BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pencapaian sasaran pembangunan sub sektor peternakan melibatkan peran serta pemerintah melalui berbagai program kegiatan untuk mencapai tujuan pembangunan peternakan. Sasaran pembangunan sub sektor peternakan yang ditetapkan dan diprioritaskan pada peningkatan populasi ternak, penyediaan susu, daging dan telur sebagai konsumsi dan meningkatkan kelembagaan informasi pasar untuk memperpendek jarak antara konsumen dan produsen. Menurut Nur et al., (2007), seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, tuntutan permintaan masyarakat terhadap kebutuhan susu sebagai sumber protein hewani cenderung mengalami peningkatan dari tahun ketahun, ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penyediaan gizi bagi terciptanya kesehatan manusia dan kondisi manusia yang semakin membaik. Susu segar adalah bahan pangan yang perisable (mudah rusak), karena mempunyai kadar air tinggi sekitar 87 % - 90 % serta mempunyai nilai nutrisi yang lengkap sehingga baik untuk konsumsi manusia, hewan dan mikroorganisme, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan untuk mempertahankan kualitasnya. Teknologi pengolahan susu segar disamping menghambat kerusakan juga untuk penganekaragaman bahan pangan, karena dengan proses pengolahan kerusakan secara fisik, kimia, dan mikrobiologis akan dapat dicegah dan sekaligus dapat menambah nilai ekonomis dari produk tersebut dan selanjutnya supaya dapat mempertahankan kualitasnya (Khotimah, 2009). 1
2 Susu segar mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi dan sebagai bahan minuman manusia yang baik untuk kesehatan tubuh, sebab susu segar merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Zat-zat gizi yang terkandung didalamnya mempunyai perbandingan yang sempurna dan mudah dicerna. Secara skematis susunan zat gizi yang terkandung di dalam susu segar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Susu Segar Per 100 ml No. Kandungan Keterangan (per 100 ml) 1. Air 87,7% 2. Bahan kering tanpa lemak 8,6% 3. Bahan kering 12,1% 4. Protein 3,2% 5. Laktose 4,6% 6. Mineral l0,85% 7. Lemak 3,45% 8. Albumin 0,55% 9. Casein atau bahan keju 2,75% Sumber : Aak (1974). Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa di dalam susu segar terdapat kandungan zat-zat gizi diantaranya : air, bahan kering tanpa lemak, bahan kering, protein, laktose, mineral, lemak, albumin, dan bahan keju (casein). Semua zat-zat gizi yang terkandung dalam susu segar sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan zat gizi tertinggi adalah air yaitu sebesar 87,7%. Susu segar juga banyak mengandung bahan kering sebesar 12,1% dan 10,85% mineral (Aak, 1974). Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya ekonomi serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, menyebabkan meningkatnya permintaan bahan-bahan makanan dan minuman seperti permintaan susu. Kebutuhan susu di Indonesia sekitar 6,4 juta liter/hari, tetapi produktifitas sapi perah dalam negeri masih sangat kurang dan jauh dibawah kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri pemerintah saat ini masih mengimpor susu sebesar 1,7 juta ton, karena susu sapi yang diproduksi selama ini belum memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, kebutuhan
3 tersebut hanya dapat dipenuhi 0,6 juta ton pertahun, dari kebutuhan susu sebesar 2,3 juta ton per tahun (Ngadiyono, 2007). Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang cukup berperan dalam perekonomian masyarakat pedesaan. Peternakan sapi perah merupakan salah satu bagian dari sub sektor peternakan yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung dalam penyediaan protein hewani, karena salah satu tujuan dari pemerintah dalam mengembangkan sapi perah adalah untuk meningkatkan pendapatan peternak (Sudono et al., 2003). Perkembangan di sektor peternakan khususnya sapi perah memegang peranan sangat penting bagi masyarakat dan para peternak sapi perah. Usaha peternakan sapi perah diterapkan menjadi peluang dalam mengembangkan agribisnis. Tabel 2. Jumlah Produksi Susu Segar Di Kabupaten Klaten Tahun 2004 sampai 2008 No. Kecamatan Jumlah Produksi Susu Segar (Liter) 1. Manisrenggo 138.564 2. Karangnongko 257.841 3. Tulung 228.568 4. Jatinom 2.670.783 5. Kemalang 316.784 Jumlah Total Tahun 2008 3.612.540 Tahun 2007 3.006.677 Tahun 2006 2.698.270 Tahun 2005 2.602.880 Tahun 2004 3.005.700 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2008 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dari data 5 tahun (2004-2008) jumlah produksi susu segar yang ada di Kabupaten Klaten adalah pada tahun 2004 sebanyak 3.005.700 liter, tahun 2005 menurun menjadi 2.602.880 liter, tahun 2006 cenderung stabil yaitu 2.698.270 liter, tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 3.006.667 liter, dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi 3.612.540 liter yang merupakan tahun dengan produksi susu segar terbanyak. Dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, hanya 5 Kecamatan yang terdapat peternak sapi perah. Dan dari 5 Kecamatan tersebut,
4 Kecamatan Jatinom merupakan Kecamatan dengan jumlah produksi susu segar terbanyak yaitu 2.670.783 liter/tahun. Pemasaran sebagai salah satu komponen pasca produksi yang perlu mendapatkan perhatian lebih karena pemasaran merupakan salah satu kunci dalam pengembangan usaha dengan harapan mendapatkan keuntungan yang layak, serta pemasaran merupakan proses produksi yang menyangkut kegiatan memindahkan barang atau jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi, kegiatan ini disebut fungsi pemasaran. Sampai saat ini dalam hal pemasaran susu segar, masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran, biaya, margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran, hal ini sangat mempengaruhi pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom. B. Perumusan Masalah Hasil utama dari usaha ternak sapi perah adalah susu. Hasil usaha ini bisa diharapkan menjadi sumber pendapatan usaha yang lebih bagi peternak. Namun demikian harga susu yang dijual peternak terkadang untuk menutup biaya produksi saja tidak mencukupi, apalagi masalah kualitas susu yang ditetapkan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) mensyaratkan batas-batas minimal lemak atau Total Solid (TS) dan batas maksimal kandungan bakteri dalam susu yang harus dipenuhi oleh peternak. Dalam pemasarannya, sebagian peternak sapi memasarkan susu melalui pedagang perantara dan sebagian lagi melalui pedagang pengumpul. Pedagang perantara dan pedagang pengumpul dalam memasarkannya memiliki beberapa jalur pemasaran, masing-masing jalur pemasaran mempunyai fungsi pemasaran, margin pemasaran dan keuntungan yang berbeda. Kegiatan penyampaian barang dari produsen ke konsumen membutuhkan biaya antara lain biaya pengangkutan, penyimpanan, resiko dan lain-lain, ini akan berpengaruh pada harga ditingkat produsen dan harga yang dibayar oleh konsumen. Susu segar yang dihasilkan tersebut tidak hanya dipasarkan di wilayah Kecamatan Jatinom, tetapi juga diluar Kecamatan Jatinom. Dengan
5 demikian, pemasaran memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan pendapatan peternak/produsen. Pemasaran produk peternakan seringkali menimbulkan selisih harga yang relatif tinggi antara produsen dengan konsumen, harga susu segar yang dibayarkan pedagang pengumpul kepada peternak pada bulan April 2010 ratarata sebesar Rp 2.900,-/liter, sedangkan harga susu segar yang dibayarkan pedagang perantara kepada peternak pada bulan April 2010 rata-rata sebesar Rp 2.750,50,-/liter. Selisih harga tersebut disebabkan karena biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran susu segar. Kegiatan pemasaran dalam menyampaikan barang kepada konsumen dari produsen akan membutuhkan biaya, sehingga akan berpengaruh terhadap harga yang dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima ditingkat produsen. Masalah pemasaran ini bukan semata-mata terletak pada panjang pendeknya saluran pemasaran, tetapi saluran pemasaran mana yang memberikan tingkat efisiensi yang lebih tinggi dan mampu bersaing di pasar. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana saluran pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten? 2. Fungsi-fungsi pemasaran apa saja, yang dilakukan mulai dari produsen (peternak) ke konsumen di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten? 3. Berapa besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten? 4. Berapa besarnya tingkat efisiensi ekonomis pada pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten?
6 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian mengenai analisis pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui saluran pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. b. Mengetahui fungsi-fungsi pemasaran susu segar yang dilakukan mulai dari produsen (peternak) ke konsumen di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. c. Menganalisis besarnya biaya, keuntungan dan margin pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. d. Menganalisis tingkat efisiensi ekonomis pada pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi analisis pemasaran susu segar produk peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. 3. Bagi peternak, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan usaha dan mampu memperbaiki manajemen usaha. 4. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai bahan kajian dan referensi mengenai permasalahan yang sama.