3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAMAN MORFOLOGI POPULASI IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAMPAR, PROVINSI RIAU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Abstrak. notopterus, Sungai Sail, morfometrik, meristik, pola. Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

3. METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

3. METODE PENELITIAN

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

III. MATERI DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

3. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,, Imron Hamsyah C SKRIPSI

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

BAWAL Vol. 4 (3) Desember 2012 :

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

2. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

III. METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

3. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

III. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KARAKTERISTIK MORFOLOGI IKAN ASANG (Osthechilus haselti CV) BERDASARKAN TRUSS MORFOMETRIK PADA HABITAT PERAIRAN YANG BERBEDA.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

PENUNTUN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Metode Kerja

3. METODOLOGI PENELITAN

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Tahapan Penelitian Persiapan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

3. METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

Transkripsi:

10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau. Sampel ikan diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dan tim peneliti pada 5 lokasi sampling yaitu, Waduk Kuto Panjang, Sungai Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam. Penentuan titik sampling didasarkan pada informasi banyaknya ikan belida yang tertangkap oleh nelayan di lokasi tersebut. Ikan yang tertangkap diawetkan dengan alkohol absolut, kemudian sampel dibawa untuk dianalisis di Laboratorium Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang dan Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peta Lokasi Penelitian Sungai Kampar Provinsi Riau 0 45' 0 30' 1 45' LANGGAM WADUK KUTO PANJANG 1 3 SUNGAI TESO 2 RANTAU BARU 4 5 Kuala Tolam Keterangan : Stasiun Sungai Pantai Batas WS Bengkalis Indragiri Kampar Reteh Rokan Siak Inset Sumber : BRPPU Palembang 100 15' 101 30' 102 45' 104 Gambar 2. Lokasi penelitian

11 Stasiun Waduk Kuto Panjang memiliki tipe substrat berpasir dan terdapat pohon yang sudah mati. Stasiun Sungai Teso perairannya berwarna coklat, memiliki substrat berpasir, dan di tepi sungai terdapat banyak tumbuhan. Untuk stasiun Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam tipe substratnya berlumpur dan warna perairan agak kecoklatan (Lampiran 1). Parameter fisika dan kimia perairan Sungai Kampar selama penelitian di kelima stasiun pengambilan ikan contoh secara umum dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Parameter A. Fisika Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan daerah aliran Sungai Kampar Kisaran Satuan WD ST LG RB KT 1. Suhu air o C 28,0-33,0 26,6-29,8 27,7-31,5 25,8-29,6 29-31,9 2. Kedalaman m 4,1-9,3 0,2-4,6 3,0-19,7 1,2-6,9 4,1-6,1 3. Kecerahan cm 9,0-20,0 9,9-16,5 40,0-53,3 21,7-48,0 27,5-65,8 B. Kimia 1. DO mg/l 5,5-7,3 7,6-7,9 2,3-3,5 2,4-7,9 3,6-7,4 2. ph unit 6,5-8,6 5,0-8,0 5,5-6,9 5,0-6,6 5,0-6,6 Keterangan: WD: Waduk Koto Panjang; ST: Sungai Teso; LG: Langgam; RB: Rantau Baru; KT: Kuala Tolam 3.2. Metode Kerja 3.2.1. Pengambilan ikan contoh Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap tiga bulan sekali yaitu pada bulan Mei, Agustus, dan November 2009 di lima lokasi sampling. Pengambilan sampel ikan belida dilakukan oleh nelayan lokal dan juga tim peneliti menggunakan alat tangkap pancing dan lukah pada stasiun Sungai Teso, serok pada stasiun Rantau Baru, sempirai pada stasiun Kuala Tolam, pancing dan lukah pada stasiun Langgam, dan Lukah pada stasiun Waduk Kuto Panjang (Lampiran 2). Ikan yang tertangkap dibawa ke daratan dan langsung diukur panjang dan bobotnya. Panjang ikan diukur menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm, sedangkan bobot ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram. Ikan kemudian ditandai dengan Tagging Dynamo Machine berdasarkan stasiun penangkapan. Kemudian tubuh ikan belida diawetkan dengan larutan alkohol 5%, 10%, 20%, 50%, 70% secara gradual agar alkohol meresap ke dlam tubuh ikan

12 sehingga bagian dalam tubuh ikan tidak hancur. Selanjutnya ikan belida di analisa karakter morfometrik, meristik, dan fluktuasi asimetrik di Laboratorium Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang dan Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2.2. Pengamatan karakter morfologi ikan contoh di laboratorium Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan di laboratorium adalah alat bedah, botol sampel, penggaris dengan ketelitian 1 mm, electronic digital caliper dengan ketelitian 0,01 mm, dan tissue (Lampiran 3). Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan belida, alkohol, formalin 5% untuk mengawetkan insang dan aquades. Dalam pengerjaannya ikan yang telah diawetkan dicuci terlebih dahulu, kemudian diukur karakter morfometriknya menggunakan penggaris dan electronic digital caliper dan dihitung karakter meristiknya secara manual. Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi ikan. Galman (1987) in Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) in Widiyanto (2008) menentukan 34 karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian ini ditentukan 25 karakter morfometrik dan meristik yang didasarkan pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang diukur dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 serta pada tabel 3. Tabel 3. Karakter morfometrik dan meristik No Karakter Abreviation Keterangan 1 Panjang standar (Standard SL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal ekor 2 Jarak ke operculum kedua (Distance to second operculum) 3 Panjang hidung (Snout DSO SNL Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan operculum kedua Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang hidung 4 Lebar kepala (Head width) HW Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala

13 5 Lebar antar mata (Interorbital width) 6 Rahang atas (Upper jaw mouth) 7 Rahang bawah (Lower jaw mouth) 8 Panjang pectoral (Pectoral 9 Diameter mata (Eye diameter) 10 Panjang sebelum sirip pectoral (Prepectoral fin 11 Panjang sebelum sirip ventral (Prepelfiv 12 Panjang sebelum sirip anal (Pre-anal 13 Lebar mulut (Mouth width) IOW UJM LJM PTL ED PPFL PPL PAL MW Jarak lurus antara kedua mata Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah Jarak dari ujung kepala sampai operculum pertama Panjang garis tengah rongga mata Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral Panjang prepelfiv, jarak antara ujung terdepan mulut dengan pangkal sirip ventral Jarak antara ujung terdepan mulut dengan pangkal sirip anal Bukaan mulut paling lebar, jarak antara sudut sisi kiri dan kanan mulut 14 Lebar tubuh (Body width) BW Jarak paling lebar sisi kanan dan kiri tubuh ikan 15 Panjang sirip pectoral (Pectoral fin 16 Panjang sirip ventral (Pelvic fin 17 Panjang sirip dorsal (Dorsal fin 18 Jumlah duri ventral (Number of ventral spines) PFL PEFL DFL NVS Jarak antara ujung sirip pectoral dengan pangkal sirip pectoral Jarak antara ujung sirip ventral dengan pangkal sirip ventral Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar sirip dorsal Jumlah duri-duri pada bagian ventral di dekat kepala 19 Jumlah jari-jari sepanjang sirip anal (Number of anal fin length rays) 20 Jumlah jari-jari sirip pectoral (Number of pectoral fin rays) 21 Jumlah jari-jari sirip dorsal (Number of dorsal fin rays) NAFL NPF NDF Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip anal Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip pectoral Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip dorsal 22 Tinggi kepala (Head depth) HD Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 23 Lebar sirip anal (Anal fin width) 24 Panjang kepala (Head AFW HL Ukuran paling lebar sirip anal Jarak antara ujung mulut dan ujung operculum terakhir 25 Tinggi badan (Body depth) BD Jarak lurus terpanjang antara bagian atas dan bawah tubuh ikan

14 Gambar 3. Karakter morfologi ikan tampak samping Gambar 4. Karakter morfologi ikan tampak atas 14

15 Untuk fluktuasi asimetrik, karakter morfometrik dan meristik bilateral yang diukur dan dihitung yaitu : 1. Lengkung insang terluar (Tapis insang) 2. Jari-jari sirip dada 3. Diameter mata (Diameter Panjang dan Lebar mata) 3.3. Analisis Data Selang kelas panjang ditentukan berdasarkan Walpole (1995). Banyaknya selang kelas ditentukan oleh rumus k = 1 + 3,322 log n (n adalah banyaknya data panjang total yang diukur). Wilayah data adalah selisih antara ukuran ikan terpanjang dengan terpendek sedangkan lebar selang kelas ditentukan dengan membagi wilayah data dengan banyaknya selang kelas. Pembandingan besarnya keragaman morfologis antar lokasi dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan rata-rata koefisien keragaman (CV). Data morfometrik dan meristik yang berasal dari metode pengukuran konvensional dianalisis menggunakan program Statistica 6.0. Untuk melihat penyebaran karakter dilakukan dengan Analisis Komponen Utama (PCA) dan Analisis Canonical, untuk melihat keeratan korelasi dengan Analisis Diskriminan. Data bobot tidak disertakan dalam analisis ini. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh akibat perbedaan ukuran sampel (Heales Polzin & Staples 1995 in Imron 1998). Karakter yang mempunyai hubungan korelasi yang dekat dapat dianggap memiliki sifat-sifat yang sama ataupun berlawanan (Rachmawati 1999). Untuk meminimalisir pengaruh perbedaan ukuran sampel, maka sebelum dilakukan analisis, seluruh hasil pengukuran panjang pada tubuh ikan yang merupakan karakter morfometrik distandarisasikan ke dalam bentuk persentase panjang standar. 3.3.1. Analisis Komponen Utama (PCA) Analisis Komponen Utama merupakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk mempresentasikan sebagian besar informasi yang terdapat dalam suatu matriks data ke dalam bentuk grafik. Berdasarkan hasil analisis dari program PCA, didapatkan suatu komponen utama yang mampu mempertahankan sebagian

16 besar informasi yang diukur menggunakan keragaman total dengan menggunakan sedikit komponen utama saja. Penggunaan komponen utama sering disarankan untuk digunakan dalam proses mereduksi banyaknya peubah (Sartono et al. 2003). Dari hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Dari hasil analisis pula akan didapat penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi 2005 in Widiyanto 2008). Selain itu, hasil plot antar komponen utama (grafik score plot) dapat digunakan untuk menentukan banyaknya pengelompokkan secara sederhana. 3.3.2. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan adalah teknik analisis untuk mendeskripsikan, mengelompokkan dan membandingkan grup individu yang dikarakteristikkan oleh sejumlah variabel kuantitatif (Bengen 2000). Pada analisis diskriminan kita dihadapkan dengan dua permasalahan, yaitu : a. Mendefinisikan variabel-variabel yang dapat membedakan dengan baik grupgrup individu yang terbentuk. b. Mengenal karakteristik individu yang tidak terklasifikasi dan menemukan grupnya. Tujuan penggunaan analisis ini antara lain, untuk menguji apakah terdapat perbedaan nyata antar beberapa grup yang ditentukan oleh sejumlah variabel kuantitatif dan mendeterminasi variabel-variabel yang paling mengkarakteristikkan perbedaan-perbedaan. 3.3.3. Analisis Kelompok (Cluster) Analisis kelompok dimaksudkan untuk mengelompokkan ikan belida dari setiap stasiun ke dalam kelompok masing-masing dari sejumlah variabel atau karakter yang dianalisis. Teknik ini ditujukan untuk membentuk kelompokkelompok individu yang memiliki karakteristik sama (Bengen 2000). Pada prinsipnya analisis ini menggunakan pengukuran jarak Euclidean.

17 3.3.4. Indeks Fluktuasi Asimetri Pendekatan persentase asimetri dan fluktuasi asimetri dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan karakter morfometrik dan meristik bilateral pada sisi kiri dan kanan setiap individu ikan uji (Nurhidayat 2000). Karakter morfometrik bilateral yang diamati adalah diameter panjang dan lebar mata, sedangkan karakter meristik bilateral yang diamati adalah jumlah jari-jari sirip dada dan tapis insang pada lengkung insang bagian luar. Hasil perhitungan selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai fluktuasi asimetrinya, baik besaran maupun bilangan, dengan rumus yang dikemukakan Leary et al. (1985) sebagai berikut : ( Zi) FAn n ( Xi Yi) FAm n Keterangan : FAn FAm Xi Yi Zi n = fluktuasi asimetri bilangan = fluktuasi asimetri besaran = Jumlah karakter sisi kiri = Jumlah karakter sisi kanan = Jumlah individu asimetri untuk ciri meristik tertentu = Jumlah seluruh sampel yang diamati Dari masing-masing karakter yang diamati dapat dicari nilai fluktuasi asimetri gabungan (Overall). Fluktuasi asimetri gabungan merupakan hasil penjumlahan nilai fluktuasi asimetri dari semua karakter morfometri dan meristik bilateral yang diamati. Rumus : FAgab = FAn + Fam Keterangan : FAgab = fluktuasi asimetri gabungan FAn = fluktuasi asimetri bilangan FAm = fluktuasi asimetri besaran