KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : M.36 TAHUN 1993 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA MENTERI PERHUBUNGAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN 1989 TENTANG PENERTIBAN PENUMPANG, BARANG DAN KARGO YANG DIANGKUT PESAWAT UDARA SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.11 / BPSDMP TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/284/X/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 51 TAHUN 2000 TENTANG

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 407 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA NUSAWIRU DI KABUPATEN CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PT. ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDAR UDARA POLONIA MEDAN. dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 81 / VI / 2005 TENTANG

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasal 862. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : c. Subbagian Kepegawaian dan Umum. Pasal 863

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Universitas Sumatera Utara

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 233 TAHUN 2017 TENTANG RUTE DAN PENYELENGGARA ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN

SKEP /40/ III / 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. JATSC ( Jakarta Air Traffic Service Center ) Bandara Soekarno-Hatta

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERHUBUNGAN, 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 11, Tambahan Lembaran Nomor 3391) ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR:S K E P / 172/VII/97 TENTANG SERTIFIKAT KECAKAPAN DAN RATING PEMANDU LALU LINTAS UDARA

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : M.36 TAHUN 993 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : bahwa untuk menetapkan klasifikasi bandar udara sesuai dengan keberadaannya, diperlukan penyempurnaan terhadap kriteria klasifikasi bandar udara, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 992 tanggal Februari 992; Mengingat :. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; 2. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 984 tentang Susunan organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 992; 3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.9 / OT.002/Phb-80 dan Nomor KM.64/OT.002/Phb-80, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.58 Tahun 99; 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.64 tahun 989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; M E M U T U S K A N dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM Tahun 992 tentang Kriteria. Klasifikasi Bandar Udara; Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA. Pasal Klasifikasi bandar udara yang tidak diusahakan di lingkungan Departemen Perhubungan ditentukan berdasarkan kriteria k l a s i f i k a s i yang berupa penentuan anqka - anqka kredit terhadap seluruh komponen-komponen yang berpengaruh terhadap pengelolaan bandar udara.

Pasal 2 Komponen-komponen kriteria klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada Pasal meliputi: a. komponen jasa angkutan udara yang merupakan kemampuan pemberian pelayanan suatu bandar udara untuk pergerakan pesawat udara, penumpang, dan kargo, baik yang datang, transit maupun berangkat, terdiri dari unsur jumlah penumpang, kargo dan pergerakan pesawat udara; b. komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan yang merupakan kemampuan suatu bandar udara untuk memberikan p e l a y a n a n operasi dan keselamatan penerbangan sesuai dengan tingkatan pelayanan operasi penerbangan terdiri dari unsur keselamatan lalu lintas udara, operasi darat, penerangan aeronautika dan jasa operasi bandar udara; c. komponen daya tampung bandar udara yang merupakan kemampuan landasan pacu dan tempat parkir suatu bandar udara untuk menampung pemberangkatan, pendaratan dan pemarkiran pesawat udara, terdiri dari unsur daya tampung landasan dan parkir pesawat udara; d. komponen fasilitas keselamatan penerbangan yang merupakan fasil i tas elektronika dan l i s t r i k d i b a n d a r udara untuk menunjang operasi keselamatan penerbangan terdiri dari unsur fasilitas telekomunikasi penerbangan, navigasi udara, elektronika bandar udara dan listrik; e. komponen status dan fungsi bandar udara yang merupakan komponen yang mempengaruhi secara timbal balik pengembangan bandar udara dan lingkungannya, baik dari segi ekonomi, sosial, politik maupun pertahanan keamanan nasional yang terdiri dari u n s u r s t a t u s bandar udara, penunjang pembangunan daerah, moda transportasi dan pertahanan keamanan. Pasal 3 () yang diberikan terhadap seluruh komponen sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ditentukan 00 angka kredit dengan p e mbagian sebagai berikut: a. komponen jasa angkutan udara maksimum 55 angka kredit; b. komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan maksimum 5 angka kredit; c. komponen daya tampung bandar udara maksimum 0 angka kredit; d. komponen fasilitas keselamatan penerbangan maksimum 0 angka kredit; e. komponen status dan fungsi bandar udara maksimum 0 angka kredit. (2) Rincian angka kredit untuk tiap unsur masing-masing komponen kriteria

klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (), sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini. Pasal 4 Penetapan klasifikasi bandar udara didasarkan pada jumlah angka kredit yang diperoleh bandar udara yang bersangkutan. Pasal 5 Berdasarkan jumlah angka kredit yang diperoleh bandar udara sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, bandar udara diklasifikasikan dalam, kelas sebagai berikut: a. Bandar Udara Kelas I; b. Bandar Udara Kelas II; c. Bandar Udara Kelas III; d. Bandar Udara Kelas IV; e. Bandar Udara Kelas V. Pasal 6 () Jumlah angka kredit untuk menetapkan klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ditetapkan sebagai berikut: a. Bandar Udara Kelas I, jumlah angka kredit lebih dari 65; b. Bandar Udara Kelas II, jumlah angka kredit lebih dari 40 65; c. Bandar Udara Kelas III, jumlah angka kredit lebih dari 25 40; d. Bandar Udara Kelas IV, jumlah angka kredit lebih dari 20 25; e. Bandar Udara Kelas V, jumlah angka kredit lebih dari 0 20. (2) Bagi suatu bandar udara yang jumlah angka kreditnya kurang dari 0 diklasifikasikan sebagai bandar udara non kelas. Pasal 7 () Berdasarkan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini, Menteri Perhubungan dengan keputusan tersendiri menetapkan kelaskelas bandar udara. (2) Kelas-kelas bandar udara sebagaimana dimaksud dalam ayat () ditinjau

dan dinilai kembali dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun. Pasal 8 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 3 Februari 993 MENTERI PERHUBUNGAN ttd Ir. AZWAR ANAS SALINAN keputusan ini disampaikan kepada :. Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan Wasbang; 2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Dalam Negeri; 5. Menteri Kehakiman; 6. Menteri Pertanian; 7. Menteri Kesehatan; 8. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; 9. Kepala Staf TNT Angkatan Udara; 0. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal,Para Direktur Jenderal dan para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan;. Para Kepala Biro di lingkungan Departemen Perhubungan; 2. Sekretaris Direktorat Jenderal dan para Kepala Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 3. Para Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; 4. Para Kepala Bandar Udara.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM.36 TAIUN 993 TANGGAL : 3 Februari 993 ANGKA KREDIT KOMPONEN KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA. Komponen Jasa Angkutan Udara a. Jumlah penumpang pertahun (berangkat-datang dan transit) Jumlah penumpang pertahun 8.000.00 ke atas 30 4.000.00 8.000.000 29 2.000.00 4.000.000 28.000.00 2.000.000 27 600.00 400.00.000.000 600.000 26 25 350.00 400.000 23 250.00 350.000 2 200.00 250.000 9 75.00 200.000 7 50.00 25.00 75.000 50.000 5 3 00.00 25.000 75.00 00.000 9 50.00 75.000 50.000 6 3 b. Jumlah kargo dalam ton pertahun (berangkat dan datang) Jumlah kargo dalam ton pertahun 50.00 ke atas 5 25.00 50.00 4,50 5.00 0.00 25.00 5.00 4 3,50 7.00 0.00 3 4.00 7.000 2,50 2.50.50 s/ld 4.000 2.500 2,50.00.500 70.000 0 45 700 8,50 30 450 7 20 300 5 5 200 4 0 50 2,50 00

c. Jumlah pergerakan pesawat pertahun (berangkat - datang dan transit). Jumlah pergerakan pesawat pertahun 00.00 ke atas 0 60.00 35.00 00.000 60.000 9,75 9,50 20.00 35.000 9,25 4.00 0.00 20.000 4.000 9 8,50 6.00 3.00 0.000 6.000 7,50 7 2.00 3.500 6,50.25 2.000 6 75.250 5 40 750 4 25 400 3 5 200 2 0 50 00 0,50 2. Komponen pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan a. Pelayanan keselamatan lalu lintas udara. Jenis pelayanan keselamatan lalu lintas angkutan udara ). ACC (Areal Control Centre ) 2,25 2). APP (Aproach Control Office),25 3). ADC/AFIS (Aerodrome Control /Aerodrome Flight Information Services) 4). MWARA (Mayor World Air Route Area) 0,75 5). RDARA (Regional Domestic Air Route Area) 0,50 6). AFS ( Aeronautical Fixed Station) 0,25 b. Pelayanan operasi darat : d. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PK-PPK) Jenis PK-PPK a) Tingkat I 2,25 b) Tingkat II 2,00 c) Tingkat III,50 d) Tingkat IV

e. Pengamanan dalam : Jenis Pengamanan Dalam a) Tingkat I Skrining penumpang,bagasi, kargo, dengan alat b) Tingkat II Skrining penumpang,bagasi, dengan alat c) Tingkat III Skrining penumpang dengan alat d) Tingkat IV Skrining penumpang secara manual,75,50 0,75 f. Operasi Terminal Jenis Operasi Terminal a) Tingkat I - pelayanan operasi terminal - pelayanan umum - pelayan konsesioner - pelayanan perkantoran b) Tingkat II - pelayanan operasi terminal - pelayanan umum - pelayanan konsesioner c) Tingkat III - pelayanan operasi terminal - pelayanan umum d) Tingkat IV - pelayanan operasi terminal,50,25 0,50 g. Fasilitas pengisian bahan bakar 0,50

c. Pelayanan penerangan aeronautika : Jenis pelayanan penerangan aeronautika ). AIS(Aeronautical I nformation Service) Kelas I 2). AIS(Aeronautical Information Service) Kelas II,50 d. Waktu operasi bandar udara Waktu operasi bandar udara I (24 jam),50 II Pukul 06.00 23.00 III Pukul 06.00 8.00 0,75 IV Pukul 06.00.00 0,50 3. Komponen daya tampung bandar udara a. Daya tampung landasan pacu: Kemampuan daya tampung landasan pacu B-747, DC-0, MD- dan sejenisnya atau lebih tinggi 6 A-300, B-757, B-767 dan sejenisnya 5,50 DC-9, F-00, B-737 dan sejenisnya 5 F-28, C-30 dan sejenisnya 4 F-27, HS-748, DASH-7, CN-235, N-250 dan sejenisnya 3 C-22, win Otter,DC-3 dan sejenisnya 2 BN-2A ke bawah b. Daya tampung pelataran parkir pesawat udara (M2) Luas pelataran parkir pesawat 25.00 - ke atas 4 65.0W - 25.000 3,50 25.00-65.000 3

20.00-25.000 2,50 5.00-20.000 2 7.00-5.000,50 2.00-7.000.000-2.000 0,50 di bawah 000 0,25 4. Komponen fasilitas kese l lama, ".-an penerbangan a. Fasilitas telekomunikasi penerbangan Janis peralatan fasilitas keselamatan panerbangan ). ACC (Aerodrome Control Center) 2). APP (Approach Control Of fice) 0,30 3). MWARA (Major World Air Route 0,50 Area), MSC (Massage Switching Center) dan RDARA (Regional / Domestic Air Route Area) atau peralatan telekomunikasi satelit 4). AMSC (Auatomatic Message Switching Center) 0,30 5). ADC/AFIS (Aerodrome Control Tower/erodrome Flight Informtion 0,20 Services) 6). PTP HF-SSB (Point to Point/ Single Side Band 0,20 b. Fasilitas navigasi udara Jenis peralatan fasilitas navigasi udara ) ILS/MLS (Intrument Landing Systeri/Hicrowava Landing System) 2) RADAR (Radio Detection And Ranging) 3) DVOR/DME (Doppler Very High Frequensi Omni Range/ D i s t a n c e Measuring Equipment) dan N D B ( N o r D i r e c t i o n a l B e a c o n ), atau peralatan navigasi satelit

c. Fasilitas elektronika bandar udara Jenis fasilitas elektronika bandar udara ). Konsol dan pemapar (Display) ATC & Komunikasi 0,50 2). CIS (Cetral Informatioan System) 0,40 3). RDPS (Radar Data Processing System)/ADS (Automatical Dependence Survilance) 0,40 4). FDPS (Flight Data Processing System) 0,30 5). Sistem securiti pengamanan bandar udara terpusat 0,25 6). Peralatan sekuriti pemeriksaan penumpang dan baring 0,5 d. Fasilitas listrik Jenis fasilitas listrik a) Catu daya PLN 0,60 b) Catu daya cadangan 0,60 c) Alat Bantu pendaratan visual 0,60 d) Transmisi & Distribusi 0,30 e) Peralatan elektromekanikal static 0,20 f) Peralatan elektromekanikal dinamis 0,20 5. Komponen status dan -fungsi a. Status bandar udara Jenis status bandar udara ). Pintu masuk/pelayanan internasional 3 2). lbu Kota Propinsi 2,5 3). Perbatasan,5 b. Penunjang pembangunan daerah Jenis penunjang pembangunan daerah ). Pusat wilayah, 3

pengembangar utama 2). Hub (pusat penyebaran) 2 3). Spoke (cabang penyebaran),50 c. Aksessibilitas daerah (Moda transportasi) ) tinggi ( 3 moda ) 2) sedang ( 2 moda ),5 3) rendah ( moda ) 2 d. Pertahanan keari;anan ). Bandar udara Sipil - millter 2 2). Sipil MENTERI PERHUBUNGAN ttd Ir. AZWAR ANAS