BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A.

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Bab III Metodologi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

3 Metodologi Penelitian

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

3. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial dari limbah kulit nanas di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Pengujian Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan di Laboratorium Kimia Material Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, X-ray Diffraction (XRD) dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, dan pengujian Transmission Electron Microscopy (TEM) dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Gajah Mada. 3.2. Desain Penelitian Penelitian dibagi dalam empat tahap, yaitu sintesis dan karakterisasi selulosa bakterial dari limbah kulit nanas, isolasi nanokristalin selulosa bakterial dan karakterisasi nanokristalin selulosa bakterial. Sintesis selulosa bakterial terdiri dari pembuatan sari limbah kulit nanas, fermentasi sari limbah kulit nanas menggunakan bakteri, pemurnian selulosa bakterial limbah kulit nanas. Karakterisasi selulosa bakterial meliputi randemen dan kadar selulosa, gugus fungsi (FTIR), dan morfologi permukaan dan ukuran partikel (SEM). Isolasi nanokristalin selulosa bakterial limbah kulit nanas terdiri dari hidrolisis selulosa bakterial menggunakan asam, sentrifugasi, dialisis, dan sonikasi. Karakterisasi isolasi nanokristalin bakterial selulosa meliputi analisis gugus fungsi (FTIR), morfologi permukaan dan ukuran partikel (TEM), dan penentuan derajat kristalinitas (XRD). Nurbayani, Asriyani. 2014 WAKTU OPTIMUM ISOLASI NANOKRISTALIN SELULOSA BAKTERIAL DARI LIMBAH KULIT NANAS Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

20 Secara keseluruhan penelitian yang dilakukan berdasarkan desain pada bagan alir berikut : Limbah kulit nanas Sari kulit nanas Selulosa bakterial Dicuci dengan air hingga bersih Dipotong menjadi bagian kecil Dihancurkan dengan blender Diperas dan disaring Diencerkan 1:4 (sari nanas : air) Dididihkan Ditambahkan gula pasir 7,5%, ammonium sulfat 0,5% Didinginkan pada suhu kamar selama 24 jam Ditambahkan starter Acetobacter xylinum 10% Difermentasi selama 10 hari Dipotong menjadi bagian kecil Direbus selama ± 20 menit Direndam dalam larutan NaOH 1% selama 24 jam Direndam dalam larutan CH 3 COOH 1% selama 24 jam Direndam dalam aquades selama 24 jam Dkeringkan dengan oven pada suhu 50 o C Dihancurkan hingga 100 mesh Karakterisasi FTIR, SEM Serbuk selulosa bakterial Uji randemen dan kadar selulosa

21 Gambar 3.1. Diagam Alir Sintesis Selulosa Bakterial Limbah Kulit Nanas Selulosa bakterial 1 H 2 SO 4 50% Campuran hasil hidrolisis Rasio 1:50 (selulosa bakterial : H 2 SO 4 ) Diaduk pada suhu 50 o C Variasi waktu hidrolisis yaitu 5 menit, 15 menit, 25 menit, 35 menit, dan 45 menit Ditambahkan air deionized 10 kali lipat volume awal (quenching) Disimpan selama 24 jam Cloudy (bagian atas) Endapan (bagian bawah) Disentrifugasi 3500 rpm Didekantasi Endapan Koloid nanokristalin selulosa bakterial Didiamkan selama 24 jam Didialisis selama 48 jam Disonikasi selama 10 menit Supernatan Karakterisasi Efek Tyndall dan TEM Casting diatas kaca Karakterisasi FTIR dan XRD

22 Gambar 3.2. Diagam Alir Isolasi Nanokristalin Selulosa Bakterial dari Limbah Kullit Nanas

23 3.3. Alat dan Bahan 3.3.1. Alat Peralatan yang digunakan untuk tahapan preparasi selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial dari limbah kulit nanas antara lain: pisau, blender, panci aluminium, kompor listrik, wadah plastik ukuran 30 cm x 50 cm dan tinggi 5 cm, alat-alat gelas, kaca arloji, spatula, oven, neraca analitik, saringan 100 mesh, satu set alat refluks, corong buchner, pengaduk magnetik, botol vial, pemanas listrik, termometer raksa, wrapping plastic, satu set pompa vacuum, satu set sentrifugator, dan satu set reaktor hidrolisis. Instrumen untuk karakterisasi digunakan FTIR, SEM, TEM dan XRD. 3.3.2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan untuk tahapan preparasi selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial dari limbah kulit nanas antara lain: limbah kulit nanas yang didapatkan dari pedagang di depan kampus Universitas Pendidikan Indonesia, gula pasir, amonium sulfat ((NH 4 ) 2 SO 4 ) (E. Merck), alkohol 95%, NaOH 1% (E. Merck), CH 3 COOH glasial (E. Merck), H 2 SO 4 97% (E.Merck), biakan bakteri Acetobacter xylinum, kertas saring whatmann, ph indicator, air, aquades, air deionized (E.Merck), dan membran semipermeabel (Cellu-Sep ; MWCO 12,000-14,000. Membrane Filtration Products, Inc. TXS, USA). 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Sintesis Selulosa Bakterial dari Limbah Kulit Nanas Sintesis selulosa bakterial terdiri dari beberapa tahap diantaranya: pembuatan sari limbah kulit nanas, fermentasi dengan bakteri, serta pemurnian selulosa bakterial limbah kulit nanas. 3.4.1.1. Pembuatan Sari Limbah Kulit Nanas Sebanyak 5 kg limbah kulit nanas dicuci menggunakan air bersih, dipotong menjadi bagian kecil, diblender, dan disaring menggunakan kain hingga diperoleh sari limbah kulit nanas.

24 3.4.1.2. Fermentasi Sari Limbah Kulit Nanas Menggunakan Bakteri (Susanto, et.al 2000) Sari limbah kulit nanas yang diperoleh sebanyak 5 liter. Diencerkan hingga perbandingan sari kulit nanas: air (1:4). Larutan direbus sampai mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir 7,5% (b/v) dan (NH 4 ) 2 SO 4 0,5% (b/v). Larutan medium nata ini dimasukkan ke dalam wadah plastik berukuran 30 cm x 50 cm dan tinggi 5 cm yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol dan sinar UV. Larutan medium nata ini segera ditutup menggunakan koran yang telah disterilkan dan diikat dengan karet, kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan dan ditambahkan starter Acetobacter xylinum sebanyak 10% (v//v) kedalam medium nata yang benar-benar telah dingin. Bakteri dibiarkan berfermentasi selama 10 hari. 3.4.1.3. Pemurnian Selulosa Bakterial dari Limbah Kulit Nanas (Safriani, 2000) Selulosa bakterial dipotong-potong menjadi bagian kecil kemudian direbus selama ±20 menit. Selulosa bakterial yang telah direbus kemudian direndam dalam larutan NaOH 1% (v/v) selama 24 jam. Setelah itu, direndam kembali menggunakan larutan CH 3 COOH 1% (v/v) selama 24 jam pada suhu ruangan, dan aquades selama 24 jam. Setelah proses perendaman selesai selulosa bakterial disaring menggunakan vacuum evaporator untuk menghilangkan air hingga diperoleh lembaran selulosa bakterial yang tipis. Lembaran tipis tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C dan dihancurkan dengan blender, dan disaring dengan saringan 100 mesh hingga didapatkan serbuk selulosa bakterial. 3.4.2. Karakterisasi Selulosa Bakterial dari Limbah Kulit Nanas 3.4.2.1. Randemen Randemen selulosa bakterial yang dihasilkan terhadap 5 kg kulit nanas dihitung dengan cara menimbang serbuk selulosa kering. Persen randemen yang diperoleh dihitung menggunakan persamaan berikut :

25 3.4.2.2. Analisis Gugus Fungsi Menggunakan FTIR Sampel selulosa bakterial yang dihasilkan dilakukan identifikasi gugus fungsi menggunakan instrumen FTIR. Sampel berbentuk padatan dibuat pelet. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan kristal KBr (0.1-2.0 % berdasar berat) sehingga merata kemudian ditekan (hingga 8 ton) sampai diperoleh pelet. Pelet siap untuk dianalisis. 3.4.2.3. Kadar Selulosa (Chesson A, 1981) Disiapkan satu gram selulosa kering (Berat A) ditambahkan aquades 150 ml, direfluks pada suhu 100 o C selama satu jam. Hasil refluks disaring menggunakan pompa vacuum dan dicuci menggunakan air panas 300 ml, dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh berat konstan (Berat B). Residu B ditambahkan H 2 SO 4 1N sebanyak 150 ml direfluks selama satu jam pada suhu 100 o C. Hasil refluks disaring menggunakan pompa vacuum dan dicuci menggunakan aquades hingga diperoleh ph netral, kemudian dikeringkan menggunakan oven hingga diperoleh berat konstan (Berat C). Residu C yang diperoleh ditambahkan H 2 SO 4 72% sebanyak 100 ml dan direndam pada suhu ruangan selama 4 jam. Selanjutnya residu ditambahkan H 2 SO 4 1N sebanyak 150 ml selama satu jam. Hasil refluks disaring menggunakan pompa vacuum dan dicuci menggunakan aquades hingga diperoleh ph netral, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 o C hingga diperoleh berat konstan (Berat D). Kadar selulosa yang dihasilkan dihitung menggunakan persamaan berikut : 3.4.2.4. Analisis Morfologi Permukaan Menggunakan SEM Sampel yang akan dipelajari dan akan diambil gambarnya dengan SEM harus bersifat konduktif, dan arena pengoperasian SEM berlangsung dalam vacuum maka sampel harus bebas air dan lemak. Untuk sampel yang tidak konduktif, sampel harus di sputtering (dilapisi secara tipis) dengan Au atau Pt.

26 Prosedur sputtering sampel nonkonduktif ini adalah sebagai berikut: Sampel dibersihkan, dikeringkan dengan vacuum hingga bebas H 2 O, dan sampel ditempatkan pada sampel holder. Ukuran sampel holder adalah 12 mm atau 25 mm. Diperlukan double-side tape konduktif untuk menempelkan sampel dengan area sudut 45 derajat. 3.4.3. Isolasi Nanokristalin Bakterial Selulosa dari Limbah Kulit Nanas Proses isolasi nanokristalin bakterial selulosa terdiri dari beberapa tahap diantarnya: proses hidrolisis menggunakan asam kuat H 2 SO 4, sentrifugasi, dialisis, sonikasi, dan penentuan kondisi optimum 3.4.3.1. Hidrolisis Selulosa Bakterial Menggunakan Asam Larutan H 2 SO 4 50% dimasukan 50 ml kedalam reaktor, diaduk hingga campuran reaktor homogen pada suhu 50 o C. Kemudian ditambahkan 1 gram serbuk selulosa hingga perbandingan selulosa bakterial/asam (1:50). Hasil hidrolisis dilakukan quenching menggunakan air deionized 500 ml dan disimpan dalam lemari pendingin selama 24 jam. 3.4.3.2. Proses Sentrifugasi Hasil quenching terbentuk dua bagian yaitu cloudy (bagian atas) dan endapan (bagian bawah). Cloudy yang dihasilkan dipisahkan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm hingga diperoleh endapan. Endapan dicuci dengan aquades ditampung ke dalam gelas kimia. 3.4.3.3. Dialisis Endapan yang telah disentrifugasi dibiarkan selama 24 jam. Endapan yang diperoleh didekantasi dan dimasukan ke dalam membran dialisis yang berisi air deionized. Proses dialisis dilakukan selama 48 jam pada suhu ruangan. 3.4.3.4. Sonikasi Endapan hasil dialisis kemudian disonikasi selama 10 menit. Sonikasi dilakukan hingga diperoleh koloid nanokristalin selulosa bakterial.

27 3.4.3.5. Penentuan Kondisi Optimum Penelitian isolasi nanokristalin selulosa bakterial dilakukan variasi wkatu hidrolisis. Variasi waktu hidrolisis yaitu 5 menit, 15 menit, 25 menit, 35 menit, dan 45 menit. 3.4.4. Karakterisasi Nanokristalin Selulosa Bakterial dari Limbah Kulit Nanas 3.4.4.1. Analisis Gugus Fungsi Menggunakan FTIR Sampel nanokristalin selulosa bakterial yang dihasilkan dilakukan identifikasi gugus fungsi menggunakan instrumen FTIR. Sampel nanokristalin dicasting di atas kaca sehingga diperoleh serbuk nanokristalin selulosa bakterial. Sampel berbentuk padatan dibuat pelet. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan kristal KBr (0.1-2.0 % berdasar berat) sehingga merata kemudian ditekan (hingga 8 ton) sampai diperoleh pelet. Pelet siap untuk dianalisis. 3.4.4.2. Efek Tyndall Sejumlah sampel koloid nanokristalin selulosa bakterial disimpan di tempat gelap, kemudian sampel disinari menggunakan laser dalam beberapa detik hingga terlihat adanya hamburan cahaya dari sampel koloid nanokristalin selulosa bakterial tersebut. 3.4.4.3. Analisis Morfologi Permukaan dan Ukuran Partikel dengan TEM Morfologi permukaan dan bentuk nanokristalin selulosa bakterial dianalisis menggunakan TEM. Sampel yang akan dianalisis dan akan diambil gambarnya menggunakan TEM harus bersifat konduktif, dan arena pengoperasian TEM berlangsung dalam vakum maka sampel harus bebas air dan lemak. Untuk sampel yang tidak konduktif, sampel harus di sputtering (dilapisi secara tipis) dengan Au atau Pt. Prosedur sputtering sampel non konduktif ini adalah sebagai berikut: Sampel dibersihkan, dikeringkan dengan vakum hingga bebas H 2 O, dan sampel ditempatkan pada sampel holder. Ukuran sampel holder adalah 12 mm atau 25 mm. Diperlukan double-side tape konduktif untuk menempelkan sampel dengan area sudut 45 derajat.

28 3.4.4.4. Analisis Penentuan Derajat Kristalinitas Menggunakan XRD Derajat kristalinitas dari nanokristalin selulosa bakterial dapat diketahui dari hasil pengukuran menggunakan XRD. Sampel yang sudah terbebas dari pengotor yang tidak diinginkan disiapkan, kemudian sampel dihaluskan. Sampel yang telah dihaluskan diletakan pada sampel holder secara merata dengan permukaan yang mendatar. Sampel holder telah siap untuk dianalisis.