran yang cukup tinggi bagi perkembangan Kota yang berhawa sejuk ini. Seiring perjalanan waktu becak di Kota Pematangsiantar tidak hanya menjadi alat transportasi namun juga menjadi transportasi unik yang tidak dimiliki kota-kota lain di Indonesia.