J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Lemeduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

STUDI KARAKTER MORFOMETRIK - MERISTIK IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI DAS MAHAKAM TENGAH PROPINSI KALIMANTAN TIMUR HELMY AKBAR C

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG


4 HASIL DAN PEMBAHASAN

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

KARAKTERISTIK FENOTIPE MORFOMERISTIK DAN KERAGAMAN GENOTIPE RAPD (RANDOMLY AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA) IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) DI JAWA BARAT

KARAKTERISTIK MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG DAN SUNGAI SIAK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

Abstract Keywords : Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, morphometric, meristic, growth patterns

VARIASI MORFOLOGI DAN KEKERABATAN IKAN NOMEI PERAIRAN KALIMANTAN SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LAUT LOKAL DI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

Keragaman Fenotip Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Perairan Rawa Gambut

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Status taksonomi ikan laut lokal Tarakan, Kalimantan Utara sebagai langkah awal upaya konservasi

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI PERAIRAN LAUT DAN PAYAU KABUPATEN BENGKALIS. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (1) April 2015: ISSN:

KAJIAN BIOLOGI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG JUYEUW KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA

MERISTIK, MORFOMETRIK DAN POLA PERTUMBUHAN IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI TAPUNG RIAU

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

Keywords: Kampar rivers, Ompok sp, relative growth, Siak rivers

Konferensi Akuakultur Indonesia 2013

I. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera

Analisis Morfologi Ikan Puntius binotatus Valenciennes 1842 (Pisces: Cyprinidae) dari beberapa Lokasi di Sumatera Barat

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

Abstract. Keywords : Thynnichthys thynnoides, Pinang Luar Oxbow Lake, morphometric, meristic, growth patterns

MORFOMETRIK IKAN TAPAH (Wallago leeri Bleeker, 1851) DARI SUNGAI SIAK DAN SUNGAI KANDIS PROVINSI RIAU

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

II. BAHAN DAN METODE

DESKRIPSI IKAN FAMILI MUGILIDAE DI LIMA MUARA SUNGAI DI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

Keragaman jenis dan struktur morfometrik Kryptopterus spp. di Sungai Batang Hari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Keanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

KARAKTERISTIK MORFOLOGI IKAN ASANG (Osthechilus haselti CV) BERDASARKAN TRUSS MORFOMETRIK PADA HABITAT PERAIRAN YANG BERBEDA.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

Hubungan Panjang Berat,...Mirna Dwirastina dan Makri,...Sainmatika,...Volume 10,...No.2,...Desember 2013,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

MORFOMETRIK IKAN SELAIS PANJANG LAMPUNG (Kryptopterus apogon) DI SUNGAI KAMPAR KIRI DAN SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU

LIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI

Abstrak. notopterus, Sungai Sail, morfometrik, meristik, pola. Abstract

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TEKNIK PENATAAN KOLEKSI IKAN SEBAGAI MEDIA INFORMASI ILMIAH PLASMA NUTFAH IKAN PERAIRAN UMUM

KERAGAMAN GENETIK IKAN KELABAU PADI (Osteochilus schlegeli Blkr) ASAL PERAIRAN UMUM KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN ANALISIS KARAKTER MORFOMETRIK

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

UKURAN MORFOMETRIK KEKERANGAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

STUDI MORFOMETRI IKAN WADER GOA (Puntius microps Gunther, 1868) YANG UNIK DAN DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal

STUDI MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG ANITA RAHMAN

3. METODOLOGI PENELITAN

Modul Pelatihan Teknik Analisis Kuantitatif Data *

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

Keragaman Jenis dan Struktur Morfometrik Kryptopterus spp. di DAS Batang Hari (Diversity and morphometric structure of Kryptopterus

INVENTARISASI JENIS-JENIS IKAN BUNTAL (FAMILI TETRAODONTIDAE) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS, KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

3. METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA IKAN LELE DUMB0 DAN LELE AFRIKA (CZarias gariepimus Burchell) \i :*t.,\ Oleh : *,, Imron Hamsyah C SKRIPSI

3. METODE PENELITIAN

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Studi Karakter Morfometrik Dan Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Pada Lokasi Berbeda Di Kabupaten Kutai Kartanegara Morphometric and Meristic characteristics of Climbing Perch at Different Locations in Kutai Kartanegara Regency Akhmed Abidarda Azhmie 1), Asfie Maidie. 2) Dan Catur Agus Pebrianto. 2) 1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman 2) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman Jl.Gunung Tabur No.1 Kampus Gunung Kelua Samarinda. E-mail: akhmed_aa@yahoo.com ABSTRACT One species of the family Anabantidae that is climbing perch (Anabas testudineus Bloch) is a freshwater fish native in Borneo. The existence of the climbing perch important to be developed as an alternative nutritious foods in the period in which the condition of the water environment unfavorable to the development of aquaculture because of pollution and natural water conditions are extreme. In terms of resource management of fish as broodstock for culture required information on morphological characters (morphometric and meristic) to identify the units of the population that is in the waters, in addition to the morphological characters useful to identify type of fish. In the study sample was obtained of 76 fish at the Melintang station, 86 fish at Liang station, and 83 fish at Mangkurawang station. To understand the morphometric characters at different locations was used Principal Component Analysis to obtain the correlation between the characters as well as the grouping of individuals based on morphometric characters. Meristic character analysis using comparisons with data from previous studies. According to the result shows that climbing perch at Mangkurawang station relatively same to the fish at Melintang station, but with smallest body. At Liang station has only 3 morphometric different with Melintang station that mean the fish group was same group. The Meristic comparison among three group of climbing perch shown the fins ray was DXVII.8-9; AXI.9-10; VI.5; P14-15. Keywords :Anabas testudius Bloch, Morphometric and Meristic 1. LATAR BELAKANG Perairan tawar mempunyai keanekaragaman ikan yang cukup tinggi, di Paparan Sunda terdapat 798 jenis ikan air tawar, Paparan Wallace terdapat 68 jenis ikan air tawar, dan Paparan Sahul terdapat 106 jenis ikan air tawar (Kottelat, et al., 1993). Jenis ikan air tawar asli yang mendominasi perairan Sumatera dan Kalimantan adalah jenis dari Ordo Ostariophysi (Famili Cyprinidae dan Siluridae), Labyrinthici (Famili Anabantidae dan Channidae), Percomorphi (Famili Nandidae), Opistomi (Famili Mastacembelidae), danmalacopterygii (Famili Notopteridae) (Ondara, 1993). 51

Salah satu spesies dari famili Anabantidae yaitu ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan ikan asli perairan Kalimantan dan Sumatera.Ikan betok di wilayah Kalimantan menurut Kottelat, et al., (1993) terdiri dari satu spesies, sedangkan untuk wilayah Sulawesi dimungkinkan ditemukan lebih dari satu spesies. Pengamatan terhadap kromosom spesimen dari India menunjukkan bahwa paling sedikit dua jenis Anabas terdapat disana, dan hal ini didukung oleh data morfologi (Dutt dan Ramaseshaiah, 1982; 1983;1988 dalam Kottelat, et al., 1993) seperti panjang total, panjang baku, tinggi badan, tinggi batang ekor, jumlah sirip dan lainnya (Kottelat, et al., 1993). Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Karakter morfologi meliputi studi morfometrik dan meristik dari ikan. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra spesies (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan hidupnya (Turan, 1998). Penelitian kali ini dilakukan sebagai studi karakter morfometrik-meristik ikan betok pada tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dari lokasi yang berbeda diduga dapat mempengaruhi karakter morfologi ikan tersebut. Jika ditemukan kesamaan karakter morfologi pada ikan betok di ketiga lokasi tersebut maka hal ini dapat menunjukkan adanya kesamaan karakter fenotip dan sebaliknya.karakter fenotip dapat digunakan untuk menentukan kekerabatan ikan. Berdasarkan data statistik kelautan dan perikanan tahun 2005, produksiikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Indonesia mencapai 9.545 ton denganrata-rata kenaikan produksi sebesar 54,57% (www.dkp.co.id dalam Akbar, 2008). Keberadaaan ikan betok penting untuk dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan bergizi padaperiode dimana kondisi lingkungan perairan kurang mendukung terhadap pengembangan budidaya perikanan dikarenakan pencemaran maupun kondisiperairan alami yang bersifat ekstrim. Ikan betok di lingkungan Danau Melintang (DAS Mahakam Tengah) ada kecenderungan terjadi penurunan populasi, hal ini diduga karena adanyaberbagai tekanan seperti tingginya usaha penangkapan ikan dan perubahankondisi lingkungan (Mustakim, 2008). Untuk itu perlu upaya pengelolaan perikanan berdasarkan kajian terhadap stok ikan untuk selanjutnya ditentukan model pengelolaan yangtepat untuk kawasan perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekerabatan ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada tiga lokasi berbeda di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sebagai sumber daya indukan untuk pembudidayaan ikan betok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi maupun upaya pengelolaan perikanan di wilayah perairan darat (inland water) di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 2. BAHAN DAN METODE a. Waktu dan Tempat Pengambilan dan analisis sampel ikan dilaksanakan dari bulan Januari hingga Maret 2014.Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 3 lokasi berbeda yaitu di Kelurahan Mangkurawang, Kec. Tenggarong, Desa Liang dan Desa Melintang Kec. Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara mengumpulkan ikan dari hasil tangkapan nelayan setempat maupun 52

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 51-62. April 2016. ISSN : 2460-9226 menangkap sendiri. Analisis sampel ikan dilakukan di rumah. Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel Sampel ikan yang diperoleh dari nelayan b. Alat dan Bahan maupun yang ditangkap sendiri dibawa dalam keadaan hidupdan dipelihara dalam kolam Adapun alat dan bahan yang digunakan terpal. dalam penelitian kali ini meliputi; jangka sorong, alat tulis, wadah plastik, camera Penentuan ciri morfometrik - meristik digital, dan ikan betok (Anabas testudineus Karakter morfometrik yang diukur dan Bloch) sebagai sampel penelitian. karakter meristik yang dihitung (Priyanie, 2006 dan Julita, 2006) masing-masing c. Prosedur Penelitian disajikan pada Tabel 1 dan 2. Pengambilan sampel ikan Tabel 1. Karakter morfometrik Karakter morfometrik Panjang total Penjelasan Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang Panjang baku Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan pelipatan pangkal sirip caudal Panjang kepala Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang Panjang di depan sirip dorsal Panjang batang ekor Jarak antara ujung hidung (antara bibir) hingga ke pangkal jari- pangkal jari-jari jari pertama sirip dorsal Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan tengah sirip caudal Panjang hidung Jarak antara pinggiran terdepan hidung dengan sisi terdepan rongga mata Panjang ruang antar mata Jarak antara pinggiran dari kedua rongga mataa Panjang kepala di Jarak antara pinggiran belakang dari ronga mata sampai pinggir belakang mata Panjang kepala di depan mata belakang selaput keping tutup insang Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian terdepan dari kepala Panjang antara mata Jarak antara sisi rongga mata dengan sudut preoperculum dengan preoperculum Panjang rahang atas Diukur dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas Panjang rahang bawah Diukur dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang 53

Panjang dasar sirip dorsal Panjang dasar jari-jari keras sirip dorsal Panjang dasar jari-jari lemah sirip dorsal Panjang dasar sirip anal Panjang jari-jari keras sirip anal Panjang jari-jari lemah sirip anal Panjang sirip pektoral Panjang sirip ventral Tinggi di bawah mata Tinggi badan Tinggi batang ekor Tinggi kepala Tinggi pipi Tinggi sirip dorsal Tinggi sirip anal Lebar badan Lebar kepala Lebar mata Lebar bukaan mulut Panjang dasar jari-jari keras sirip ventral Panjang dasar jari-jari lemah sirip ventral pelipatan rahang Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terkhir Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip dorsal yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip di belakang jari-jari terkhir Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip anal yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip pektoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip ventral Jarak kecil antara pinggiran bawah rongga mata dengan rahang atas Diukur pada bagian ventral tertinggi antara bagian dorsal dengan bagian ventral Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah Panjang garis tegak antara pertengahan pangkal kepala dengan pertengahan kepala sebelah bawah Jarak tegak antara rongga mata dan pinggiran bagian depan pre operculum Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala Panjang garis tengah rongga mata (diameter) Jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebarlebarnya Jarak antara pangkal jari-jari keras pertama sampai jari-jari keras terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip Jarak antara pangkal jari-jari lemah pertama sampai jari-jari lemah terakhir sirip ventral yang diukur melalui dasar sirip Tabel 2. Karakter meristik Karakter meristic Penjelasan jari-jari sirip jari-jari keras dan lemah sirip dorsal dorsal jari-jari sirip jari-jari keras dan lemah sirip anal anal jari-jari sirip jari-jari keras dan lemah sirip ventral ventral 54

jari-jari sirip pektoral jari-jari sirip caudal sisik pada garis rusuk (LL) sisik di atas garis rusuk (LL) sisik di bawah garis rusuk sisik di muka sirip dorsal sisik pada pipi sisik sekeliling badan sisik sekeliling batang ekor jari-jari sirip pektoral jari-jari sirip caudal Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke garis rusuk Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat didepan sirip dorsal sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor d. Analisis Data Analisis karakter morfometrik Metode untuk menghitung perbedaan karakter morfometrik dari ketiga lokasi menggunakan analisis data yang dinamakan Analisis Komponen Utama (AKU). Ciri morfometrik yang diukur dari ketiga lokasi terdiri dari 33 karakter, dengan menggunakan AKU. Dimensi pengukurannya direduksi dengan mencari nilai komponen utama minimal 2 komponen. Teknik analisis multivarian ini digunakan untuk menganalisis data morfometrik yang telah ditransformasi. Sebelum melakukan Analisis Komponen Utama (AKU) harus dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian. Dengan demikian hasil Analisis Komponen Utama (AKU) tidak direlisasikan dari nilai-nilai parameter inisial (Ludwig and Reynolds, 1988; Legendre and Legendre, 1998; Bengen, 1998. dalam Irawan A. 2003). Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama menggunakan pengukuran jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan antara individu untuk variabel yang berkoresponden pada data) (Lebart, et al., 1988 dalam Rachmawati 1995). Tahapan dasar dalam AKU adalah mentransformasikan P karakter asal menjadi P karakter baru (komponen utama) yang berdimensi lebih kecil daripada dimensi karakter asal (Karson, 1982; Kerlinger, 1990 dalam Rachmawati 1995).Selanjutnya mencari indeks yang disebut komponen utama ke-1 atau sumbu utama ke-1 yang menunjukkan ragam individu maksimum.kemudian dicari komponen utama atau sumbu ke-2 dengan syarat berkorelasi nihil dengan yang pertama dan memiliki ragam individu terbesar setelah komponen utama ke-1 proses ini berlanjut hingga memperoleh komponen utama ke-j. Pengolahan data Analisis Komponen Utama (AKU) pada analisis data kali ini menggunakan program computer statistika versi 6. Apabila ditemukan koefisien komponen memiliki tanda yang sama (positif semua atau negatif semua) hal ini mengindikasikan adanya variasi ukuran dan apabila ditemukan komponen memiliki kedua-duanya tanda positif dan negatif ini menunjukkan adanya indikasi variasi bentuk dari ikan (Doherty dan McCarthy, 2004). Analisis karakter meristik Untuk menganalisis karakter meristik digunakan perbandingan dengan membandingkan jumlah dan kisaran karakter 55

meristik yang sudah ada dalam literatur atau penelitian sebelumnya dengan jumlah dan kisaran karakter meristik yang dihitung dari ketiga lokasi. Dari hasil perbandingan akan terlihat jarak kisaran ukuran karakter meristik yang dihitung dengan literatur. Literatur yang digunakan adalah dari Talwar dan Jhingran (1991) http://aquaworld.netfirms.com (Akbar, 2008), Bloch (1792) dan Kottelat, et al., (1993). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sebaran Karakteristik Morfometrik Ikan Betok Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) yang didasarkan pada matriks korelasi untuk mendeskripsikan korelasi antara ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yaitu Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Lebar Bukaan Mulut (LBM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV) di masing-masing stasiun menunjukkan adanya pemusatan informasi pada 2 sumbu utama yang masing-masing memberikan kontribusi dari ragam total yaitu: F1 sebesar 99,57 %, dan F2 sebesar 0,43 %. Tabel 3. Koordinat dan Kontribusi ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama (F1xF2). MORFOMETRIK Kode Koordinat Kontribusi Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 Panjang Total PT -0,999637 0,026938 0,030413 0,005081 Panjang Baku PB -0,999988-0,004814 0,030434 0,000162 Panjang Kepala PK -0,999587 0,028723 0,030410 0,005776 Panjang di Depan Sirip Dorsal PdDeSD -0,999846 0,017551 0,030425 0,002157 Panjang Batang Ekor PBE -0,968630 0,248508 0,028555 0,432384 Panjang Hidung PH -0,993933 0,109987 0,030067 0,084698 Panjang Ruang Antar Mata PRAM -0,999868 0,016251 0,030427 0,001849 Panjang Kepala di Belakang Mata PKBM -0,999995-0,003258 0,030434 0,000074 Panjang Kepala di Depan Mata PKDM -0,996708 0,081070 0,030235 0,046016 Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum PAMDP -0,999909-0,013467 0,030429 0,001270 Panjang Rahang Atas PRA -0,999953 0,009653 0,030432 0,000652 Panjang Rahang Bawah PRB -0,997865 0,065304 0,030305 0,029859 Panjang Dasar Sirip Dorsal PDaSD -0,999150-0,041232 0,030383 0,011903 Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal PDJJKSD -0,998451-0,055632 0,030341 0,021669 56

Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal PDJJLSD -0,999335 0,036469 0,030394 0,009312 Panjang Dasar Sirip Anal PDSA -0,999724-0,023502 0,030418 0,003867 Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal PDJJKSA -0,998415-0,056280 0,030338 0,022177 Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal PDJJLSA -0,999452 0,033110 0,030401 0,007675 Panjang Sirip Pektoral PSP -0,998859-0,047755 0,030365 0,015967 Panjang Sirip Ventral PSV -0,999986-0,005313 0,030434 0,000198 Tinggi Dibawah Mata TdBM -0,998029-0,062753 0,030315 0,027572 Tinggi Badan TB -0,998115-0,061366 0,030320 0,026366 Tinggi Batang Ekor TBE -0,999988 0,004814 0,030434 0,000162 Tinggi Kepala TK -0,996787-0,080098 0,030239 0,044919 Tinggi Pipi TP -0,994759-0,102249 0,030117 0,073200 Tinggi Sirip Dorsal TSD -0,998421 0,056180 0,030339 0,022098 Tinggi Sirip Anal TSA -0,999925 0,012277 0,030430 0,001055 Lebar Badan LB -0,999652-0,026391 0,030414 0,004876 Lebar Kepala LK -0,999122-0,041906 0,030381 0,012295 Lebar Mata LM -0,999168 0,040781 0,030384 0,011644 Lebar Bukaan Mulut LBM -0,995820-0,091332 0,030181 0,058404 Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral PDJJKSV -0,999711-0,024037 0,030417 0,004045 Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral PDJJLSV -0,999242-0,038939 0,030389 0,010616 Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2) 1,0 0,5 PBE Factor 2 :,43% PKDM PH PDJJLSD PDJJLSA PRB TSD PdDeSD PRAM PKBM PK PB PT PAMDP PDJJKSD PDJJKSA PDaSD PDSA PSV TBE TSA LM PDJJKSV TdBM PSP LB 0,0PDJJLSV LK LBM TB TK TP -0,5-1,0-1,0-0,5 0,0 0,5 1,0 Factor 1 : 99,57% Gambar 3. Grafik Analisis Komponen Utama (AKU) korelasi antara ciri morfometrik ikan betok (Anabas testudineus Bloch) pada dua sumbu utama 57

Tabel 4. Koordinat dan Kontribusi stasiun pada dua sumbu utama (F1xF2). Koordinat Kontribusi Stasiun Faktor 1 Faktor 2 Faktor 1 Faktor 2 Melintang -5,72565-0,218932 49,88720 16,77947 Mangkurawang -0,01292 0,436389 0,00025 66,66641 Liang 5,73857-0,217457 50,11255 16,55412 Gambar 4.Sebaran stasiun pada sumbu I dan sumbu II (F1xF2). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran ciri morfometrikikan betok (Anabas testudineus Bloch) tersebar pada Sumbu I dan Sumbu II (F1 x F2) yang ditunjukkan oleh Gambar 3, bahwa di Sumbu I (F1) negatif dicirikan oleh Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jarijari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV). Pada Sumbu II (F2) positif dicirikan oleh Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM), sedangkan pada Sumbu II (F2) negatif dicirikan oleh Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM). Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) yang ditunjukkan oleh Gambar 4, diperoleh bahwa sebaran Stasiun Mangkurang terletak pada Sumbu I (F1) positif, Stasiun Melintang terletak pada Sumbu I (F1) negatif, dan Stasiun Liang terletak pada Sumbu II (F2) negatif. Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas menunjukkan bahwa Stasiun Melintang dicirikan oleh ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch), yaitu 58

Panjang Total (PT), Panjang Baku (PB), Panjang Kepala (PK), Panjang di Depan Sirip Dorsal (PdDeSD), Panjang Ruang Antar Mata (PRAM), Panjang Kepala di Belakang Mata (PKBM), Panjang Antara Mata Dengan Preoperculum (PAMDP), Panjang Rahang Atas (PRA), Panjang Rahang Bawah (PRB), Panjang Dasar Sirip Dorsal (PdaSD), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Dorsal (PDJJKSD), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Dorsal (PDJJLSD), Panjang Dasar Sirip Anal (PDSA), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Anal (PDJJKSA), Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Anal (PDJJLSA), Panjang Sirip Pektoral (PSP), Panjang Sirip Ventral (PSV), Tinggi Dibawah Mata (TdBM), Tinggi Badan (TB), Tinggi Batang Ekor (TBE), Tinggi Sirip Dorsal (TSD), Tinggi Sirip Anal (TSA), Lebar Badan (LB), Lebar Kepala (LK), Lebar Mata (LM), Panjang Dasar Jari-jari Keras Sirip Ventral (PDJJKSV), dan Panjang Dasar Jari-jari Lemah Sirip Ventral (PDJJLSV). Berdasarkan letak sebaran Stasiun Mangkurawang yang terletak Sumbu I (F1) positif menunjukkan bahwa posisi ini berlawanan dengan sebaran Stasiun Melintang yang terletak di Sumbu I (F1) negatif. Posisi ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di Stasiun Mangkurawang relatif sama dengan ciri morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang ada di Stasiun Melintang namun pada Stasiun Mangkurawang memiliki ukuran morfometrik Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang lebih kecil atau lebih pendek dari pada Stasiun Melintang. Pada Stasiun Liang dicirikan oleh ciri morfometrik, yaitu Panjang Batang Ekor (PBE), Panjang Hidung (PH) dan Panjang Kepala di Depan Mata (PKDM). Berdasarkan ciri morfometrik tersebut dapat di pahami bahwa Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) yang terdapat di Stasiun Liang hanya memiliki 3 ciri morfometrik yang berbeda dengan ciri morfometrik pada Stasiun Melintang. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum ciri morfometrik yang dimiliki Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Stasiun Liang relatif sama dengan Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Stasiun Melintang. Sedangkan ciri morfometrik berupa Tinggi Kepala (TK), Tinggi Pipi (TP), dan Lebar Bukaan Mulut (LBM) tidak mencirikan morfometrik pada ketiga stasiun tersebut. Kemungkinan ikan di tiga lokasi tersebut memiliki keragaman bentuk namun persentasenya kecil sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk membuktikan bahwa ikan yang diteliti memiliki keragaman bentuk. Diduga hal ini disebabkan oleh faktor ketelitian alat yang digunakan berupa jangka sorong (caliver) dengan ketelitian 0,05 mm, nilai pengukuran akan lebih teliti jika menggunakan jangka sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01 mm. b. Karakter Meristik Ikan Betok Kisaran karakter meristik yang dihitung pada ketiga lokasi menunjukkan nilai yang sama. Pada tabel berikut di tampilkan karakter meristik yang dihitung. Tabel 5. Kisaran karakter meristik yang dihitung. Karakter Meristik Jari- Jari Sirip Dorsal Jari- Jari Sirip Melintang Liang Mangkurawang Kottelat (1995) & Bloch (1792) DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXVII.8-9 DXV-XIX. 7-9 AXI.9-10 AXI.9-10 AXI.9-10 AIX-XI.8-12 Talwar & Jhingran 1991 DXVI-XVIII. 8-10 AVIII-XI.9-10 59

Anal Jari- Jari Sirip Ventral Jari- Jari Sirip Pektoral Jari- Jari Sirip Caudal Sisik Pada Garis Rusuk (LL) Sisik di Atas Garis Rusuk (LL) Sisik di Bawah Garis Rusuk Sisik di Muka Sirip Dorsal Sisik Pada Pipi Sisik Sekeliling Badan Sisik Sekeliling Batang Ekor VI.5 VI.5 VI.5 VI.5 P14-15 P14-15 P14-15 P14-16 P.14-15 16 16 16 30 30 30 26-31 4 4 4 10 10 10 5-6. 5-6. 5-6. 77 88 77 88 77-88 32 32 32 34 34 34 Penghitungan karakter meristik berupa jumlah jari-jari sirip dorsal (D) pada ikan di ketiga lokasi menunjukkan kisaran hasil yang sama yaitu 26 sampai 27 buah dengan 18 jarijari keras dan 8-9 jari-jari lemah hal ini mendekati rumus umum sirip dorsal menurut Kottelat 1995, DXV-XIX. 7-9 dan Talwar and Jhingran, 1991, DXVI-XVIII.8-10. 60

Untuk jumlah jari-jari sirip anal memiliki jumlah yang sama untuk ikan di ketiga lokasi yaitu berkisar antara 20-21 buah dengan jumlah jari-jari sirip keras 11 buah untuk jarijari lemah berkisar antara 9-10 buah. Berdasarkan literatur dari Kottelat, 1995, AIX- XI.8-12 dan Talwar and Jhingran, 1991, AVIII- XI.9-11. Untuk jumlah sirip pektoral terhitung jumlahnya berkisar antara 14-15 buah untuk ketiga lokasi yang ada, hal ini juga identik dengan literatur dari Talwar and Jhingran, 1991 yang menyatakan bahwa jumlah sirip pektoral sebesar 14-15 buah. Untuk karakter meristik yang lain, jumlah jari-jari sirip ventral 6 buah, jumlah jari-jari sirip caudal 16-17 buah, jumlah sisik pada garis rusuk (LL) 30 buah, jumlah sisik di atas garis rusuk 4 buah, jumlah sisik dibawah garis rusuk 10 buah, jumlah sisik di muka sirip dorsal 5-6 buah, jumlah sisik pada pipi 77-88 buah, jumlah sisik sekeliling badan 32 buah, dan jumlah sisik sekeliling batang ekor 34 buah. Hasil yang didapat dari ketiga lokasi menunjukkan kesamaan jumlah karakter meristik pada ikan betok. Adapun meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung (Affandi et al., 1992). Data yang dihasilkan dari ciri meristik bersifat discrete data (Turan, 1998). Hasil perbandingan karakter meristik menunjukkan jumlah dan kisaran jumlah karakter meristik menunjukkan nilai yang sama pada ketiga lokasi hal ini juga diperkuat dengan perbandingan dengan literatur dari Kottelat, 1995 dan Talwar and Jhingran, 1991. Identifikasi karakter meristik ini menguatkan dugaan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi merupakan satu kerabat yang sama. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama terhadap karakter morfometrik dan perbandingan karakter meristik menunjukkan bahwa ikan betok pada ketiga lokasi meliputi stasiun Melintang, Liang, dan Mangkurawang di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan satu kerabat yang sama. Perbedaan lokasi (lingkungan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter morfometrik dan meristik ikan betok di ketiga lokasi tersebut. Sehingga kemungkinannya tidak akan bermasalah apabila digunakan sebagai indukan yang berasal dari lokasi ini secara intensif. Perlu dilakukan studi karakter jenis atau varietas ikan betok (Anabas testudineus Bloch) di Kalimantan Timur yang lebih intensif. DAFTAR PUSTAKA Affandi, R, S.S. Djadja, M.F. Rahardjo, Sulistiono. 1992. Iktiologi, suatu pedoman kerja laboratorium. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik- Meristik Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di DAS Mahakam Tengah Provinsi Kalimantan Timur, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Doherty, D and T.K. Mccarthy. 2004. Morphometric and Meristic Characteristics Analyses of Two Western Irish Populations of Arctic char, Salvelinus alpinus (L). Jurnal of Biology and Environment: Proceedings of The Royal Irish Academy, 1 : 75-85. Irawan A. 2003 Asosiasi Makrozoobentos Berdasarkan Letak Padang Lamun Di Estuaria Bontang Kuala Kalimantan Timur,Tesis pada Program Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor, Bogor. Julita N. 2006 Ciri Morfometrik Meristik dan Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam (Panakol Bedug) Aprion Virescens, Valenciennes di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kottelat, M, S.N. Kartikasari, J.W.Anthony, and W. Soetikno. 1993. Freshwater 61

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited Press, Singapura. Mustakim, M. 2008. Kajian Kebiasaan Makanan Dan Kaitannya Dengan Aspek Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Pada Habitat YangBerbeda Di Lingkungan Danau Melintang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Tesis pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ondara. 1993. Pemanfaatan dan pengelolaan perikanan perairan lebak lebung. Prosiding Puslitbangkan No. 26/1993. Balitbang Deptan, Jakarta. Priyanie, M.M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) Di Perairan Laut dalam Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rachamawati, R. 1995. Karakter Morfologis Beberapa Varietas Ikan Gurame, Osphronemus goramy, Lacepede, Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Turan, C. 1998. A Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Population: the Truss System. Journal of Zoology 23 : 259-263. 62