BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Profitabilitas, Penghargaan, dan Tipe Kepemilikan Bank Umum Syariah Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting

Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Bank Umum Syariah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berfokus pada tujuan komersil saja, melainkan juga harus

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate

BAB I PENDAHULUAN. maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara sukarela.

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

sebagai Bank Umum Syariah (BUS) pertama di Indonesia (Rustam, 2013: 21). periode hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 1999 didirikan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan diharapkan peduli pada kepentingan stakeholder dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan (Subramanyam & John J.Wild, 2010). Pihak yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori utama (grand theory) yang mendasari penelitian ini adalah agency

BAB I PENDAHULUAN. istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Salemba Empat, h BPS.go.id.diaksespada12/19/2016/11:39. 2 m.republika.co.id/diaksespada12/19/2016 pukul12:45

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelola Perusahaan atau Corporate Governance. Banyak perusahaan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan akan komunitas lokal yang ada disekitarnya (stakeholder).

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai principal (Hendriksen dan Van Breda dalam Aziz, 2014). Agency. perusahaan (Ferial dan Handayani, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi perokonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. baik buruknya kinerja keuangan. Untuk mengetahui baik buruknya kinerja keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan. berkumpulnya semua faktor produksi yang memiliki tujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. tempat berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat/ investor/pemegang saham) dan agent (manajer perusahaan atau pihak yang menerima mandat/ manajemen) yang dilandasi dari adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi (Jensen and Meckling, 1976). Teori keagenan memaparkan bahwa manajer perusahaan dengan profit yang lebih tinggi kemungkinan akan melakukan pengungkapan yang lebih luas dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, seperti promosi jabatan dan kompensasi. Sebaliknya, apabila profit perusahaan menurun, manajer akan cenderung mengurangi informasi yang diungkapkan dengan tujuan untuk menyembunyikan alasan-alasan mengapa profit perusahaan mengalami penurunan (Inchausti, 1997). 2.1.2. Teori Legitimasi Dalam teori ini, perusahaan akan melakukan aktivitas CSR disebabkan adanya tekanan sosial, politik dan ekonomi dari luar perusahaan. Sehingga perusahaan akan menyeimbangkan tuntutan tersebut dengan melakukan apa yang diinginkan oleh masyarakat dan apa yang diharuskan oleh peraturan. Teori ini mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak 12

13 sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat. Atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2000). Sebuah perusahaan melegitimasi keberadaannya dalam masyarakat jika operasi dan kegiatannya terlihat mengikuti norma-norma yang disetujui oleh masyarakat. Jika suatu perusahaan dipandang tidak mengikuti norma-norma sosial yang diharapkan dalam operasinya, maka akan ada kesenjangan legitimasi antara operasi perusahaan dan harapan masyarakat. Dalam hal CSR, perusahaan bisa melegitimasi operasi mereka dengan memiliki praktik CSR yang baik. Salah satu cara untuk menggambarkan praktik CSR yang baik adalah dengan mendapat penghargaan atas praktik CSR. Jika suatu perusahaan mendapat penghargaan atas praktik CSR yang baik, maka kesenjangan legitimasi antara perusahaan dan masyarakat akan sangat kecil, dan perusahaan lebih bersedia untuk menjadi lebih transparan. Oleh karena itu, dimasukkannya variabel penghargaan ini secara tidak langsung bisa menjadi proxy untuk faktor legitimasi (Anas et al., 2015). 2.1.3. Teori Stakeholder Teori stakeholder secara luas didefinisikan sebagai setiap kelompok atau individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh operasi dan kegiatan perusahaan (Freeman, 1984). Eden dan Ackerman (1998) menyatakan bahwa stakeholder yaitu hanya orang atau kelompok yang memiliki kekuatan untuk secara langsung memengaruhi masa depan organisasi, dengan tidak adanya kekuatan itu mereka tidak dianggap sebagai stakeholder.

14 Freeman dan Reed (1983) membedakan tiga sumber daya potensial yang tersedia bagi para stakeholder: kekuatan suara, kekuatan politik dan kekuatan ekonomi. Stakeholder yang memiliki hak suara seperti pemegang saham memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh langsung pada sebuah organisasi melalui hak suara yang diberikan kepada mereka dengan adanya saham perusahaan. Dengan demikian, hak suara pemegang saham memberikan kesempatan untuk mengekspresikan setuju atau tidaknya mereka tentang perubahan strategis dari strategi organisasi (Greenwood dan Buren 2010), khususnya tentang keputusan pelaksanaan program CSR. 2.1.4. Ukuran Perusahaan Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam perusahaan tersebut semakin banyak (Siregar dan Utama, 2005). Perusahaan yang lebih besar adalah perusahaan yang memiliki sumber daya lebih banyak daripada perusahaan yang lebih kecil, sehingga perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam (Othman et al., 2009). 2.1.5. Islamic Social Reporting (ISR) Islamic Social Reporting (ISR) adalah kerangka konseptual pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip Islam (Haniffa, 2002). ISR dapat membantu stakeholder muslim dalam memberikan penilaian terhadap sebuah perusahaan terkait tanggung jawab sosial yang telah dilakukan perusahaan,

15 dan juga untuk membantu perusahaan dalam melakukan pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat. Haniffa (2002) mengemukakan bahwa terdapat keterbatasan dalam pelaporan sosial konvensional karena hanya berfokus pada aspek material dan moral, sehingga mengusulkan kerangka konseptual pelaporan pertanggungjawaban sosial yang ditambahkan aspek spiritual sebagai fokus utama pelaporan. Pengungkapan ISR dapat diidentifikasi dengan menggunakan indeks ISR. Sejalan dengan penelitian Putri (2014), indeks ISR yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haniffa (2002), Haniffa dan Hudaib (2007) dan Othman et al. (2009). Ada 6 tema pengungkapan Indeks ISR dalam penelitian ini, yaitu Tema Keuangan, Tema Produk, Tema Sumber Daya Manusia, Tema Sosial, Tema Lingkungan, dan Tema Tata Kelola Perusahaan. Masing-masing tema pengungkapan dijabarkan lagi melalui item yang lebih rinci. Penjelasan mengenai tema-tema pengungkapan tersebut sebagai berikut: a. Tema Keuangan Tema pertama adalah mengenai keuangan. Item yang termasuk dalam tema keuangan antara lain pengungkapan informasi bahwa aktivitas bank syariah terbebas dari unsur riba dan gharar yang diharamkan secara prinsip Islam, informasi mengenai zakat yang disalurkan oleh bank syariah, dan informasi mengenai kebijakan bank syariah dalam menangani nasabah yang terlambat dalam melakukan pembayaran piutang.

16 b. Tema Produk Tema kedua pada indeks ISR yaitu mengenai produk bank syariah. Item yang seharusnya diungkapkan pada tema ini antara lain status kesesuaian dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), pengungkapan terhadap komplain atau keluhan nasabah serta penanganannya, juga pelayanan dan survei konsumen. c. Tema Sumber Daya Manusia Pada tema ini, Haniffa (2002) memaparkan bahwa masyarakat Islam ingin mengetahui apakah karyawan-karyawan perusahaan telah diperlakukan secara adil dan wajar melalui informasi-infromasi yang diungkapkan. Item yang diidentifikasi meliputi karakteristik pekerjaan, gaji, jam kerja, hari libur, pendidikan dan pelatihan, persamaan kesempatan, kebijakan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan dari kelompok khusus, dan yang terpenting yaitu mengenai faktor spiritual di kalangan karyawan, seperti kegiatan keagamaan, kebebasan menjalankan ibadah serta tempat ibadah yang memadai. d. Tema Sosial Tema sosial merupakan tema yang sangat erat hubungannya dengan konsep tanggung jawab sosial. Item-tem pengungkapan sosial pada indeks ini merupakan kegiatan sosial yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam seperti sadaqah, waqaf, qardhul hassan, sukarelawan dari pihak karyawan, pemberian beasiswa, dan kegiatan amal lainnya. Selain itu juga terdapat item penguungkapan mengenai peran bank syariah sendiri

17 sebagai salah satu sarana menyebarkan informasi mengenai ekonomi Islam, juga kegiatan lainnya guna membantu pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. e. Tema Lingkungan Haniffa (2002) menegaskan bahwa penting bagi seluruh makhluk hidup untuk melindungi lingkungan sekitarnya. Item yang diungkapan dalam tema lingkungan ini antara lain: penggunaan sumber daya alam, konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, juga kebijakan perusahaan terkait lingkungan. f. Tata Kelola Perusahaan Tema terakhir dalam indeks ini yaitu tema tata kelola perusahaan. Item yang diungkapan dalam tema ini antara lain mengenai profil dan kinerja jajaran dewan, yaitu dewan komisaris, dewan direksi, dan dewan pengawas syariah, juga mengenai penerapan kepatuhan terhadap syariah, pengungkapan transaksi non-halal, permasalahan hukum yang dihadapi dan kebijakan bank syariah mengenai anti korupsi dan anti pencucian uang. 2.2. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: 2.2.1. Profitabilitas Profitabilitas dapat diproksikan dengan Return on Asset (ROA), ROA adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan

18 rata-rata aset. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Khairunnisa, 2010). Menurut Watts dan Zimmerman (1986), perusahaan dengan profit yang lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan intervensi kebijakan, termasuk dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2013), Raditya (2012) dan Othman et al. (2009) menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara ROA terhadap pengungkapan ISR. Berdasarkan teori keagenan dan penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini memperkirakan bahwa dengan ROA yang semakin besar, semakin baik pula pengungkapan ISR perbankan syariah, sehingga rumusan hipotesisnya sebagai berikut: H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR 2.2.2. Penghargaan Penghargaan dapat diidentifikasi dengan jumlah penghargaan CSR yang diterima selama satu tahun. Haniffa dan Cooke (2005) melakukan survei kuesioner untuk memeriksa sikap perusahaan listed di Malaysia terhadap praktek pengungkapan CSR, hasilnya menunjukkan bahwa salah salah satu motivasi perusahaan adalah untuk mendapatkan penghargaan CSR. Dalam penelitian lain, Boesso dan Kumar (2007) menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel penghargaan dengan tingkat praktik pengungkapan sukarela. Hasil penelitian Anas et al. (2015) menunjukkan bahwa variabel penghargaan memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap tingkat keluasan dan kualitas praktek pengungkapan CSR. Berdasarkan teori legitimasi dan

19 penelitian terdahulu tersebut, rumusan hipotesis untuk variabel penghargaan sebagai berikut: H2: Penghargaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR 2.2.3. Tipe kepemilikan Peneliti memilih teori stakeholder sebagai landasan teori untuk menjelaskan bagaimana kekuatan suara pemegang saham memainkan peran penentu dalam menetapkan tingkat ISR pada BUS di Indonesia. Berikut ini adalah rumusan hipotesis terkait kekuatan suara pemegang saham: 2.2.3.1. Kepemilikan Pemerintah Perusahaan milik pemerintah cenderung sensitif secara politik karena kegiatan mereka lebih terlihat di mata publik dan ada harapan kuat bagi perusahaan tersebut untuk menjadi sadar akan kewajiban publik mereka (Ghazali, 2007). Menurut Muttakin dan Subramaniam (2015) kegiatan CSR idealnya bisa mencerminkan bagaimana entitas pemerintah bersedia untuk melayani kepentingan bisnis dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kepemilikan pemerintah cenderung menghasilkan tekanan bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi tambahan karena pemerintah sebagai badan yang dipercaya oleh masyarakat harus memenuhi harapan publik para stakeholder. Penelitian yang dilakukan oleh Muttakin dan Subramaniam (2015) di India menunjukkan bahwa kepemilikan pemerintah berhubungan positif dengan luasnya pengungkapan CSR. Hasil penelitian Ghazali (2007) di Malaysia menunjukkan bahwa perusahaan milik pemerintah mengungkapkan informasi lebih banyak

20 tentang CSR di dalam laporan tahunannya. Berdasarkan uraian di atas, rumusan hipotesis untuk kepemilikan pemerintah sebagai berikut: H3: Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR 2.2.3.2. Kepemilikan Keluarga Kepemilikan saham keluarga didefinisikan sebagai orang-orang di mana pendiri atau anggota keluarganya baik secara darah atau perkawinan adalah pejabat, direktur, atau investor dengan posisi kepemilikan signifikan dalam saham umum perusahaan (Villalonga dan Amit, 2006). Menurut Demsetz (1983) para peneliti yang mendukung gagasan bahwa bisnis keluarga kurang efisien pada kenyataannya bahwa pemegang saham keluarga berusaha untuk meningkatkan kekayaan individu mereka. Menurut Lahouel et al. (2014) tujuan utama dari pemegang saham keluarga adalah keberlanjutan bisnis mereka dan memelihara reputasi pribadi mereka, pemegang saham keluarga harus mementingkan prinsip-prinsip triple bottom line yang mengakui bahwa kinerja keseluruhan perusahaan terdiri dari kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lahouel et al. (2014) tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja CSR. Hasil penelitian laguir dan elbaz (2014) menunjukkan bahwa perusahaan keluarga yang dikelola oleh direktur eksternal menunjukkan kinerja CSR yang lebih baik daripada yang dikelola oleh direktur anggota keluarga, dan secara statistik terdapat hubungan yang negatif antara keterlibatan keluarga dengan kinerja CSR. Berdasarkan

21 penjelasan tersebut, rumusan hipotesis untuk kepemilikan keluarga sebagai berikut: H4: Kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengungkapan ISR 2.2.3.3. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing yang lebih besar umumnya menunjukkan pengaruh kuat dari praktek asing (Oh, Chang, dan Martynov 2011), sekaligus pemisahan fungsi yang lebih besar antara pemilik dan manajemen karena adanya jarak geografis (Schipper, 1981, Haniffa dan Cooke, 2005). Hal ini juga menjadi argumen bahwa pemegang saham asing cenderung menuntut tingkat pengungkapan yang lebih tinggi dari manajemen perusahaan karena pemisahan geografis (Bradbury, 1991). Menurut Muttakin dan Subramaniam (2015) pemilik asing juga cenderung lebih sadar dan peka terhadap meningkatnya harapan agar perusahaan bertanggung jawab secara sosial dalam komunitas global yang lebih luas. Temuan empiris oleh Haniffa dan Cooke (2005), Khan, Muttakin, dan Siddiqui (2013), dan Muttakin dan Subramaniam (2015) memberikan dukungan untuk hubungan positif antara kepemilikan asing dan pengungkapan CSR. Berdasarkan penjelasan tersebut, rumusan hipotesis untuk kepemilikan asing sebagai berikut: H5: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR 2.2.3.4. Kepemilikan Institusi Investor institusional mencerminkan modal yang dimiliki oleh investor non-individu seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan

22 investasi swasta dan pihak ketiga lainnya yang memegang dan menginvestasikan dana untuk kepentingan klien mereka (Johnson dan Greening, 1999). Menurut Graves dan Waddock (1994) investor institusi menghindari risiko dan akan menampilkan sikap yang menguntungkan terhadap penyertaan modal pada perusahaan dengan cara terlibat dalam kegiatan CSR karena keyakinan mereka bahwa kinerja CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan mengurangi risiko. Menurut Lahouel et al. (2014) investor institusional dianggap sebagai investor yang rasional yang ingin mengurangi risiko inheren atas investasi mereka dan untuk meningkatkan keamanan serta keberlanjutan portofolio mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Greening (1999), dan Lahouel et al. (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh terhadap kinerja CSR. Berdasarkan penjelasan tersebut, rumusan hipotesis untuk kepemilikan institusi sebagai berikut: H6: Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR 2.2.4. Ukuran perusahaan Perusahaan yang lebih besar adalah perusahaan yang memiliki sumber daya lebih banyak daripada perusahaan yang lebih kecil, sehingga perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam (Othman et al., 2009). Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Othman et al. (2009), Raditya (2012), Lestari (2013), dan Putri (2014) membuktikan bahwa ukuran perusahaan

23 memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ISR. Penelitian tentang variabel ini secara konsisten memiliki pengaruh positif, sehingga dalam penelitian ini ukuran perusahaan dijadikan sebagai variabel kontrol.