BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB:I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian dari suatu masyarakat dengan ciri-ciri. tinggi serta memiliki iman religius yang kokoh. 1

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PGRI 1 Tulungagung, terlihat bahwa secara terus-menerus bahwa guru

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

BAB V PEMBAHASAN. tersebut selanjutnya peneliti sajikan dengan teori-teori pada tinjauan

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. dijadikan sebagai sumbangan pemikiran yang perlu di pertimbangkan demi

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

BAB IV PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

PROFIL MADRASAH. 1. Nama Madrasah : MA YASMIDA. 3. Nomor Statistik Madrasah : NPSN : Provinsi : Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PAPARAN DATA. Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi kondisi yang ada di lingkungan sekitarnya. 1. Sedangkan menurut Muhammad Al-Mighwar self control (kontrol diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB V PENUTUP. Kuikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Falah Assalam Tropodo Waru

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SD LABORATORIUM UPI KAMPUS CIBIRU Oleh: Yusep Budiansyah 1

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

Lampiran 1: Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

PEDOMAN WAWANCARA. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa di. : SMA Negeri 2 Kendari

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini dilakukan dengan merujuk pada hasil paparan data dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan mengungkap hasil penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk dekadensi moral remaja yang terjadi di MAN Tlogo Blitar. Sebelum anak memasuki masa remaja, kehidupannya teratur dan mengikuti tata cara tertentu. Setelah memasuki masa remaja, remaja terasa seolah-olah kehilangan kemudi, kehilangan arah. Tindak-tanduknya acap kali mengalami tantangan, baik dari teman sebayanya maupun generasi yang lebih tua. Sering pula tindakan-tindakan mereka sudah diluar batas kesopanan. 1 Sebelum kepada bentuk bentuk dekadensi moral, perlu diketahui sekilas bahwa, pengertian dekadensi moral adalah kemunduran atau kemrosotan yang dititik beratkan pada perilaku atau tingkah laku, kepribadian dan sifat. Dalam istilah lain, bahwa dekadensi moral adalah sebuah bentuk kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian, sikap, etika dan akhlak seseorang. 2 Di Man Tlogo ini kemrosotan moral remaja yang terjadi ada pada tingkat yang wajar dan masih bisa dikontrol. Masalah yang paling banyak adalah siswa membolos, istilah lain siswa tetap pergi ke sekolah akan 1 Singgih D. gunarsa hlm, 93 2 Zakiah Daradjat.. hlm. 28 103

104 tetapi membolos tidak mengikuti pelajaran dikelas dan biasanya pergi ke kantin. Hal itu dikarenakan siswa tidak mengerjakan tugas kemudian melakukan hal seperti itu. Kemerosotan moral remaja lainnya adalah siswa mengkonsumsi minuman keras, tidak melaksanakan sholat dhu ha tiap pagi sebelum pembelajaran dan sholat Dzuhur berjama ah karena di sekolah selalu ada sholat dhzuhur berjama ah. Bila bentuk dekadensi diatas dikaitkan dalam bukunya Dra Singgih D. Gunarsa, itu dapat dikatakan penggolongan kenakalan remaja bersifat amoral dan asosial, dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukum. 3 Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa, bentukbentuk kenakalan remaja adalah: membolos, perkelahian antar siswa baik laki-laki dengan sesama jenis laki-laki, juga perempuan dengan perempuan. konsumsi minuman keras, pacaran, tidak patuh pada guru dan orang tua, dan bahkan setiap kenakalan betapa pun kecilnya dan sederhananya jika tidak mendapatkan penjelasan dan teguran untuk memperbaikinya, akan menyebabkan seseorang terlanjur melakukan yang lebih parah lagi sehingga dapat dikategorikan sebagai tindakan kejahatan. 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi dekadensi moral remaja yang terjadi di MAN Tlogo Blitar. Dekadensi yang terjadi di kalangan remaja kususnya, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sesuatu yang melatar belangi semua itu. Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dekadensi moral remaja dibagi 3 Singgih D Gunarsa...hlm, 19

105 kedalam dua bagian yaitu faktor dari lingkungan dan faktor pribadi. Faktor lingkungan bisa meliputi: gangguan gizi, kemiskinan, faktor sekolah bisa jadi salah mendidik, faktor keluarga ada orang tua yang bercerai ataupun pergi keluar negeri dan hubungan dengan keluarga tidak harmonis. Sedangkan faktor pribadi, misalnya: cacat tubuh dan ketidak mampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. 4 Yang telah dijelaskan diatas, tidak jauh beda dengan faktor-faktor dekadensi moral yang terjadi di Man Tlogo. Dapat dilihat dari hasil wawancara dengan guru PAI, guru BK. Beliau mengatakan, bahwa yang mempengaruhi dekadensi moral kebanyakan dari faktor keluarga, dimana orang tua bercerai, ada salah satu orang tua yang pergi keluar negeri sehingga anak kurang perhatian, bahkan pergaulan kurang terkontrol, anak yang tidak mandapatkan perhatian orang tuanya kebanyakan menjadikan mereka untuk mencari perhatian diluar seperti mengikuti pergaulan dengan anak nakal. Faktor lain yaitu kerenggangan hubungan antara remaja dengan orang tua, tergantungnya perasaan ketika kadang sedang emosi atau sedang memikirkan maslah dengan teman, atau takut ketika akan menghadapi ujian. Bila siswa dalam kondisi seperti itu, biasanya bila diajak berbicara dengan guru atau orang yang lebih tua suka membentak. Diperkuat lagi berdasarkan dengan pengamatan penulis, ketika mengikuti pembelajaran dikelas, saat itu salah satu guru BK memberikan materi kepada kelas VIII dengan menggunakan media LCD, saat itu dengan tema Bagaimana menjadi Remaja yang berakhlak, berkualitas dan 4 Sarlito wirawan.. hlm, 199-200

106 mempunyai wawasan luas. Semua siswa mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, tetapi saya melihat ada salah satu siswa laki-laki duduknya pojok belakang bermain dengan teman sebangkunya. Ketika ditegur oleg guru tetap saja bermain sendiri, tetapi ketika guru mendekati siswa tersebut dan tempat duduknya dipisah, seketika siswa diam dan mendengarkan bahkan mau mengerjakan tugas yang diberikan guru. Disini penulis menyimpulkan bahwa siswa tersebut, mempunyai kebiasaan yang mudah terpengaruh, yaitu terpengaruh dengan teman sebangkunya. Adanya kejadian tersebut, jika dikaitkan dengan pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa kenakalan itu terjadi karena dua hal, yaitu: pertama, sebab-sebab yang terdapat di dalam diri individu, dan kedua, sebab-sebab yang terdapat di luar individu. Dan pada pengamatan diatas, termasuk sebab pertama, salah satunya yaitu individu mempunyai kebiasaan yang mudah terpengaruh. 5 Dari hasil wawancara dan pengamatan tersebut bila dikaitkan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi dekadensi moral yang sudah dijelaskan diatas bisa dikatakan sesuai dengan apa yang menjadi pembahasan di Bab II, bahwa dekadensi moral itu terjadi karena faktor keluarga, dan kurangnya perhatian baik dari orang tua maupun guru disekolah. Untuk mengatasinya alangkah baiknya sebagai orang tua dan pendidik bisa lebih memberikan perhatian penuh kepada anak didiknya dan memberikan pengarahan ataupun uswatun hasanah. 5 Hasan Basri hal, 15

107 3. Kontribusi Pendidikan Agama Islam sebagai upaya Preventif dalam mengatasi Dekadensi Moral Remaja di MAN Tlogo Blitar. Setelah membahas dekadensi moral dan faktor-faktor yang mempengaruhi dekadensi moral, jelas bahwa dekadensi moral macam apapun lama-kelamaan berakibat negatif, bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja sendiri. Untuk itu penulis akan mengungkap kontribusi pendidikan agama Islam sebagai upaya preventif yang di lakukan MAN Tlogo Blitar khususnya. Untuk mengetahui kontribusi pendidikan agama Islam di MAN Tlogo, bisa dilihat dari hasil wawancara dengan guru agama Bapak Tasrifin, sebagai berikut: a. Kajian kitab kuning (Minhatus Sani ah) tiap hari jum at, Dipimpin oleh Bapak tasrifin melalui pengeras suara dari kantor, yang didengarkan dan diikuti oleh seluruh siswa MAN Tlogo Blitar. Dan disetiap kelas ada Bapak atau Ibu guru yang mendampingi. b. Selain siswa ada juga kajian keagamaan untuk bapak ibu guru setiap dua minggu sekali, biasanya mengundang narasumber luar, kadang juga bapak ibu guru itu sendiri, yang bertempat di ruang guru. Dan yang terbaru itu mengambil judul tentang keluarga yang di isi oleh Bapak Zaini sebagai guru agama. Hal ini dilakukan agar ilmu yang disampaikan kepada siswa nantinya bisa lebih berma faat dan mengena, dan agar memiliki pondasi ilmu pengetahuan yang kuat. c. Majlis ta lim mawadah, ini termasuk organisasi ekstra yang ada di MAN Tlogo. Di dalamnya disamping kajian kitab kadang juga

108 khataman qur an, biasanya bertempat diserambi masjid tiap hari Kamis setelah pelajaran, dan terkadang juga dilakukan di hari Minggu. d. Setiap sebulan sekali seluruh guru dan siswa perwakilan kelas (diambil sampel tiap kelas) diadakan khataman Qur an bertempat diserambi masjid. e. Setiap satu bulan mendekati ujian semester, pada hari minggunya diadakan istighosah bersama, yang bertempat di serambi masjid pula f. Anjang sana setiap hari haya Idul Fitri, tidak hanya para siswa yang mengikuti, bahkan para alumni banyak yang mengikutinya, ini dilakukan untuk mempererat silaturrohim. g. Ketika awal ramadhan, pembelajaran berjalan seperti biasa, dan juga diadakan pondok ramadhan di sekolah. h. Pengajian setelah ujian semester sambil menanti sebelum pembagian raport i. Khataman Al-Qur an dengan tausiah. Selain yang disampaikan diatas, masih ada pendapat dari guru Pendidikan agama Islam dan guru BK (bimbingan Konseling) mengenai kontribusi nya, yaitu: 1) Kegiatan PHBI (peringatan hari besar Islam), itu menjadi kegiatan wajib yang harus diikuti oleh seluruh keluarga MAN Tlogo Blitar 2) Sebagai wali kelas, memberikan nasehat langsung kepada siswanya bila melakukan kesalahan 3) Kajian kitab, tiap hari jum at dengan kitab Minhatus sainah

109 4) Sholat dhu ha tiap pagi sebelum pembelajaran dimulai di masjid MAN Tlogo, dengan cara bergilir, dua hari kelas X, dua hari kelas XI, dan dua hari kelas XII. 5) Sholat dhu hur berjama ah, ini dilaksanakan pada jam istirahat kedua ketika sudah memasuki waktu sholat, dan seluruh siswa harus berada di masjid dan sekitarnya, asalkan tidak di dalam kelas. Karena jumlah siswa yang banyak, jama ah bisa dilaksanakan dua sampai tiga kali dan di imami oleh guru. 6) Memberikan poin kepada siswa bagi yang melanggar tata tertib, poin terbanyak berjumlah 15, dan apabila melebihi itu, orang tua atau wali siswa akan dipanggil kesekolah. Dengan adanya itu, siswa akan takut dan jera bila akan melakukan pelanggaran. 7) Guru memberikan nasehat, saran dan uswatun hasanah ketika pembelajaran dimulai dikelas. Diatas itu semua bila siswa melanggar dan tidak mengikuti kegiatan tersebut, hal itu termasuk melanggar tata tertib sekolah, dan setiap siswa yang melanggar tata tertib akan diberikan poin yang sudah ditentukan menurut kadar pelanggaran. Poin yang sudah melebihi batas maka akan ada penanganan lebih lanjut, seperti panggilan untuk wali siswa dll. Dengan adanya penegakan tata tertib tersebut siswa akan berfikir beberapa kali bila ingin melakukan hal yang kurang baik, karena mempertimbangkanan konsekuensinya. Secara umum, tata tertib sekolah diartikan sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses

110 belajar mengajar. Dan pelaksanaan tata tertib itu sendiri akan berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa saling mendukung. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku disekolah, sehingga proses pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa remaja bisa berlangsung secara efektif dan efesien. 6 Di sini dapat diketahui bahwa banyak diterapkan berbagai cara agar para siswa remaja kususnya tidak melakukan dekadensi moral. Disamping banyak sekali kegiatan Islami yang bersifat eksta dan Intra kurikuler, dari pengamatan penulis ketika mengikuti pembelajaran oleh guru BK kelas XI pada jam 08.20, guru memberikan materi dengan tema Bagaimana menjadi Remaja muslim yang berkualitas. Disitu guru menjelaskan kepada siswa, Kemudian memberikan tugas kepada mereka untuk mengomentari sebuah kisah yang diputarkan guru dan akhirnya menyimpulkan bersama. Dari observasi, dan wawancara mengenai kontribusi pendidikan Islam sebagai upaya preventif dalam mengatasi dekadensi moral bisa dikatakan bahwa apa yang sudah di upayakan sekolah sesuai dengan apa yang disajikan dalam pembahasan bab dua yaitu, di dalam mengatasi dekadensi moral harus ada kegiatan-kegiatan positif yang nantinya akan bisa membekali siswa remaja agar tidak melakukan halhal negative, dan tidak ada lagi alasan bagi mereka merasa kurang 6 Muhammad Rifa I, sosiologi pendidikan, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm, 140

111 kegiatan karena merasa bosan, dan tidak ada kegiatan. Ternyata di MAN Tlogo banyak sekali kegiatan positif, seperti yang sudah dijabarkan di atas.