BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial, spektral dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003). Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaan jauh. Penginderaan Jauh atau Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena tersebut. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik optic, elektrooptik, optic-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya. Citra Satelit hasil dari pemotretan/perekaman alat sensor yang dipasang pada wahan satelit ruang angkasa dengan ketinggian lebih dari 400 km dari permukaan bumi. Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi spasialnya, kemampuan sensor dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut dengan resolusi 1
spasial. Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : 1. Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m (Citra satelit Landsat). 2. Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10m (Citra satelit SPOT) 3. Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m (Citra satelit Ikonos dan Quickbird) Citra satelit terbentuk dari serangkaian matrik elemen gambar yang disebut dengan piksel. Piksel merupakan unit terkecil dari sebuah citra, piksel sebuah citra pada umumnya berbentuk segiempat dan mewakili suatu area tertentu pada citra.jika sebuah sensor memiliki resolusi spasial 20 meter dan citra dari sensor tersebut menampilkan secara penuh, maka masing-masing piksel akan mewakili area seluas 20 x 20 meter. Citra yang menampilkan area dengan cakupan yang luas biasanya memiliki resolusi spasial yang rendah. Citra yang dipakai dalam membuat peta alih fungsi lahan adalah citra yang beresolusi tinggi, dan yang dipakai adalah citra Quickbird dan karakteristik Quickbird adalah merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada tanggal 18 Oktober 2001 di California, U.S.A. dan mulai memproduksi data pada bulan Mei 2002. Satelit Quickbirdberesolusi spasial hingga 60 sentimeter untuk mode pankromatik dan 2,4 meter untuk moda multispectral. Citra Quickbird beresolusi spasial paling tinggi dibandingkan citra satelit komersil lainnya. Posisi orbitnya rendah, 400 600 km diatas Bumi. Interpretasi Visual adalah teknik interpretasi visual (manual) citra satelit yang merupakan adaptasi dari teknik interpretasi foto udara. Citra satelit yang dimaksudkan disini adalah citra satelit pada saluran tampak dan perluasannya. Adaptasi teknik ini bisa dilakukan karena baik citra satelit tesebut dan foto udara, sama-sama merupakan rekaman nilai pantulan dari obyek. Namun karena perbedaan karakteristik spasial dan spektralnya, maka tidak keseluruhan kunci interpretasi dalam 2
teknik interpretasi visual ini bisa digunakan. Kelebihan dari teknik interpretasi visual ini dibandingkan dengan interpretasi otomatis adalah dasar interpretasi tidak sematamata kepada nilai kecerahan, tetapi konteks keruangan pada daerah yang dikaji juga ikut dipertimbangkan. Interpretasi manual ini peranan interpreter dalam mengontrol hasil klasifikasi menjadi sangat dominan, sehingga hasil klasifikasi yang diperoleh relatif lebih masuk akal. Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan tersebut dikarenakan pemanfaatan lahan untuk kepentingan hidup manusia. Kebutuhan akan lahan non pertanian cenderung terus mengalami peningkatan, seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia, maka penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan (Iqbal dan Sumaryanto, 2007). Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Tingginya alih fungsi lahan di wilayah DIY, seperti di Kabupaten Bantul dan Sleman akan berdampak pada keberlangsungan penghasilan masyarakat sekitar. Saat ini pembangunan perumahan memang marak terjadi, hal tersebut disebabkan lokasinya dekat dengan Kota Yogyakarta sehingga menjadi daya tarik untuk membangun perumahan di sana. Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Sleman merupakan kawasan budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan yang cukup tinggi dengan didukung irigasi teknis pada sebagian besar areal persawahan yang ada. Selain itu, perubahan penggunaan lahan ini juga dapat disebabkan oleh mobilitas penduduk yang semakin tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya kebutuhan tempat tinggal. Sehingga berdampak pada peralihan penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan lahan bangunan berupa permukiman yang semakin berkembang disekitar daerah pinggiran kota. Hal demikian terjadi karena pada daerah 3
ini keterjangkauan dan aksesibilitas pada daerah pinggiran kota sudah cukup memadai, sehingga penduduk yang tinggal di daerah ini dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mudah. Oleh karena itu diperlukan suatu pemantauan terhadap penggunaan lahan, agar jika terjadi perubahan penggunaan lahan dapat diperoleh informasi yang up to date. Pemantauan perubahan penggunaan lahan ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemantauan perubahan penggunaan lahan secara langsung dapat dilakukan dengan cara terjun ke lapangan, sedangkan untuk pemantauan perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui citra satelit dengan teknologi penginderaan jauh. Teknologi ini sangat bermanfaat pada sektor pemetaan dan informasi spasial. Sebagai dasar ilmu dari suatu teknologi pemetaan dan bermanfaat dalam penyelesaian setiap masalahmasalah yang saling berhubungan dengan informasi spasial. Lillesand dan Kiefer, 1979 dalam buku penginderaan Jauh karangan Sutanto yang menyatakan bahwa Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi mengenai objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa melakukan kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985). Pengertian lain tentang Penginderaan Jauh yang juga dinyatakan oleh Lindgren, 1985 dalam buku Penginderaan Jauh karangan Sutanto menyatakan bahwa Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi, dan Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985). Dari beberapa pengertian yang disampaikan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi mengenai objek yang dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut sensor 4
(alat peraba), tanpa melakukan kontak langsung dengan objek di lapangan. Dengan kata lain dapat juga dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan bantuan peralatan tertentu, yang kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Meskipun teknologi penginderaan jauh di Indonesia masih tergolong baru, tetapi pemanfaatan dari teknologi ini di Indonesia sudah cukup pesat. Informasi yang diperoleh dari pemanfaatan penginderaan jauh antara lain untuk mengetahui penggunaan lahan, perencanaan tata ruang wilayah, keberadaan sumber daya alam baik yang berada di laut maupun di darat ataupun dimanfaatkan untuk memprediksi cuaca. Penggunaan data penginderaan jauh memiliki resolusi spasial tinggi seperti citra Satelit Quickbird dapat membantu pemecahan masalah penggunaan lahan, serta mengetahui berapa luas tutupan lahan pada wilayah perkotaan. Permasalahan yang terjadi pada saat ini adalah Bagaimana mengolah Citra QuickBird untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah perkotaan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama Citra Quickbird memudahkan dalam pengkajian dan monitoring perubahan penggunaan lahan. QuickBird telah dimanfaatkan untuk menyusun peta penggunaan lahan yang paling up to date. Karena QuickBird memiliki keunggulan mampu menyajikan data dengan resolusi hingga 61 cm, maka perkembangan wilayah kota tersebut dapat dikendalikan sesuai dengan orientasi perencanaan pembangunan kota agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. 1.2 Rumusan Masalah Pemilihan Kecamatan Umbulharjo sebagai daerah kajian penelitian dikarenakan pada wilayah ini banyak berkembang lahan non-pertanian berupa bangunan. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Umbulharjo yang memiliki lokasi 5
yang strategis karena letaknya berdekatan dengan kota, serta memiliki aksesibilitas yang cukup mudah sehingga banyak menjadi incaran para pengembang perumahan maupun industri. Selain itu juga karena kepengurusan perizinan yang mudah dari pemerintah Kota Yogyakarta maupun pemerintah setempat, sehingga muncul banyak perumahan maupun industri di Kecamatan Umbulharjo. Pemanfaatan data spasial penginderaan jauh akan sangat membantu dalam pemantauan perubahan penggunaan lahan di wilayah ini, karena perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan bangunan cukup pesat di Kecamatan Umbulharjo. Penggunaan data penginderaan jauh ini dirasa lebih efektif karena dapat membantu sebelum melakukan uji terrestrial. Perubahan penggunaan lahan ini dapat berdampak terhadap kehidupan masyarakat disekitar daerah pengembangan baik dampak positif maupun negatif. Dari sisi ekonomi menjadikan munculnya usaha- usaha baru sehingga terdapat lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Selain itu harga lahan yang mulanya tidak subur atau tandus di wilayah ini mulai merangkak naik sehingga mulai bermunculan sarana prasarana yang lebih memadai seperti jalan pedesaan yang mulai di aspal. Tetapi dampak negatif dari terjadinya pengembangan wilayah ini adalah berkurangnya lahan pertanian baik sawah, ladang ataupun kebun karena berubah menjadi lahan bangunan. Dari berbagai permasalahan yang terjadi diatas tersebut, dapat dirumuskan menjadi seperti berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo? 2. Jenis penggunaan lahan apa saja yang banyak bermunculan di wilayah Kecamatan Umbulharjo? 6
1.3 Tujuan Penelitian 1. Memanfaatkan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk mengetahui jenis penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo pada tahun 2009 dan tahun 2013 melalui pengolahan Citra Quickbird 2. Mengetahui sebaran perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 3. Memetakan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo tahun 2013 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Pemanfaatan data penginderaan jauh dalam melakukan pemantauan serta up dating informasi perubahan penggunaan lahan melalui pengolahan citra satelit dengan memanfaatkan sistem informasi geografi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi perubahan penggunaan lahan yang up to date di wilayah Kecamatan Umbulharjo. 2. Memberikan informasi sebaran titik lokasi lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Umbulharjo. 7