BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. transaksi ekonomi terus mengalami perkembangan dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB 2 TINJAUAN TENTANG PASAR

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB II TINJAUAN AREA STUDI

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Yogyakarta terletak antara 110⁰ ⁰28 53 bujur Timur

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

IV. GAMBARAN UMUMKOTA YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. maka penulis membuat alur pemikiran penelitian yang diambil dan sedikit

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan multinasional

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dibawah ini adalah peta prakiraan cuaca di Indonesia pada awal musim

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harmonis dapat diwujudkan tanpa mengurangi nilai estetika dan terutama

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32,5 km 2. Terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 79 TAHUN 2010 TENTANG PEMBATASAN USAHA WARALABA MINIMARKET DI KOTA YOGYAKARTA

PEDOMAN WAWANCARA I. : Yulia Rustiyaningsih, S.IP. MPA. : Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Mergangsan adalah sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB III TINJAUAN LOKASI GALLERI FOTO DI YOGYAKARTA

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI SKPD TAHUN ANGGARAN 2013

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang berpenduduk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar (teknologi pangan, pembangunan, dan lain-lain) sampai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB III TINJAUAN KAWASAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

UKDW. Pengertian Rusunawa Apartemen sejahtera Bentuk bangunan rusunawa Rusunawa Juminahan Konstruksi bangunan Rusunawa Sanitasi bangunan rusunawa

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di DIY, sedangkan 4 daerah tingkat II lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 110 o 28 I 53 II Bujur Timur dan 7 o 15 I 24 II sampai 7 o 49 I 26 II Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut yang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Batas utara : Kabupaten Sleman Batas selatan : Kabupaten Bantul Batas Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman Batas Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman 2. Pembagian Administratif Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah tinggkat II yang memiliki luas wilayah tersempit dibanding daerah tingkat II lainya,sebesar 32,5 Km²

2 berarti hanya memiliki luas 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY. Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT.Berikut adalah daftar kecamatan di Yogyakarta : 1. Kecamatan Mentirejon 2. Kecamatan Kotagede 3. Kecamatan Gondomanan 4. Kecamatan Jetis 5. Kecamatan Kraton 6. Kecamatan Gondokusuman 7. Kecamatan Ngampilan 8. Kecamatan Tegalrejo 9. Kecamatan Mergangsang 10. Kecamatan Danurejan 11. Kecamatan Wirobrajan 12. Kecamatan Umbulharjo 13. Kecamatan Pakualaman

3 14. Kecamatan Godongtengen 3. Malioboro a. Sejarah Malioboro Dalam bahasa Sansekerta, kata malioboro bermakna karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan). Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan malioboro ditata sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor s Residence (1830), Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan antara orang

4 belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina. Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan (pasca- 1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan.jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda,

5 Perdana Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi. Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul MALIOBORO untuk buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro menjadi panggung bagi para seniman jalanan dengan pusatnya gedung Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung Senisono ditutup. b. Kawasan Malioboro Kawasan Malioboro terletak di Jl. Malioboro, Kota Yogyakarta, DIY, Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro pada awal abad 19, tujuannya adalah sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian pada masa itu. Ada beberapa kawasan yang dibanun di kawasan malioboro, diantaranya pasar Bringharjo, Benteng Vredeburg, Hotel Inna Garuda, yang digunakan sebagai pusat segala kegiatan pada masa kerajaan itu. Hingga saat ini Malioboro masih menjadi icon terkenal dari DIY. Malioboro merupakan salah satu Objek Wisata yang ada di DIY khususnya wisata belanja. Mulai dari belanja tradisonal hingga modern.

6 Sebagai wisata belanja tradisonal berarti proses jual beli yang berlangsung secara tradisional, ada proses tawar menawar antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional berkawasan di pasar Bringharjo maupun kawasan sekitar malioboro. Selain itu malioboro juga menawarkan wisata belanja Modern yang dapat dijumpai di pertokoan sepanjang jalan malioboro, pusat-pusat perbelanjaan, seperti Malioboro Mall, Ramai Mall, Swalayan Progo, Ramayana dsb. Karena letak malioboro yang berada di tengah pusat Kota Yogyakarta, maka akses untuk menuju kesana sangat mudah. Banyak angkutan umum yang dapat dengan mudah ditemukan seperti transjogja, taxi, ojek, becak dll. Selain itu pendatang dari luar kota dapat menggunakan kereta api sebagai alat transportasi karena letak malioboro yang berdekatan dengan stasiun tugu. Selain kemudahan akomodasi kawasan malioboro juga sudah dilengakapi berbagai fasilitas, banyak hotel di sekitar malioboro seperti Inna Garuda, Ramayana, Ibis Styles. Dalam kawasan Malioboro sendiri terdapat fasilitas yang memudahkan pengujung seperti tempat ibadah, fasilitas parkir yang luas bagi pengunjung dan juga fasilitas ATM yang membantu mempermudah pengunjung dalam berwisata belanja. B. Gambaran Umum Subyek Penelitian

7 Pada penelitian ini yang dijadikan populasi yaitu pengunjung pusat perbelanjaan yang berada di lingkungan Malioboro, terdiri dari pengunjung Malioboro Mall, Progo Swalayan, Ramai Mall, dan Ramayana. Dari populasi tersebut diambil sebanyak 100 sampel yang dijadikan responden sesuai dengan perhitungan yang sudah peneliti lakukan. Dari 100 responden tersebut memiliki karakteristik masing-masing, yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin menggunakan kuisioner, maka didapatkan 43% responden berjenis kelamin laki-laki dan 57% responden berjenis kelamin perempuan. Atau dapat dikatakan dari 100 responden sebanyak 43 responden berjenis kelamin laki-laki dan 57 responden berjenis kelamin perempuan. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

8 Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur menggunakan kuisioner, maka didapatkan 51% berusia 17-29tahun 31% berusia 30-40 tahun dan 18% berusia diatas 40 tahun. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 51 responden memiliki usia antara 17-29 tahun, 31 responden memiliki usia antara 30-40 tahun dan 18 responden memiliki usia lebih dari 40 tahun 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 38% berpendidikan SMA, 8% berpendidkan Diploma, 50% berpendidikan S1 dan 4% berpendidkan S2. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 38 responden

9 berpendidikan SMA, 8 responden berpendidkan diploma, 50 responden berpendidikan S1 dan 4 responden berpendidikan S2 4. Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Gambar 4.4 Karakteritik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 20% pelajar/mahasiswa, 39% swasta, 9% wiraswasta, 24% PNS 7% ibu rumah tangga, 1% lainnya/ memiliki pekerjaan selain yang disebutkan. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 20 responden berprofesi sebagai pelajar/ mahasiswa atau dapat dikatakan belum bekerja, 39 responden bekerja Swasta, 9 responden bekerja Wiraswasta, 24 responden bekerja sebagai PNS, 7 responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, dan 1 responden tidak termasuk dalam kategori diatas. 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

10 Gambar 4.5 Karakteritik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan menggunakan kuisioner, maka didapatkan 26% tidak/belum berpendapatan, 3% berpendapatan <500 ribu, 4% berpendapatan 500ribu- 1 juta, 32% berpendapatan 1-3 juta, 13% berpendapatan 3-5juta, dan 22% berpendapatan >5juta. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 26 responden belum berpenghasilan, 3 responden berpendapatan kurang dari Rp.500.000,-,4 responden berpendapatan antara Rp.500.000,- hingga Rp. I juta, 32 responden berpendapatan Rp.1 juta hingga Rp. 3 juta, 13 responden berpendapatan Rp. 3juta hingga Rp 5 juta, dan sebanyak 22 responden berpendapatan lebih dari Rp.5 juta. 6. Karekteritik Responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan Kartu APMK Gambar 4.6 Karakteristik responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan Kartu APMK

11 menggunakan kuisioner, maka didapatkan 42% Sering Menggunakan, 42% Tidak Terlalu Sering Menggunkan dan 16% Tidak Pernah Menggunakan. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 42 responden sering menggunakan kartu elektronik sebagai alat transaksi non tunai, 42 responden tidak terlalu sering menggunakan kartu elektronik sebagai alat transaksi non tunai dan 16 responden tidak pernah menggunakan kartu elektronik sebagai alat transaksi non tunai. 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Kartu Gambar 4.7 Karakteristik responden Berdasarkan Lama Penggunaan APMK menggunakan kuisioner, maka didapatkan 31% sudah menggunakan atau memiliki kartu elektronik sejak 1-3 tahun, 12% sudah menggunakan atau memiliki kartu elektronik sejak 3-5 tahun dan 57% sudah menggunakan

12 atau memiliki kartu elektronik lebih dari 5 tahun. Dapat dikatakan bahwa dari 100 responden sebanyak 31 responden sudah menggunakan atau memiliki kartu elektronik sejak 1-3 tahun, 12 responden sudah menggunakan atau memiliki kartu elektronik sejak 3-5 tahun dan 5 responden sudah menggunakan atau memiliki kartu elektronik lebih dari 5 tahun.