FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDUDUK USIA TAHUN DI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

Transkripsi:

ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya tidak mempunyai gejala. Menurut WHO tahun 2008, hipertensi telah menjangkit 30,4 % populasi dunia dengan perbandingan 29,6% pada pria dan 28,1% pada wanita. Data Puskesmas Bara Baraya Makassar, pada tahun 2013 terdapat 846 orang yang menderita hipertensi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar yaitu genetik, kebiasaan merokok dan obesitas. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan Case Control study. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Bara-Baraya Makassar pada bulan Februari-Maret 2014. Uji statistik yang digunakan adalah Odds Ratio (OR). Hasil penelitian diperoleh genetik OR = 2,778 (LL = 1,123 dan UL = 6,868) sehingga orang yang memiliki riwayat genetik berisiko 2,778 kali lebih tinggi menderita hipertensi, kebiasaan merokok nilai OR = 2,538 (LL = 1,023 dan UL = 6,298) dimana orang yang merokok berisiko 2,538 kali lebih tinggi menderita hipertensi, obesitas nilai OR = 2,500 (LL = 1,016 dan UL = 6,149) dimana orang yang obesitas berisiko 2,500 kali lebih tinggi menderita hipertensi. Genetik, kebiasaan merokok dan obesitas merupakan faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar. Kata Kunci : Hipertensi, Genetik, Kebiasaan Merokok, PENDAHULUAN Tekanan darah tinggi biasanya tidak mempunyai gejala. Kenyataannya, banyak orang yang mempunyai tekanan darah tinggi selama bertahun-tahun tapi tidak mengetahuinya. Itulah sebabnya mengapa tekanan darah tinggi disebut pembunuh diam-diam atau silent killer. Fakta juga membuktikan bahwa hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah orang kaya maupun miskin. Meskipun hipertensi adalah penyakit yang mematikan di dunia, namun hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko arteriosklerosis, serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Penyakit hipertensi ini, tahun demi tahun, terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Page 1

Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025. Oleh karena itu, diperlukan penanganan serius oleh berbagai pihak untuk menekan angka kematian pada penderita hipertensi. Menurut WHO tahun 2008, hipertensi telah menjangkit 30,4 % populasi dunia dengan perbandingan 29,6% pada pria dan 28,1% pada wanita. Penelitian yang dilakukan oleh national health and nutrion examination survey (NHANES, 2005-2006) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 28,4% dari populasi orang dewasa menderita hipertensi dan prevalansi ini meningkat tajam dengan bertambahnya usia (Field, 2008). Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2008, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi 83 per 1000 anggota rumah tangga, pada tahun 2009 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%) (Depkes RI, 2010). Sedangkan dari data provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2009 17,63% dan pada tahun 2010 20,87% dari jumlah penduduk 7.738.915 jiwa (Dinkes, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari data di Puskesmas Bara Baraya Makassar, pada tahun 2012 terdapat 846 orang yang menderita hipertensi sedangkan pada tahun 2013 terdapat 1480 orang yang menderita hipertensi (Puskesmas Bara Baraya Makassar, 2013). Penelitian Ekowati Rahajeng dan Sulistyowati Tuminah pada tahun 2009 menemukan bahwa berdasarkan status gizi, proporsi responden yang obese dan kegemukan lebih tinggi pada kelompok hipertensi daripada kontrol. Secara bermakna, besarnya risiko hipertensi pada kelompok obesitas meningkat 2,79 kali, gemuk 2,15 kali, dan normal 1,44 kali dibandingkan mereka yang kurus. abdominal juga mempunyai risiko hipertensi secara bermakna (OR 1,40). Pada tahun tahun 2011 penelitian Kiki Korneliani, Dida Meida memperoleh hasil ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi, responden yang obesitas mempunyai risiko 3,8 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas. Adhyanti, Saifuddin Sirajuddin dan Nurhaedar Jafar melakukan penelitian pada tahun 2012 menemukan hasil analisis besar risiko obesitas terhadap kejadian hipertensi. Dari pembahasan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA - BARAYA MAKASSAR agar nantinya dapat berguna bagi masyarakat tentang hipertensi. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain Case Control study untuk mengetahui faktor risiko genetik, kebiasaan merokok, dan obesitas dengan kejadian hipertensi. Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien di Puskesmas Bara-Baraya Makassar. Page 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 7 menunjukkan bahwa sampel pada penelitian ini terdiri dari laki-laki yang menderita hipertensi sebanyak 19 orang (54,3%) dan perempuan yang menderita hipertensi sebanyak 21 orang (46,7). Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tabel 8 menunjukkan bahwa pada penelitian ini sampel yang paling banyak menderita hipertensi adalah kelompok umur 45-64 yaitu sebanyak 17 orang (42,5%). Umur 15-24 2 5,0 8 20,0 10 12,5 25-44 15 37,5 15 37,5 30 37,5 45-64 17 42,5 13 32,5 30 37,5 65 6 15,0 4 10,0 10 12,5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 9 menunjukkan bahwa sampel pada penelitian ini yang paling banyak menderita hipertensi adalah kelompok yang tamat SMP yaitu 13 orang (32,5%). Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD 5 12,5 0 0,0 5 6,2 Tamat SD 9 22,5 9 22,5 18 31,2 Tamat SMP 13 32,5 12 30,0 25 31,2 Tamat SMA 7 17,5 12 30, 0 19 23,8 Tamat D2/D3 5 12,5 5 12,5 10 12,5 Tamat Perguruan 1 2,5 2 5,0 3 3,8 Tinggi Jenis Kelamin Laki-laki 19 54,3 16 45,7 35 43,8 Perempuan 21 46,7 24 53,3 45 56,2 Analisis Univariat Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Genetik Riwayat Genetik Beriwayat 25 62,5 15 37,5 40 50,0 Tidak Beriwayat 15 37,5 25 62,5 40 50,0 Tabel 10 menunjukkan bahwa riwayat genetik terbanyak dari kelompok kasus sebanyak 25 responden (62,5%), kelompok kontrol terbanyak yaitu 15 responden (37,5%). Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok Merokok 22 55,0 13 32,5 35 43,8 Tidak Merokok 18 45,0 27 67,5 45 56,2 Tabel 11 menunjukkan bahwa kebiasaan merokok terbanyak pada kelompok kasus sebanyak 22 responden (55,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 27 responden (67,5%). Page 3

Distribusi Responden Berdasarkan 25 62,5 16 40,0 41 51,2 Tidak 15 37,5 24 60,0 39 48,8 Tabel 12 menunjukkan bahwa obesitas pada kelompok kasus sebanyak 25 responden (62,5%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 24 responden (60,0%). Analisa Bivariat Faktor Risiko Genetik terhadap Kejadian Hipertensi Tabel 13 Faktor Risiko Genetik Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tahun 2014 Genetik Beriwayat 25 62,5 15 37,5 40 50,0 Tidak Beriwayat 15 37,5 25 62,5 40 50,0 OR upper (UL) = 6,868 karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 maka genetik terhadap kejadian hipertensi merupakan faktor risiko yang bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa genetik merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dan memiliki hubungan yang bermakna. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok Terhadap Tabel 14 Faktor Risiko Kebiasaan Merokok Terhadap Di Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tahun 2014 Kebiasaan Merokok CI 95% LL-Perokok UL n 22 % 55,0 n 13 % 32,5 n 35 % 43,8 Bukan 18 45,0 27 67,5 45 56,2 2,778 1,123 Perokok -6,868 OR CI 95% LL- UL 2,537 1,023-6,298 Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 80 sampel yang dipilih, kelompok kasus memiliki riwayat genetik yaitu 25 orang (62,5%). Demikian pada kelompok kontrol tidak memiliki riwayat genetik yaitu 25 orang (62,5%). Berdasarkan uji odds ratio dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai OR = 2,778. Hasil analisis bivariat antara riwayat genetik dengan kejadian hipertensi adalah orang yang memiliki riwayat genetik berisiko 2,778 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat genetik. Dengan nilai lower limit (LL) = 1,123 dan Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 80 sampel yang dipilih, kelompok kasus memiliki kebiasaan merokok yaitu 22 orang (55,0%). Demikian pada kelompok kontrol tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu 27 orang (67,5%). Berdasarkan uji odds ratio dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai OR = 2,538. Hasil analisis bivariat antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi adalah orang yang memiliki kebiasaan merokok berisiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Dengan nilai lower limit (LL) = 1,023 dan upper (UL) = 6,298 karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 maka kebiasaan merokok terhadap Page 4

kejadian hipertensi merupakan faktor risiko yang bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dan memiliki hubungan yang bermakna. Faktor Risiko Terhadap Tabel 15 Faktor Risiko Terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar Tahun 2014 25 62,5 16 40,0 41 51,2 Tidak 15 37,5 24 60,0 39 48,8 OR CI 95% 2,5 00 LL- UL 1,016-6,149 Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 80 sampel yang dipilih, kelompok kasus obesitas yaitu 25 orang (62,5%). Demikian pada kelompok kontrol lebih banyak ditemukan pada sampel yang tidak obesitas yaitu 24 orang (60,0%). Berdasarkan uji odds ratio dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai OR = 2,500. Hasil analisis bivariat antara obesitas dengan kejadian hipertensi adalah orang yang obesitas berisiko 2,500 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Dengan nilai lower limit (LL) = 1,016 dan upper (UL) = 6,149 karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai 1 maka obesitas terhadap kejadian hipertensi merupakan faktor risiko yang bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dan memiliki hubungan yang bermakna. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan tersebut di atas dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis penelitian maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Genetik merupakan faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar. 2. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar. 3. merupakan faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan : 1. Orang yang memiliki riwayat genetik menderita hipertensi sebaiknya menjaga pola hidup yang sehat seperti mengonsumsi makanan yang sehat, mengontrol tekanan darah untuk mencegah terjadinya hipertensi. 2. Orang yang mempunyai kebiasaan merokok diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok untuk mencegah terjadinya hipertensi. 3. Orang yang obesitas atau kelebihan berat badan sebaiknya memperhatikan gaya hidup sehat seperti makan makanan bergizi, rendah lemak, mengatur pola makan serta rajin bergerak atau berolahraga untuk mencegah penimbunan lemak (obesitas) yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Page 5

DAFTAR PUSTAKA Adhyanti, Saifuddin Sirajuddin, Nurhaedar Jafar. 2012. Faktor Risiko Pola Konsumsi Natrium Kalium Serta Status Terhadap Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Lailangga. http://222.124.222.229/handle/12345 6789/7290. Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia buku 2. Salemba Medika. Jakarta. Bangun, A. P, Dr, MHA. 2002. Terapi Jus Dan Ramuan Tradisional Untuk Hipertensi. Cetakan 1. Agro Media Pustaka. Jakarta. Boediman, Dradjat. 2011. Pengetahuan Gizi Masyarakat Awam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volum 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Casey, Aggie dan Herbert Benson. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. PT. Buana Ilmu Populer. Jakarta. Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Proverawati, Atikah. 2010. dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja. Nuha Medika. Yogyakarta. Puji, Esse, dkk. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 10. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar. Makassar Puskesmas Bara-Baraya Makassar. 2013 Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah. 2009. Prelevansi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. http://eprints.undip.ac.id. Diakses Tanggal 18 Desember 2013 Ramadhan, A J.2009. Mencermati Berbagai Gangguan Pada Darah dan Pembuluh Darah. DIVA Press. Yogyakarta. Rizaldy, Pinzon. 2010. Awaes Stroke. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta. Sharkey, Brian J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Korneliani, Kiki dan Dida Meida. 2012. Hubungan Dan Stres Dengan Guru SD Wanita. http://eprints.undip.ac.id/ Diakses Tanggal 18 Desember 2013. Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Page 6