CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Koefesien Kappa sebagai Indeks Kesepakatan Hasil Diognosis Mikroskopis Malaria di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

ARTIKEL. Reni Herman,* Endah Ariyanti,* Ervi Salwati,* Delima,* Emiliana Tjitra*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Daftar Pustaka. Arubusman M., Evaluasi Hasil Guna Kombinasi. Artesunate-Amodiakuin dan Primakuin pada Pengobatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

Indonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

STUDI KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA DI PULAU SUMBA TAHUN 2009

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN DIAGNOSIS MALARIA DI PUSKESMAS KABUPATEN BELU NUSA TENGGARA TIMUR

ABSTRAK. PENGARUH SARI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT JANTAN STRAIN BALB/c YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

UJI RELIABILITAS DIAGNOSIS MIKROSKOPIS MALARIA TENAGA LABORATORIUM PUSKESMAS DI DAERAH ENDEMIK KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Jurnal Riset Kesehatan

, No.1858 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

Lambok Siahaan* Titik Yuniarti**

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI MALARIA DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM PANGLIMA SEBAYA TANAH GROGOT KALIMANTAN TIMUR PERIODE

.,j*'!/<l/l,c :. &/'cp~:,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

DISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

HUBUNGAN KEPADATAN PARASIT DENGAN MANIFESTASI KLINIS PADA MALARIA Plasmodium FALCIPARUM DAN Plasmodium VIVAX

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BUPATI POLEWALI MANDAR

KESESUAIAN GEJALA KLINIS MALARIA DENGAN PARASITEMIA POSITIF DI WILAYAH PUSKESMAS WAIRASA KABUPATEN SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

Gambaran prevalensi malaria pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke Papua

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

AKURASI DAN PRESISI HASIL ANALISIS KADAR PROTEIN TERLARUT IKAN TUNA OLEH MAHASISWA JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

repository.unimus.ac.id

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

POPPY SISKA ISABELLA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI. Staf Dinas Kesehatan Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

SPIRAKEL - Sarana Penyebaran Informasi Hasil Kegiatan Litbang P2B2 Vol. 8 No.1 Juni 2016 INDEKS SUBJEK

Transkripsi:

ARTIKEL CEK SILANG MIKROSKOPIS SEDIAAN DARAH MALARIA PADA MONITORING PENGOBATAN DIHIDROARTEMISININ-PIPERAKUIN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI Endah Ariyanti,* Riyanti E, Budi Prasetyorini, Aisyah, Khairiri, Syahrial Harun, Sarwo Handayani, Emiliana Tjitra *Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Email: endah6881@gmail.com CROSS-CHECKING MALARIA SMEARS IN MONITORING DYHYDROARTEMISININ- PIPERAKUIN IN KALIMANTAN AND SULAWESI Abstract Quality assurance of malaria microscopy is an important issue in health service and health research for a better case management. In monitoring Dyhydroartemisinin-Piperaquine, quality assurance was a part of this research activities at sentinel sites in Kalimantan and Sulawesi. This activity was carried out to confirmed diagnosis of malaria cases that could be analysed, and to evaluate the skill of microscopists to be improved in the future. Quality assurance was assessed based on the results of cross-checking malaria smears which done blindly by certified microscopist from Laboratory of Parasitology,National Institute of Health Research and Development, The quality of smears were mostly good, however the error rate was still high (10.9%). Therefore, a better and continuing planning and strategiy is needed to improve and mantain the quality of skill microscopists. Keywords: malaria; microscopic, Dyhydroartemisinin-Piperaquine Abstrak Pemantapan kualitas mikroskopis malaria merupakan isue penting dalam pelayanan dan penelitian kesehatan untuk penanganan kasus yang lebih baik. Pada monitoring pengobatan Dihidroartemisinin- Piperakuin, pemantapan kualitas merupakan bagian dari kegiatan penelitian tersebut di lokasi sentinel (Kalimantan dan Sulawesi). Pemantapan dilakukan untuk mendapatkan kepastian diagnosis kasus malaria yang dapat dianalisis, dan sebagai evaluasi ketrampilan mikroskopis untuk perbaikan dan peningkatan di masa datang. Pemantapan kualitas dinilai berdasarkan hasil cek silang sediaan darah malaria secara blinded yang dilakukan oleh mikroskopis tersertifikasi dari Laboratorium Parasitologi Badan Litbang Kesehatan. Hasil cek silang menunjukkan kualitas sediaan darah sebagian besar sudah baik meskipun untuk error rate masih tinggi mencapai 10,9%. Oleh sebab itu dibutuhkan rencana dan strategi yang baik dan berkelanjutan untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas tenaga mikroskopis malaria yang handal. Keywords: malaria; mikroskopis; Dihidroartemisinin-Piperakuin Submit: 5 Juli 2011, Review 1: 28 september 2011, Review 2: 28 September 2011, Eligible article: 30 Desember 2011 167 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012

Pendahuluan M alaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. 1 Diagnosis penyakit malaria ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis malaria dapat dilakukan melalui beberapa metode antara lain secara mikroskopis, Rapid Diagnosis Test, Elisa, dan Polymerase Chain Reaction (PCR). 1 Standar emas (Gold Standar) pemeriksaan malaria sampai saat ini masih dilakukan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis. 1 Untuk memperbaiki pelayanan kesehatan dan ketepatan diagnosis mikroskopis malaria, pemantapan kualitas sangat diperlukan agar dapat menyediakan kualitas diagnostik mikroskopis yang terstandar. Ketepatan yang tinggi merupakan salah satu prasyarat utama dalam rangka memperoleh hasil pembacaan yang sesuai dengan standar World Health Organization (WHO). 2 Kemampuan mikroskopis di setiap daerah saat ini beragam yang disebabkan beberapa hal antara lain, dasar pendidikan yang berbeda, pelatihan dan penyegaran mikroskopis yang kurang dari mikroskopis di tingkat atasnya, kurang melakukan pemeriksaan karena rendahnya kasus malaria di daerahnya, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya perawatan peralatan yang digunakan, dan penyimpangan SOP (Standard Operational Procedure). 3 Pemantapan kualitas ini dilakukan untuk memantau dan meningkatkan kemampuan laboratorium terutama untuk diagnosis malaria sehingga dapat menyediakan pelayanan yang efektif dan akurat secara terus-menerus. 4 Pada monitoring pengobatan Dihidroartemisinin-Piperakuin di Sulawesi dan Kalimantan, cek silang dilakukan sebagai salah satu bagian dari pemantapan kualitas di laboratorium lokasi sentinel penelitian. Lokasi sentinel disini merupakan lokasi penelitian yang telah ditentukan karena adanya kejadian atau tanda penting suatu penyakit yaitu malaria yang sedang dalam upaya preventif atau pengobatan untuk melakukan perbaikan. 5 Penelitian ini dilakukan untuk memantapkan tenaga mikro-skopis di karena dimungkinkan adanya penyimpangan cara kerja yang dapat mem-pengaruhi hasil mikroskopis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi seluruh hasil pemeriksaan sediaan darah malaria penelitian yang diperiksa oleh mikroskopis dengan menghitung nilai akurasi spesies dan error rate. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian monitoring Dihidroarte-misinin- Piperakuin di lokasi sentinel Kalimantan dan Sulawesi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 - Januari 2011. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Badan Litbangkes oleh tenaga mikroskopis yang ahli dan tersertifikasi sebanyak 4 orang dan hasil pembacaan dari keempatnya telah dilakukan kesepakatan sebelum dilaporkan hasil akhirnya. Sampel yang dikumpulkan dari empat provinsi lokasi penelitian berupa sediaan darah tebal dan tipis yang dibuat duplo dari H-0 sampai dengan H-42 atau H- kambuh/gagal obat (10 kali pengambilan). Lokasi penelitian meliputi delapan yaitu Toluaan dan Tambelang (Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara), Baluase dan Banpres (Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah), Kasongan dan Tumbang Samba (Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah), Toho dan Anjungan (Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat). Sampel yang telah dibaca oleh mikroskopis kemudian dibawa ke Laboratorium Badan Litbangkes oleh para peneliti Badan Litbangkes pada saat melakukan supervisi. Penilaian awal dilakukan terhadap kualitas sediaan yang diterima oleh Badan Litbangkes sebelum dilakukan pembacaan mikroskopis. Kualitas sediaan darah yang baik adalah yang sesuai dengan standar pembuatan sediaan darah Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu kebersihan sediaan darah, volume darah, bentuk sediaan darah tebal dan tipis, dan metode pewarnaan. 6 Cek silang yang dilakukan secara blinded tanpa mengetahui hasil pembacaan dari mikroskopis yang meliputi identifikasi jenis spesies, stadium dan jumlah kepadatan parasit malaria. Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam log book berdasarkan lokasi sentinel dan dilaporkan ke koordinator penelitian invivo untuk tiap provinsi. Hasil pemeriksaan spesies secara mikroskopis yang dilakukan oleh mikroskopis Badan Litbangkes selanjutnya dikonfirmasi spesiesnya dengan pemeriksaan PCR. Analisis data (error rate) dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Badan Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012 168

Litbangkes dibandingkan dengan hasil pemeriksaan dari. Error Rate= Jumlah kesalahan pembacaan X 100% Jumlah sediaan yang dibaca Hasil Jumlah sediaan darah malaria yang diterima dari keempat provinsi sebanyak 2211 dari 229 subyek penelitian. Jumlah subyek penelitian dari Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 158 subyek (69%), dari Provinsi Sulawesi Tengah 40 subyek (17,5%), Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 22 subyek (10%), dan dari Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 9 subyek (3,5%). Hasil penilaian kualitas sediaan darah malaria pada H-0 yang diterima Laboratorium Parasitologi Badan Litbangkes dilihat pada Tabel 1. Hasil penilaian kualitas sediaan darah pada tabel 1 tidak dapat dijumlahkan karena penilaian kriteria yang berbeda dari sampel yang sama. Kriteria-kriteria sediaan berkualitas baik diantaranya bila latar belakang pandangan di mikroskop terlihat jernih, setiap lapang pandang mikroskop terdapat 10-20 leukosit, warna-warna merah, ungu, biru,/abu-abu dan hitam harus kontras sehingga mudah dibedakan. Bila sediaan darah diletakkan diatas koran, huruf-huruf di koran terbaca dengan mudah. 6 Sebanyak 229 sediaan darah malaria pada H- 0 yang diperiksa oleh Laboratorium Parasitologi Badan Litbang Kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 yang dibedakan berdasarkan spesiesnya. Hasil pemeriksaan Laboratorium Badan Litbangkes untuk spesies P. vivax dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 1. Hasil Penilaian Kualitas Sediaan Darah Malaria pada H-0 Kriteria Penilaian Baik Kurang Baik Sediaan darah tipis 194 (85%) 35 (15%) Sediaan darah tebal 208 (90,8%) 21 (9,27%) Pewarnaan 197 (88%) 32 (12%) Tidak dapat diperiksa : Nihil Tabel 2. Hasil Cek Silang Spesies P. falciparum Provinsi Nama Jumlah Sediaan Hasil Cek Silang Pf Pv Pf + Pv Negatif Sulawesi Utara Toluaan 44 44 0 0 0 Tambelang 43 41 0 1 1 Sulawesi Tengah Baluase 1 1 0 0 0 Banpres 15 15 0 0 0 Kalimantan Tengah Kasongan 2 2 0 0 0 Tumbang Samba 2 2 0 0 0 Toho 2 1 0 0 1 Kalimantan Barat Anjungan 3 1 0 1 1 Total 112 107 0 2 3 169 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012

Tabel 3. Hasil Cek Silang Spesies P. Vivax Provinsi Nama Jumlah Sediaan Hasil Cek Silang Pv Pf Pf + Pv Negatif Sulawesi Utara Toluaan 38 38 0 0 0 Tambelang 33 26 6 1 0 Sulawesi Tengah Baluase 4 1 0 0 3 Banpres 20 19 1 0 0 Kalimantan Tengah Kasongan 16 9 0 0 7 Tumbang Samba 2 2 0 0 0 Kalimantan Barat Toho 3 1 0 0 2 Anjungan 1 1 0 0 0 Total 117 97 7 1 12 Tabel 4. Nilai Akurasi Spesies Hasil Hasil Akurasi Provinsi Litbangkes Spesies (%) Pf Pv Pf Pv Pf Pv Sulawesi Utara Toluaan 44 38 44 38 100 100 Tambelang 43 33 41 26 95,3 78,8 Sulawesi Tengah Baluase 1 4 1 1 100 25 Banpres 15 20 15 19 100 95 Kalimantan Tengah Kasongan 2 16 2 9 100 56,2 Tumbang Samba 2 2 2 2 100 100 Kalimantan Barat Toho 2 3 1 1 50 33,3 Anjungan 3 1 1 1 33,3 100 Total 112 117 107 97 95,5 82,9 Tabel 5. Jumlah Sediaan Darah yang Berbeda Hasil Pemeriksaannya di versus Badan Litbangkes No Hasil Hasil Litbangkes Jumlah Error Rate (%) 1. P. falciparum P. vivax 0 P. falciparum 5/112 = 4,5 % 2. P. falciparum Campuran 2 3. P. falciparum Negatif 3 4. P. vivax P. falciparum 7 P. vivax 5. P. vivax Campuran 1 6. P. vivax Negatif 12 20/117 = 17,1 % Jumlah 25 Total error rate 25/229 = 10,9 % Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan hasil cek silang P. falciparum sebanyak 114 (50%) yang didapat dari 107 sediaan darah yang benar diidentifikasi P. falciparum ditambah 7 sediaan darah yang oleh puskesmas diidentifikasi sebagai P. vivax tetapi setelah dilakukan cek silang merupakan P. falciparum. Hasil cek silang untuk P. vivax sebanyak 97 (43,5%), dan infeksi campuran sebanyak 3 (1,3%) yang terdiri dari infeksi P. falciparum dan P. vivax, sedangkan sisanya Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012 170

sebanyak 15 (5,2%) teridentifikasi sebagai sediaan darah negatif parasit malaria. Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat ditentukan nilai akurasi spesies para tenaga mikroskopis dengan cara membandingkan hasil pembacaan mikroskopis dengan mikroskopis Badan Litbangkes dapat dilihat pada Tabel 4. Rata-rata nilai ketepatan identifikasi spesies P. falciparum sebesar 95,5% dan untuk rata-rata ketepatan P. vivax 82,9%. Dari seluruh sediaan darah malaria pada H-0 yang diperiksa oleh Laboratorium Parasitologi Badan Litbangkes terdapat 25 sediaan darah yang hasilnya berbeda dengan puskesmas lokasi penelitian. Hasil perbedaan tersebut dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5. Error rate untuk masing-masing plasmodium dapat terlihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut P. Falciparum mempunyai nilai error rate sebesar 4,5%, P. vivax 17,1%, dan error rate secara keseluruhan sebesar 10,9%. Pembahasan Pada pemeriksaan cek silang ini semua sediaan diperiksa sehingga diperlukan sediaan darah dengan kualitas yang baik terutama sediaan darah pada H-0 karena merupakan penentu untuk enrollment (perekrutan). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar sediaan darah yang diperiksa kondisinya dari segi pembuatan dan pewarnaannya adalah baik, serta tidak ada satu pun sediaan darah yang tidak bisa dibaca. Meski masih ada beberapa sediaan darah yang kurang baik tapi masih tetap bisa terbaca oleh pembaca kedua. Beberapa sediaan yang kurang baik diantaranya disebabkan oleh jumlah darah pada sediaan tebal maupun tipis yang terlalu banyak maupun terlalu sedikit, ph air pengenceran yang tidak sesuai untuk pewarnaan yang dibutuhkan sehingga hasil pewarnaan terlalu biru atau terlalu merah. Waktu yang tidak sesuai dengan konsentrasi pengenceran (konsentrasi larutan giemsa yang rendah membutuhkan waktu yang lebih lama sedangkan konsentrasi yang tinggi membutuhkan waktu yang lebih singkat) juga bisa menyebabkan hasil pewarnaan yang kurang baik. Penyimpanan yang kurang benar sebagai penyebab banyaknya debu atau kotoran yang menempel pada sediaan darah dan menjadi artefak-artefak dalam pemeriksaan mikroskopis. 6 Sebagian besar kondisi sediaan darah yang diterima dalam kondisi baik dan semua sediaan darah bisa diperiksa, hal ini menunjukkan kemampuan mikroskopis yang sudah baik dalam proses penanganan spesimen. Berdasarkan hasil pembacaan mikroskopis dari 112 P. falciparum hanya 107 yang benar P. falciparum menurut mikroskopis dari Badan Litbangkes, 2 infeksi campuran, dan 3 negatif parasit malaria. Hasil pembacaan untuk penentuan spesies P. falciparum yang berbeda dengan Badan Litbangkes ada tiga yaitu Tambelang, Toho, dan Anjungan. Tabel 3 menunjukkan hasil pembacaan oleh pembaca kedua dari 117 sediaan yang diidentifikasi sebagai P. vivax hanya 97 sediaan yang benar P. vivax, 7 P. falciparum, 1 infeksi campuran, dan 12 sebagai sediaan negatif parasit malaria. Hanya ada 3 yang hasilnya sama dengan hasil cek silang oleh pembaca kedua yaitu hasil pembacaan dari Toluaan, Tumbang Samba, dan Anjungan. Nilai akurasi spesies mikroskopis secara keseluruhan dalam mengidentifikasi P. falciparum ternyata lebih dominan mencapai hampir 100%, hanya pada hasil dari Kalimantan Barat yang menunjukkan masih rendah hal ini karena minimnya sampel yang didapatkan. Nilai akurasi P. vivax lebih banyak yang rendah karena morfologi P. vivax yang sangat beragam sehingga banyak mikroskopis yang sering menemukan artefak sebagai positif palsu dari P. vivax. Artefak yang ditemukan diantaranya adalah komponenkomponen darah (leukosit, eritrosit, trombosit), bakteri, spora, sel makanan, debu, dan kristal giemsa. 6 Hasil error rate pembacaan mikroskopis sentinel yang telah dibandingkan dengan hasil pembacaan mikroskopis Badan Litbangkes secara keseluruhan adalah lebih dari 5%. Angka ini masih menunjukkan kemampuan mikroskopis yang masih kurang karena error rate yang baik dan dapat diterima adalah kurang dari 5%, maka diperlukan tindak lanjut dalam peningkatan kemampuan mikroskopis. Kesimpulan Kualitas sediaan darah mempengaruhi hasil pembacaan mikroskopis. P. falciparum lebih mudah di identifikasi oleh tenaga mikroskopis terlihat dari nilai akurasi spesies P. falciparum yang tinggi. Nilai akurasi yang mendekati 100% penting bagi seorang mikroskopis karena menentukan kemampuan mereka dalam mengidentifikasi spesies parasit. Nilai error rate yang masih tinggi menunjukkan 171 Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012

kemampuan mikroskopis yang masih kurang, sehingga perlu dilakukan cek silang hasil pembacaan mikroskopis puskesmas oleh mikroskopis yang telah terlatih dan tersertifikasi. Saran Cek silang harus selalu dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan tenaga mikroskopis malaria, selain itu kualitas pendidikan tenaga mikroskopis dan pelatihan maupun supervisi secara berkala dari tingkatan mikroskopis diatasnya atau yang lebih senior juga diperlukan untuk memperkaya pengalaman para mikroskopis. Kondisi laboratorium yang nyaman, perawatan alat dan bahan yang baik serta proses penanganan spesimen yang sesuai dengan SOP juga menghasilkan pemeriksaan yang baik dan maksimal. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu ditulisnya artikel ini dan yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini terutama bagi penyandang dana penelitian (Global Fund R-8) serta semua tenaga terutama para mikroskopis di Toluaan, Tambelang, Banpres, Baluase, Kasongan, Tumbang Samba, Toho, dan Anjungan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para peneliti senior yang telah banyak memberi masukan pada tulisan ini. Daftar Pustaka 1. Harijanto P N, Malaria epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan, Buku Kedokteran EGC, 2000 2. Malaria Microscopy Quality Assurance Manual Version 1, Word Health Organization (WHO), 2009 3. Nanakorn Ampon. Laboratory Procedures and Microscopic Training for Pyramax Phase III 4. Power point dengan judul Pemantapan Mutu Internal Laboratorium dan Program Pemantapan Mutu Eksternal Mikroskopis Malaria. Diunduh pada 28-6-2008 http://www.scribd.com/doc/10051774/pemanta pan-mutu-laboratorium 5. Power point dengan judul Survilans Malaria. Diunduh pada 28-6-2011 http://www.scribd.com/doc/50628956/surveila ns-malaria 6. Modul Parasitologi Malaria 2, Departemen Kesehatan Ditjen PP & PL Direktorat P2B2, 1999. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4, Desember Tahun 2012 172