BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semakin hari terlihat semakin banyak sehingga memicu terjadinya sebuah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah kemacetan. Sekarang ini kemacetan di Kota Solo terjadi dimana-mana

MOTIVASI MENJADI SEORANG SUKARELAWAN PENGATUR LALULINTAS (SUPELTAS) ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah terlalu nyaman dengan kondisi sekitarnya, termasuk apa saja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI PENENTUAN WAKTU SINYAL DI BERSINYAL GENDENGAN SAMPAI SIMPANG NOVOTEL (Studi Kasus Jalan Slamet Riyadi, Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Efektivitas Komunikasi Nonverbal Supeltas dalam. Mengatur Lalu-lintas di Surakarta

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI NONVERBAL SUPELTAS DALAM MENGATUR LALULINTAS DI SURAKARTA. Bedjo Sukarno Dosen Fisipol UNISRI Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan Laksda Adisutjipto adalah jalan arteri primer. Jalan ini menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggemar sepeda motor gede (moge) jumlahnya semakin bertambah dengan seiringnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tranportasi darat saat ini khususnya di jalan raya, dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian. Kemajuan ilmu pengetahuan dari tahun ke tahun terus berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembanngan hampir disetiap bidang, terutama pada bidang lalu lintas. Hal

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya jumlah kendaraan di daerah perkotaan menyebabkan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh pula pada pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang

Pengertian Lalu Lintas

BAB I BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG PENYELENGGARAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia khususnya di Kota Solo, alat transportasi motor dan mobil semakin hari terlihat semakin banyak sehingga memicu terjadinya sebuah kemacetan. Sekarang ini kemacetan di Kota Solo terjadi dimana-mana hampir pada setiap ruas jalan yang ada di Kota Solo. Kemacetan sering terjadi ketika waktu masuk kerja atau masuk sekolah pada pagi hari dan waktu pulang kerja atau pulang sekolah. Lalu lintas kota Solo satu dasa warsa terakhir memang sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dijalan-jalan raya kota Solo bisa dilihat hampir dari pagi jam 06.30 sampai sore jam 17.00 WIB. Beberapa ruas yang mengalami kemacetan parah adalah dibeberapa titik antara lain : simpang 4 Panggung, Warung Pelem, Pasar Kliwon, Baturono, Gading, Gemblegan, Sraten, Tipes, Kleco, Kerten, Ngemplak, Gendengan, Manahan, Palang Joglo, SGM, Mesjid Solikhin dan hampir seluruhnya mengalami kemacetan (Gurun, 2015). Mott MacDonald Group yang berbasis di Singapura, melaksanakan sebuah studi tentang transportasi perkotaan untuk Kota Surakarta, Indonesia. Menurut Mott MacDonald Group dalam laporannya Pre-Feasibility Study on Urban Transport for Surakarta pada tahun 2011, masih banyak masalah antara lain : 1. Kurangnya koordinasi antara tata guna lahan, transportasi dan pembangunan. 2. Kurangnya pengembangan dan manajemen jaringan transportasi. 1

2 3. Kualitas angkutan umum yang kurang baik. 4. Kurangnya pemberian prioritas untuk transportasi tidak bermotor. 5. Meningkatnya biaya-biaya untuk angkutan barang (Eko, 2015). Menurut informasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Solo, jumlah kendaraan yang masuk ke Solo, baik dari dalam maupun luar Kota Solo telah mencapai 1 juta lebih tiap harinya. Dua kali lebih banyak daripada jumlah warga Solo. Kantor Samsat Solo melansir bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Solo tiap tahunnya ialah 7,5%. Namun dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan kendaraan bermotor cukup mengejutkan, mencapai 20%. Fakta ini juga terjadi pada pertumbuhan mobil pribadi. Pada dua tahun terakhir, jumlah mobil pribadi mencapai 36.903 unit dan 43.158 unit alias naik 17%. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan tranportasi massal yang stagnan dan bahkan cenderung menurun (Rohman, 2015). Hal ini semakin lama akan mengganggu para pengguna jalan baik yang berjalan kaki dan bersepeda maupun para pengguna jalan yang menggunakan alat transportasi motor dan mobil. Dengan kemacetan yang sering terjadi di Kota Solo, petugas kepolisian berusaha mengurai kemacetan tersebut agar dapat melancarkan kembali arus lalu lintas yang ada. Namun seiring dengan padatnya arus kendaraan dan kurang tertibnya pengendara menggerakkan hati delapan orang pengamen yang sering nongkrong di Gendengan untuk ikut membantu mengurai kemacetan yang terjadi di wilayah Kalitan. Pada saat itu kehadiran kedelapan orang tersebut kerap mendapat pandangan miring dari pengguna jalan yang menyebutnya sebagai Pak Ogah

3 (karena meminta uang dari pengendara yang telah dibantunya). Menanggapi banyaknya keluhan masyarakat tentang kehadiran Pak Ogah maka Satlantas Polresta Surakarta menggiring orang-orang tersebut untuk diberi pembinaan. Dari pembinaan inilah selanjutnya dibentuk suatu komunitas sukarelawan yang dinamakan Sukarelawan Pengatur Lalulintas (Supeltas) yang berada di bawah naungan Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polresta Surakarta. Pihak kepolisian memberikan rompi dan topi yang harus dikenakan setiap menjalankan tugasnya sebagai identitas. Namun dalam pelaksanaan tugasnya subjek dilarang untuk meminta imbalan kepada pengguna jalan (Adi, 2014). Menurut RK yang merupakan ketua dari supeltas menyatakan bahwa supeltas merupakan singkatan dari istilah sukarelawan pengatur lalu lintas. Supeltas sebenarnya sudah ada sejak lama sekitar tahun 2000, namun namanya dahulu bukan supeltas melainkan Polisi Cepek karena ada beberapa yang meminta uang dari pengguna jalan. Lama kelamaan Polisi Cepek tersebut merasa keberatan dengan julukan yang disandangnya. Kemudian pada tanggal 6 Juni 2006 polisi cepek tersebut diresmikan oleh Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta menjadi Supeltas (Sukarelawan Pengatur Lalulintas). Sekarang supeltas sudah berada dibawah naungan lembaga/ instansi kepolisian khususnya Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta dan sampai tahun 2016 ini. Tempat kerja supeltas berada di persimpangan-persimpangan jalan yang memiliki tingkat kemacetan yang tergolong tinggi dan biasanya tidak memiliki lampu rambu-rambu lalu lintas. Di persimpangan itulah supeltas bekerja dan sering kita jumpai seperti di bunderan Baron, Purrosari, Coyudan, Kampung Baru,

4 Pertigaan Kalitan, daerah Pasar Legi, Pasar Nongko, Sumber, Paragon serta masih banyak lagi persimpangan-persimpangan di Kota Solo yang dijaga oleh supeltas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan beberapa supeltas menunjukkan bahwa supeltas bekerja dari pagi hingga malam kira-kira sampai pukul 21.00 WIB karena sebenarnya supeltas sendiri tidak memiliki jadwal yang tetap didalam bekerja untuk membantu Polisi Lalu Lintas (Polantas) dalam mengatur lalu lintas yang ada di Kota Solo. Meskipun kehadiran sosok supeltas diketahui oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan secara resmi dinaungi oleh Korps Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta selaku lembaga yang membina dan melatih langsung para supeltas namun supeltas tidak dinaungi secara finansial sehingga supeltas tidak mendapat tunjangan atau penghasilan yang tetap di setiap bulannya, oleh karena itu para supeltas hanya mendapatkan penghasilan dari pemberianpemberian para pengguna jalan yang melintas di tempat ia bekerja. Penghasilan perhari dari supeltas itu sendiri berkisar antara Rp 35.000 hingga Rp 40.000 dari pemberian secara sukarela para pemakai jalan. Ada juga yang memberikan makanan atau rokok kepada supeltas. Menurut S salah satu supeltas di bundaran Baron, dengan keadaan tersebut para supeltas tidak merasa dirugikan, akan tetapi sebaliknya para supeltas merasa senang karena selain bisa mendapatkan pekerjaan dan membantu pihak kepolisian didalam mengurangi kemacetan di Kota Solo, para Supeltas juga bisa mendapatkan penghasilan dari pemberian para pengguna jalan dan bisa membantu serta bermanfaat bagi masyarakat khususnya pengguna jalan sehingga bisa

5 mengurangi kemacetan yang sering terjadi dan para pengguna jalan merasa nyaman didalam berkendara tanpa takut terjebak sebuah kemacetan. Saat mengambil data awal, peneliti mengamati saat supeltas mengatur lalu lintas. Supeltas dengan wajah tersenyum mengatur lalu lintas yang semrawut dan supeltas tersebut mengangkat jempol sebagai tanda bahwa supeltas berterimakasih kepada pengguna jalan karena telah menaati dan bekerjasama dengan supeltas untuk menertibkan jalan. Tidak lupa juga supeltas selalu mengucapkan terimakasih ketika diberikan sedikit uang atau rokok dari para pengguna jalan yang melintas serta terkadang terlihat beberapa kali supeltas mengatur lalu lintas sambil bergoyang. Dengan ekspresi-ekspresi bahagia sambil bekerja merupakan cerminan dari ekspresi bahwa supeltas tersebut senang dengan pekerjaannya dan ekspresi menikmati pekerjaan yang mereka jalani sebagai seorang supeltas. Menurut SW yang merupakan anggota Satlantas Unit Diyaksa, jumlah supeltas saat ini telah mencapai 50 orang yang tersebar di 21 titik Kota Solo. Awalnya supeltas hanya terdiri 8 orang di kota Solo, kemudian dari tahun ke tahun jumlah supeltas semakin banyak. Mulai dari tahun 2006 tercatat 18 orang, tahun 2008 tercatat 23 orang, tahun 2010 tercatat 30 orang, 2011 tercatat 35 orang, antara tahun 2013 hingga 2013 jumlah supeltas sendiri sudah mencapai 48 orang. Kepala Satlantas kemudian membatasi bahwa jumlah supeltas di Surakarta maksimal 50 orang saja. Pekerjaan sebelumnya dari supeltas itu sendiri ialah sebagian besar pengamen dan gelandangan. Ketika ditanya alasannya menjadi seorang supeltas adalah karena supeltas merasa senang dengan pekerjaannya yang sekarang

6 dibandingkan dengan pekerjaan yang sebelumnya. Supeltas juga merasa keberadaannya lebih dihargai dibandingkan ketika supeltas tersebut menjadi pengamen. Menurut MR alasan mengapa menjadi seorang supeltas adalah karena senang dengan pekerjaannya, jam kerja yang tidak ada batasan, mendapat pahal serta mendapatkan penghasilan. Menurut Siagian (2004), yang dimaksud dengan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari bertambah banyaknya supletas di daerah Solo pada setiap tahunnya. Para supeltas merasa mempunyai tanggung jawab untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jalan, selain itu supeltas merasa senang dengan pekerjaan menjadi supeltas dari pada pekerjaan sebelumnya. Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri sendiri dalam meningkatkan kualitas kerja individu dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan (Furiady & Kurnia, 2015). Tidak seimbangnya pertumbuhan angkutan umum dengan angkutan pribadi menyebabkan kemacetan hingga kecelakaan didaerah yang rawan mengalami kemacetan, terlebih pada jam pagi ketika berangkat sekolah dan sore hari pada jam pulang kantor. Kemudian muncul komunitas yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan yang ada di Surakarta, yaitu sukarelawan pengatur lalulintas (supeltas). Supeltas tersebut secara resmi dibina

7 oleh Satlantas dan terdapat SOP apabila masuk menjadi anggota supeltas. Dalam SOP tersebut menyebutkan bahwa tidak ada gaji pokok yang diberikan oleh Pemerintah maupun Satlantas kepada supeltas. Dalam Hal itu menyebabkan maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam dan ingin memahami motivasi memilih menjadi seorang Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas). Untuk itu judul penelitian ini adalah Motivasi Menjadi Seorang Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas). B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui motivasi menjadi seorang sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas). 2. Apa tujuan yang hendak dicapai setelah menjadi seorang sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas). C. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharap dapat menambah wawasan khususnya dibidang psikologi sosial dan psikologi industri dan organisasi mengenai sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas). 2. Bagi supeltas, dapat menjadi refleksi dan sebagai evaluasi diri selama menjalani pekerjaan menjadi seorang sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas).

8 3. Bagi peneliti, memberikan sumbangan berupa data-data empirik tentang mengapa sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) semakin banyak disetiap tahun.