Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

dokumen-dokumen yang mirip
KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber : Nurman S.P. (

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

Potensi dan Peluang Pengembangan Sistem Integrasi Komoditas Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

Pengembangan Jagung Varietas Lokal Sumenep

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

KONTRIBUSI PENDAPATAN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI DALAM SISTEM INTEGRASI JAGUNG DAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Formulir PuPS versi 1.1

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

Analisis Ekonomi Cara Tanam Cangkul dan Tugal pada Usahatani Jagung Hibrida di Desa Alebo, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Lampiran 2.Daftar Sidik Ragam Bulk Density Tanah (g/cm 3 )

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Transkripsi:

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian Tanaman Serealia, Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulsel Pengkajian dilaksanakan pada lahan kering di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk organik kotoran sapi dan pupuk organik dari kotoran ayam, terhadap hasil jagung. Tanah diolah sempurna dan benih jagung Bisi-2 ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 70 cm, 1 tanaman per lubang. Tanaman dipupuk dengan Urea 300 kg + SP-36 200 kg + KCl 150 kg + kapur 500 kg/ha. Setengah dari pupuk Urea dan seluruh pupuk SP-36, KCl dan kapur diberikan pada waktu tanam dengan cara dilarik di samping barisan tanaman, sedang sisanya diberikan pada 30 hari setelah tanam. Pengkajian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan dan petak perlakuan berukuran 4 m x 5 m. Ada 6 macam perlakuan pupuk organik yang dikaji yaitu; (1) Pupuk organik kotoran sapi 2,5 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 0,0 t/ha; (2) Pupuk organik kotoran sapi 2,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 0,5 t/ha; (3) Pupuk organik kotoran sapi 1,5 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 1,0 t/ha; (4) Pupuk organik kotoran sapi 1,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 1,5 t/ha; (5) Pupuk organik kotoran sapi 0,5 t/ ha + pupuk organik kotoran ayam 2,0 t/ha; (6) Pupuk organik kotoran sapi 0,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 2,5 t/ha. Pupuk organik, baik dari kotoran sapi, kotoran ayam maupun campuran dari keduanya tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman jagung pada umur 60 dan 90 hari, panjang tongkol kupas, diameter tongkol kupas dan jumlah tongkol jagung. Tanaman jagung yang hanya diberi pupuk organik dari kotoran sapi dibandingkan dengan tanaman jagung yang hanya diberi pupuk organik dari kotoran ayam saja tidak berpengaruh terhadap diameter batang, bobot tongkol segar dan hasil jagung pipilan kering. Campuran pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 1,5 t/ha + pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 1,0 t/ha menghasilkan jagung pipilan kering tertinggi, yaitu 6,76 t/ha. Kata kunci: Efektivitas, pupuk organik, jagung Pendahuluan Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi prioritas utama setelah padi untuk dikembangkan di Kalimantan Selatan. Produksi jagung di Kalimantan Selatan baru mencapai 35.661 ton (Zauhari, 2000), sementara peternak ayam di kabupaten Banjar saja memerlukan jagung 60.000 ton/tahun (Darto, 2000), sehingga pangsa pasar jagung domestik masih terbuka lebar. Kalimantan Selatan masih mendatangkan jagung dari luar daerah terutama dari Jawa dan Sulawesi. Pengembangan jagung di Provinsi Kalimantan Selatan didukung oleh potensi lahan kering yang cukup luas (1,4 juta ha) dan sekitar 471 ribu ha berada di Kabupaten Tanah Laut dan yang telah dimanfaatkan untuk tanaman pangan sekitar 70 ribu ha atau ± 14,94 % (BPS Kalimantan Selatan, 1995), sehingga masih berpotensi besar untuk pengembangan jagung. Rata-rata produktivitas jagung di Kalimantan Selatan adalah 2,95 t/ha yang masih di bawah rata-rata nasional yang telah mencapai 3,33 t/ha (Sriyono, 2005). Untuk meningkatkan produksi jagung di Kalimantan Selatan dapat dicapai melalui intensifikasi 199

maupun ekstensifikasi karena di daerah ini masih sangat memungkinkan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan jagung di Kalimantan Selatan antara lain: kurangnya tenaga kerja, lahan masam, alat pengering belum memadai, harga saat panen rendah, kurang tersedianya benih jagung unggul yang berkualitas dan berdaya hasil tinggi, serta lemahnya modal untuk pengadaan sarana produksi. Di kabupaten Tanah Laut petani dapat menanam jagung dua kali dalam setahun, akan tetapi pada pertanaman jagung kedua di musim kemarau sering kekurangan air. Pada musim tanam kemarau tahun 2003 produktivitas jagung sangat rendah, di bawah 2 t/ha, karena tanaman jagung mengalami kekeringan dan tanaman yang puso mencapai 60%. Permasalahan lain yang dihadapi petani jagung di Kalimantan Selatan adalah jenis lahan kering yang diusahakan tergolong podsolik merah kuning (PMK) dengan tingkat kesuburan rendah. Guna meningkatkan produktivitas lahan, petani selain menggunakan pupuk kimia, juga menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan hasil jagungnya. Pupuk organik sangat penting bagi usaha pertanian, karena selain meningkatkan hasil juga dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah (Anonim, 1988a; Anonim, 1988b; Sally, 1999 dan Thamrin, 2002). Petani jagung di lahan kering biasanya menggunakan pupuk organik dari kotoran ayam. Di lain pihak harga pupuk organik dari kotoran ayam cukup tinggi, sementara modal petani umumnya lemah, sehingga untuk menyediakan pupuk organik dari kotoran ayam dalam jumlah yang memadai, terasa cukup berat. Selain itu, saat diperlukan pupuk organik tersebut terkadang tidak tersedia. Oleh sebab itu perlu diusahakan pupuk organik alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan pupuk organik dari kotoran ayam. Kalimantan Selatan, khususnya di Kabupaten Tanah Laut memiliki sapi sebanyak 63.409 ekor (Maskamian, 2004). Seekor sapi dapat menghasilkan pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 5 kg/ekor/hari, sehingga memiliki potensi pupuk organik lokal yang cukup besar. Selama ini kotoran sapi tersebut belum dimanfaatkan, dan hanya dibuang atau dibakar. Dengan proses sederhana yaitu pengomposan menggunakan bantuan Stardec ditambah Urea dan SP-36 kualitas pupuk organik dari kotoran sapi dapat ditingkatkan, sehingga diharapkan pupuk organik dari kotoran sapi dapat menggantikan sebagian atau bahkan seluruh fungsi pupuk organik dari kotoran ayam, dengan efektivitas yang sama terhadap produktivitas jagung. Penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi pada kegiatan integrasi jagung sapi di lahan kering, meskipun tidak meningkatkan produktivitas, namun dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani (Eny et al., 2004). Pupuk organik dari kotoran sapi harganya lebih rendah dibanding pupuk organik dari kotoran ayam dan diharapkan tersedia pada saat diperlukan, karena pupuk organik dari kotoran sapi merupakan potensi sumberdaya lokal yang mudah didapatkan. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk organik kotoran sapi dan pupuk organik kotoran ayam terhadap hasil jagung di lahan kering. Bahan dan Metode Pengkajian dilaksanakan pada lahan kering di Desa Sumber Mulya, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan 200

Selatan. Jagung hibrida varietas Bisi-2 ditanam pada petakan berukuran 5 m x 4 m. Lahan diolah sempurna dan benih jagung ditanam dengan jarak 20 cm x 70 cm (1 tanaman per lubang). Enam macam perlakuan campuran pupuk organik yang dikaji yaitu: (1) Pupuk organik kotoran sapi 2,5 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 0,0 t/ha; (2) Pupuk organik kotoran sapi 2,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 0,5 t/ha; (3) Pupuk organik kotoran sapi 1,5 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 1,0 t/ha; (4) Pupuk organik kotoran sapi 1,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 1,5 t/ha; (5) Pupuk organik kotoran sapi 0,5 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 2,0 t/ha; (6) Pupuk organik kotoran sapi 0,0 t/ha + pupuk organik kotoran ayam 2,5 t/ha. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Tanaman dipupuk dengan Urea 300 kg + SP-36 200 kg + KCl 150 kg + Kapur 500 kg/ ha. Setengah dari pupuk urea diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan pada saat tanaman jagung berumur 30 hari setelah tanam. Pupuk SP-36, KCl, kapur dan pupuk kandang seluruhnya diberikan pada saat tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan sesuai konsep pengendalian hama terpadu. Data yang dikumpulkan meliputi pertumbuhan dan hasil jagung. Tongkol jagung dipanen apabila jagung telah matang dengan ciri klobot telah berwarna kuning kecoklatan dan telah terbentuk titik hitam pada plasenta biji jagung. Tongkol jagung selanjutnya dikupas, dikeringkan, dipipil dan dikeringkan kembali hingga kadar air biji jagung mencapai maksimal 14%. Data hasil pengkajian dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan DMRT. Hasil dan Pembahasan Kondisi fisik tanaman jagung di lapangan pada 30 hari setelah tanam (hst) kurang seragam. Tanaman jagung yang hanya diberi pupuk kotoran sapi atau dari kotoran ayam terlihat lebih rendah dari pada tanaman jagung yang diberi pupuk organik campuran kotoran sapi + pupuk organik kotoran ayam yang secara statistik berbeda nyata (Tabel 1). Tanaman jagung yang hanya diberi pupuk Tabel 1. Tinggi tanaman jagung dan diameter batang jagung di desa Sumber Mulya, Kabupaten Tanah Laut. MH. 2004 Pupuk organik (kg/ha) Tinggi tanaman jagung (cm) Diameter batang (cm) Sapi Ayam 30 hst 60 hst 90 hst 90 hst 2,5 0,0 47,1 a 238,0 a 241,2 a 2,1 a 2,0 0,5 60,1 b 253,9 a 257,4 a 2,1 a 1,5 1,0 62,4 b 260,5 a 262,8 a 2,3 ab 1,0 1,5 59,0 b 255,4 a 258,9 a 2,3 ab 0,5 2,0 58,3 b 258,3 a 260,9 a 2,4 b 0,0 2,5 48,2 a 254,5 a 260,4 a 2,1 a Angka sekolom diikuti huruf sama di belakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 201

organik kotoran sapi atau dari kotoran ayam pada 30 hst tinggi tanamannya secara statistik tidak berbeda nyata. Pada 60 hst tinggi tanaman jagung terlihat lebih merata, demikian pula pada 90 hst, tetapi secara statistik seluruh perlakuan yang diuji tidak berbeda nyata. Hasil analisis diameter batang pada saat tanaman 90 hst tidak berbeda nyata antara tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi dibanding dengan yang diberi kotoran ayam. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian pupuk organik baik dari kotoran sapi, kotoran ayam maupun dari campuran keduanya pada tanaman jagung ternyata juga tidak berbeda nyata terhadap diameter tongkol jagung kupas. Diameter tongkol jagung kupas berkisar antara 4,3 cm 4,5 cm. Campuran pupuk organik dari kotoran sapi + pupuk organik dari kotoran ayam yang diberikan pada tanaman jagung hanya berpengaruh terhadap brangkasan jagung per petak. Tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi tanpa dicampur dengan pupuk organik dari kotoran ayam, menghasilkan brangkasan jagung per petak paling enteng (20,2 kg) dan berbeda nyata dengan tanaman jagung yang diberi perlakuan pupuk organik yang lainnya. Sementara itu, tanaman jagung yang diberi 100% pupuk organik dari kotoran ayam, tanpa dicampur dengan pupuk organik dari kotoran sapi menghasilkan brangkasan jagung per petak paling berat yaitu 28,1 kg (Tabel 2). Pemberian pupuk organik dari kotoran sapi pada tanaman jagung dibandingkan dengan tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran ayam ataupun dicampuran keduanya, ternyata secara statistik menghasilkan panjang tongkol jagung yang tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hasil analisis statistik terhadap jumlah tongkol jagung per petak menunjukkan Tabel 2. Panjang tongkol jagung kupas, diameter tongkol jagung kupas dan hasil brangkasan tanaman jagung di desa Sumber Mulya, Kabupaten Tanah Laut MH. 2004 Pupuk organik (t/ha) Sapi Ayam Panjang tongkol kupas (cm) Diameter tongkol kupas (cm) Brangkasan per petak (kg) 2,5 0,0 17,6 a 4,3 a 20,2 a 2,0 0,5 18,2 a 4,3 a 23,2 b 1,5 1,0 18,4 a 4,4 a 25,3 b 1,0 1,5 19,0 a 4,5 a 25,4 bc 0,5 2,0 19,1 a 4,5 a 24,2 bc 0,0 2,5 18,0 a 4,4 a 28,1 c Angka sekolom diikuti huruf sama di belakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 202

bahwa, campuran pupuk organik dari kotoran sapi + pupuk organik dari kotoran ayam yang diberikan pada tanaman jagung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tongkol jagung per petak. Jumlah tongkol jagung per petak berkisar antara 93,00 tongkol 107,25 tongkol (Tabel 3). Pada Tabel 3 terlihat bahwa pemberian campuran pupuk organik dari kotoran sapi + pupuk organik dari kotoran ayam pada tanaman jagung menghasilkan bobot tongkol jagung segar berklobot per petak yang berbeda nyata. Bobot tongkol jagung segar berklobot per petak tertinggi mencapai 20,20 kg yang dihasilkan tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 1,5 t/ha + pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 1,0 t/ha. Bobot tongkol jagung segar berklobot per petak terendah sebesar 16,90 kg yang dihasilkan oleh tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 2,5 t/ha. Namun demikian pemberian perlakuan pupuk organik dari kotoran sapi saja sebanyak 2,5 t/ha pada tanaman jagung menghasilkan bobot tongkol jagung segar berklobot per petak tidak berbeda nyata dengan tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 2,5 t/ha. Pemberian campuran pupuk organik dari kotoran sapi + pupuk organik dari kotoran ayam pada tanaman jagung juga menghasilkan biji kering yang berbeda nyata, tetapi pemberian pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 2,5 t/ha pada tanaman jagung menghasilkan biji kering per ha yang tidak berbeda nyata antara tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 2,5 t/ha. Hasil tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 2,5 t/ha mencapai 5,66 t/ha dan pemberian pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 2,5 t/ha memberikan hasil biji kering 6,40 t/ha (Tabel 3). Sesuai dengan laporan Eny et al. (2004), bahwa tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran sapi hasilnya tidak berbeda jauh dibanding dengan tanaman jagung yang diberi pupuk organik dari kotoran ayam. Tabel 3. Jumlah tongkol jagung, bobot tongkol jagung segar berklobot berkulit dan hasil biji di desa Sumber Mulya, Kabupaten Tanah Laut MH. 2004 Sapi Pupuk organik (t/ha) Ayam Jumlah jagung per petak (tongkol) Bobot tongkol basah berkulit per petak (kg) Hasil pipilan kering (t/ha) 2,5 0,0 93,00 a 16,90 a 5,66 a 2,0 0,5 103,25 a 19,68 b 6,59 b 1,5 1,0 102,00 a 20,20 b 6,76 b 1,0 1,5 99,25 a 19,03 ab 6,37 ab 0,5 2,0 100,25 a 18,58 ab 6,22 ab 0,0 2,5 107,25 a 19,20 ab 6,40 ab Angka sekolom diikuti huruf sama di belakangnya tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan DMRT 203

Kesimpulan Tanaman jagung yang diberi pupuk organik baik dari kotoran sapi maupun kotoran ayam menunjukkan pertumbuhan yang sama yang tercermin dari tinggi tanaman yang sama. Hal yang sama terlihat pada panjang tongkol dan jumlah tongkol. Pupuk organik berpengaruh terhadap diameter batang jagung, bobot tongkol segar dan hasil jagung pipilan kering. Jagung yang diberi campuran pupuk organik dari kotoran sapi sebanyak 1,5 t/ha + pupuk organik dari kotoran ayam sebanyak 1,0 t/ha memberikan hasil biji kering tertinggi sebesar 6,76 t/ha. Daftar Pustaka Anonim. 1988a. Pemupukan Berimbang. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian Kalimantan Timur, 19 p. ----------. 1988b. Pemupukan Berimbang. Departemen Pertanian. Proyek Informasi Pertanian Kalimantan Tengah, 32 p. ----------. 1992. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan TK.I. Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. BPS Kalimantan Selatan. 1995. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Banjarmasin. Darto, H. 2000. Selayang Pandang Pengembangan Sentra Agribisnis Jagung di Kabupaten Tanah Laut. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Pelaihari, 29 p. Eny, S.R., N. Amali, A. Darmawan, Sumanto, A. Subhan, N. Awaliah dan Pagiyanto. 2004. Pemanfaatan Limbah Jagung untuk Pakan Lengkap dalam Sistem Usahatani Ternak Sapi dan Jagung di Lahan Kering Kalimantan Selatan. Laporan Akhir BPTP Kalimantan Selatan tahun 2004. Banjarbaru, 63 p. Maskamian, A. 2004. Buku Saku Peternakan tahun 2004. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, 58 p. Sally. 1999. Kompos Sebagai Sumber Bahan Organik. Liptan. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Samarinda. Sriyono. 2005. Arah Kebijakan dan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan tahun 2006-2010. Makalah disampaikan pada Rapat Koordinasi Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih Propinsi Kalimantan Selatan, tanggal 28 30 September di Banjarmasin. Thamrin, T. 2002. Teknik Pembuatan Kompos. Liptan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Selatan. Zauhari, M.R. 2001. Laporan Tahunan Dinas Tahun 2000. Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 131 p. 204