KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU ABSTRAK

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (m-p3mi) KOMODITAS KENTANG MERAH

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN PELUANG PASAR DAN TEKNOLOGI PRODUKSI KENTANG MERAH SPESIFIK LOKASI DATARAN TINGGI DAN MEDIUM PROVINSI BENGKULU

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN RUMAH KACA DI BPTP BENGKULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

Penerapan Inovasi Teknologi Beberapa Varietas Bawang Merah di Daerah Dataran Rendah Sulawesi Barat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

KONTRIBUSI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYUR- SAYURAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

Tahun Bawang

III. BAHAN DAN METODE

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

TEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Oleh. Ir. Azri, MSi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

Sumber : Nurman S.P. (

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

ANALISIS USAHATANI SAYURAN DI DATARAN TINGGI KERINCI PROVINSI JAMBI. Suharyon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keragaan terhadap pertumbuhan jagung. Tanaman jagung

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu Email: bptp@bengkulu.deptan.go.id ABSTRAK Tanaman kentang merah merupakan tanaman spesifik lokasi di Propinsi Bengkulu, namun dalam sistem budidaya kentang merah belum ditemukan teknologi yang spesifik terutama dalam penetuan dosis pupuk dan jarak tanam. Tujuan pengkajian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis pupuk dan jarak tanam yang tepat terhadap pertumbuhan dan ukuran umbi kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong.Pengkajian dilakukan di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupuh Rejang Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu pada bulan April- Juli2013. Rancangan pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu faktor pertamadosis Pupuk (P) : NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400 kg/ha (P1). NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg/ha (P2), NPK Phonska = 1.500 kg/ha (P3). Sedangkan faktor keduajarak Tanam dalam Bedengan (JT) : Jarak tanam dalam bedengan 35 cm (J1) dan jarak tanam dalam bedengan 40 (J2) yang diulang sebanyak 4 ulangan. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan DMRT bila menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakuan P1J2 merupakan jumlah umbi dan berat umbi tertinggi per tanaman yaitu rata-rata 5.30 umbi/tanaman dan 278.15 g/tanaman, sedangkan P1J1 menunjukkan jumlah umbi dan berat umbi terendah yaitu 3.68 umbi/tanaman dan 204.28 g/tanaman. Pada parameter rata-rata berat umbi pada perlakuan P2J1 yang tertinggi yaitu rata-rata 68.72 g/umbi, sedangkan rata-rata berat umbi terendah pada perlakuan P3J2 yaitu rata-rata 48.96 g/umbi. Persentase ukuran umbi yang dihasilkan lebih dari 50% umbi berukuran umbi besar kecuali pada perlakuan P3J1 yang hanya menghasilkan 47.5186 %. Kata kunci:kentang merah, pupuk, jarak tanam PENDAHULUAN Kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang mendapat prioritas dikembangkan di Indonesia. Bedasarkan volumenya kentang merupakan bahan pangan keempat di dunia setelah padi, jagung, dan gandum. Kentang juga merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang dapat memproduksi makanan bergizi lebih banyak dan lebih cepat. Tanaman kentang dapat tumbuh baik di dataran tinggi atau pegunungan dengan tingkat ketinggian 1.000 1.300 meter diatas permukaan laut (mdpl) (Samadi, 2007).apabila tumbuh di dataran rendah (dibawah 500 mdpl), tanaman kentang sulit membentuk umbi. Jika umbinya terbentuk maka umbinya akan berukuran sangat kecil, kecuali di daerah yang mempunyai suhu malam hari dingin (20 o C). Sementara itu, jika ditanam ditanam diatas ketinggian 2.000 mdpl tanaman akan lambat membentuk umbi. Indonesia merupakan penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara (Departemen Pertanian, 2008 ) serta merupakan negara agraris yang memiliki hamparan lahan pertanian yang luas. Sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (Ditjenhorti, 2011). Walaupun Provinsi Bengkulu tidak termasuk sebagai sentra produksi kentang di Indonesia. tetapi Provinsi Bengkulu juga memiliki dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Untuk itu pemerintah Provinsi Bengkulu telah menetapkan Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kapahiang sebagai Kawasan Produksi Kentang karena mempunyai karakteristik wilayah dan agroekosistem yang sesuai, namun untuk pengembangannya masih mempunyai keterbatasan teknologi produksi manajemen usahatani dan pemasaran. Berdasarkan harga jualnya, harga kentang dipengaruhi juga oleh ukuran umbi yang dihasilkan. Ada tiga jenis kualitas yang ada dalam perdagangan Kentang Merah maupun Kentang Kuning yaitu: a) Kualitas A: kentang berukuran kecil, b) Kualitas B: kentang berukuran menengah, dan c) Kualitas C: kentang berukuran super. Kentang ini adalah kualitas kentang yang terbesar, biasanya harga jualnya lebih mahal dari kentang ukuran menengah (selisih harga Rp 500.- sampai Rp1.000.-/kg).

BPTP Bengkulu mendapatkan mandat dari Litbang Pertanian untuk menyampaikan paket teknologi kentang merah untuk mendukung kegiatan spesifik lokasi Propinsi Bengkulu. Kondisi yang dijumpai di Kabupaten Rejang Lebong saat ini untuk budidaya kentang merah belum ada teknologi khusus kentang merah. Teknologi yang diterapkan selama ini teknologi budidaya kentang kuning yang didasarkan dari pengalaman sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap jarak tanam yang digunakan dan dosis pupuk untuk kentang merah. Tujuan pengkajian dilakukan untuk menentukan dosis pupuk dan jarak tanam yang tepat untuk pertumbuhan dan ukuran umbi kentang merah di Kabupaten Rejang Lebong. METODOLOGI PENELITIAN Pengkajian dilakukan pada lokasi pengkajian Model Pengembangan Pertanaian Perdesaan Melalui Inovasi (m-mp3mi) di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupuh Rejang Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu pada bulan April sampai dengan Juli2013. Pengkajian dilaksanakan secara partisipatif terhadap 4 petani dengan luas 5.400 m 2. Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu faktor pertama Dosis Pupuk: NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400 kg/ha. NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg/ha, NPK Phonska = 1.500 kg. Faktor kedua Jarak Tanam dalam Bedengan: Jarak tanam dalam bedengan 35 cm dan jarak tanam dalam bedengan 40 cm. Lahan petani kooperator (4 orang) sebagai ulangan dengan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali ulangan sehingga diperoleh sebanyak 120 tanaman. Parameter yang diukur adalah: a) data komponen pertumbuhan (tinggi tanaman), dan b) komponen hasil (jumlah umbi pertanaman, berat umbi per tanaman, rata-rata berat umbi per umbi dan persentase ukuran berat umbi per tanaman).data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan LSD bila menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Keragaan Vegetatif HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengkajian bahwa data komponen vegetatifpada parameter tinggi tanaman tidak ada interaksi antara perlakuan dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam (mst). Dosis pupuk: NPK Phonska 1.000 kg SP-36 400 kg NPK Phonska 1.400 kg SP-36 400 kg NPK Phonska 1.500 kg Jarak Tanam dalam Bedengan: 35 cm 40 cm Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 61.05 a 63.73 a 65.73 a 63.57 a 63.43 a Ket: Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DMRT. Tabel 1 menunjukkan bahwa antara perlakuan dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan tidak ada perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam (mst). Tinggi tanaman tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan tinggi tanamaan pada pengkajian kentang merah pada tahun 2012 yang dilakukan BPTP Bengkulu dengan tinggi mencapai 75.70 cm untuk jarak tanam dalam bedengan 35 cm dan 71.80 cm untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm (BPTP Bengkulu, 2012). Rendahnya tinggi tanaman pada tanaman kentang merah diduga karena sumber bibit yang digunakan tidak seragam dan pengaruh cuaca saat tanam berlangsung banyak hari hujan yang disertai dengan angin. Pada umur 9 minggu setelah tanam. tanaman tidak mengalami pertumbuhan tinggi tanaman lagi. Menurut Soelarso (1998), setelah 45 50 hari setelah bertunas (57 63 hst) pertumbuhan ini akan berhenti, setelah 75 80 hari setelah bertunas daun menguning dan 10 hari kemudian tanaman mati.

Generatif Tanaman Jumlah umbi, berat umbi pertanaman dan rata-rata berat per umbi Dari hasil pengkajian bahwa data komponen hasil masing-masing perlakuan tidak ada interaksi antara perlakuan dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Rata-rata hasil komponen hasil dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rata-rata jumlah umbi/tanaman, berat umbi (g) pertanaman dan rata-rata berat per umbi (g) pada tanaman kentang merah. Dosis pupuk: NPK Phonska 1.000 kg SP-36 400 kg NPK Phonska 1.400 kg SP-36 400 kg NPK Phonska 1.500 kg Jarak Tanam dalam Bedengan: 35 cm 40 cm Jumlah Umbi (Umbi) 4.43 ab 5.03 a 4.73 a Berat Umbi/tanaman (g) 270.12 a 246.21 ab 220.46 b Rata-rata berat/umbi (g) 55.85 ab 60.18 a 51.97 b 4.37 ab 232.82 b 51.17 b 4.97 a 249.10 a 60.83 a Ket : Angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dilihat jumlah umbi yang banyak belum tentu berat umbi per tanaman dan berat rata-rata per umbi juga tinggi dan sebaliknya. Tabel 2 menunjukkan bahwa parameter jumlah umbi per tanaman tidak berbeda nyata antara perlakuan dosis pupuk maupun perlakuan jarak tanam dalam bedengan. Pada parameter berat umbi per tanaman dan berat rata-rata per umbi pada perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha + SP-36 400 kg/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.400 kg/ha + SP-36 400 kg/ha namun berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.500 kg/ha. Pada dosis pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha + SP-36 400 kg/ha berat umbi tertinggi yaitu rata-rata 270.12 g/tanaman namun berat rata-rata per umbi tertinggi pada perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.400 kg/ha + SP-36 400 kg/ha yaitu 60.18 g/umbi, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.500 kg/ha merupakan berat umbi per tanaman dan rata-rata berat per umbi terendah yaitu rata-rata 220.46 g/tanaman dan 51.97 g/umbi. Pada perlakuan jarak tanam dalam bedengan untuk parameter berat umbi per tanaman dan berat rata-rata per umbi berbeda nyata antara jarak tanam 35 cm dengan jarak tanam 40 cm dalam bedengan. Berat umbi per tanaman dan rata-rata berat per umbi tertinggi yaitu pada jarak tanam 40 cm dalam bedengan yaitu rata-rata 249.10 g/tanaman dan 60.83 g/umbi. Menurut Figeria, et al. (1991) bahwa bobot hasil sangat dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah dan keseimbangan hara tanah akan mempengaruhi hasil tanaman. Sebaliknya jika dalam fase atau tahapan pembentukan dan pengisian umbi terjadi kekurangan unsur hara maka akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Syarif (1985) menyatakan bahwa bila tanaman kekurangan unsur hara yang diperlukan maka hasilnya akan menurun. Hasil penelitian Haris (2010), pemupukan dengan dosis 400 kg/ha Urea + 250 kg/ ha SP-36 + 400 kg/ha KCl menghasilkan rata-rata pertumbuhan vegetatif maupun produksi yang lebih baik dibandingkan dengan dosis pupuk yang lain. Ukuran Umbi Grading umbi secara keseluruhan (sesuai dengan sistem petani Pengalengan dan Wonosobo) seperti Tabel 3 berikut: Tabel 3.Klas umbi dan ukuran umbi hasil panen. Klas umbi Umbi konsumsi Umbi klas A (bibit besar) Umbi klas B (bibit sedang) Umbi klas C (bibit) Umbi Ares (bibit kecil dan kriil) Ukuran umbi (berat umbi) 80 gram 60 80 gram 45 60 gram 30 45 gram < 30 gram

Berdasarkan grading umbi di atas, maka hasil pengkajian yang telah dilakukan diperoleh dikelompokan berdasarkan grading umbi tersebut. Adapun persentase ukuran umbi yang dihasilkas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. persentase ukuran umbi yang dihasilkan (%). NPK Phonska 1.000 kg dan 35 cm dalam Bedengan NPK Phonska 1.400 kg dan 35 cm dalam Bedengan NPK Phonska 1.500 kg + Jarak Tanam 35 cm dalam Bedengan NPK Phonska 1.000 kg dan 40 cm dalam Bedengan NPK Phonska 1.400 kg dan 40 cm dalam Bedengan NPK Phonska 1.500 kg + Jarak Tanam 40 cm dalam Bedengan Ukuran umbi Persentase ukuran umbi (%) <30 g 8.15 30 45 g 12.64 45 60 g 31.69 60 80 g 18.25 > 80 g 29.26 <30 g 16.00 30 45 g 16.35 45 60 g 10.71 60 80 g 19.49 > 80 g 37.44 <30 g 16.61 30 45 g 20.70 45 60 g 8.33 60 80 g 17.34 > 80 g 37.02 <30 g 9.17 30 45 g 20.63 45 60 g 8.76 60 80 g 15.13 > 80 g 46.31 <30 g 9.84 30 45 g 14.59 45 60 g 10.69 60 80 g 15.68 > 80 g 49.20 <30 g 5.37 30 45 g 17.15 45 60 g 13.35 60 80 g 14.05 > 80 g 50.07 Berdasarkan Tabel 4 semua perlakuan menunjukkan lebih dari 50% umbi yang dihasilkan berukuran umbi besar kecuali pada perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.500 kg/ha pada jarak tanam 35 cm dalam bedengan yang hanya menghasilkan 47.5186 % umbi berukuran besar (Tabel 3). Semakin banyak pupuk NPK Phonska yang diberikan, rata-rata berat umbi per tanaman semakin berat. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk SP-36 yang ditambahkan tidak begitu berperan bagi hasil berat rata-rata umbi pertanaman yang dihasilkan. Kebutuhan SP-36 telah dipenuhi dari pupuk NPK Phonska. Pupuk NPK Phonska juga berpengaruh terhadap persentase besarnya ukuran umbi yang dihasilkan. Pada perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha + SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam 35 cm dan 40 cm menghasilkan persentase umbi besar lebih dari 50%. Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk NPK Phonska 1.500 kg/ha dengan jarak tanam 35 cm dalam bedengan menghasilkan persentase umbi ukuran besar kurang dari 50% yaitu 47.5186 %. Menurut Badan Litbang Pertanian (1989) pada hasil panen kentang selalu terdapat umbi yang bervariasi besarnya mulai dari yang berukuran kurang dari 20 g sampai yang lebih dari 150 g. Apabila dikelompokkan berdasarkan besarnya maka persentase tiap kelompok selalu berbeda setiap per tanaman dan varietas, tergantung pada kesuburan, macam bibit yang ditanam (mutu dan besar), iklim dan faktor lainnya.

Selanjutnya menurut Adiyoga, et.al. (2004), volume lingkungan tumbuh yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit, tetapi dengan ukuran umbi lebih besar. Sebaliknya volume lingkungan tumbuh yang kecil akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak, namun dengan ukuran umbi lebih kecil. Menurut Adiyoga, et.al. (2004), volume lingkungan tumbuh yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit, tetapi dengan ukuran umbi lebih besar. Sebaliknya volume lingkungan tumbuh yang kecil akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak, namun dengan ukuran umbi lebih kecil. KESIMPULAN Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan jumlah umbi yang banyak per tanaman dan berat umbi terberat per umbi menggunakan dosis pupuk NPK Phonska 1.400 kg/ha + SP-36 400 kg/ha, sedangkan untuk mendapatkan berat umbi per tanaman menggunakan dosis pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha + SP-36 400 kg/ha. Sedangkan perlakuan jarak tanam yang digunakan dalam menanam kentang dapat digunakan jarak tanam 35 cm maupun 40 cm dalam bedengan. Semakin rapat jarak tanam yang digunakan maka ukuran umbi yang dihasilkan semakin kecil namun jumlah umbi yang dihasilkan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Adiyoga. W. S. Rachman. T. Agoes. S. Budi. J. K. U. Bagus. R. Rini Dan M. Darkam. 2004. Profil komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. 1989. Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Pusat Penyuluh Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-tanaman-kentang [diakses pada [20 November 2013]. BPTP Bengkulu. 2012. Laporan Akhir Tahun. Model Pengembangan Pertanian PerdesaanMelalui Inovasi (m- P3MI). 2012. Deptan. 2008. Basis Data Statistik Peretanian. Departemen Pertanian. 3 hal. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Produksi Sayuran Nasional Periode 2006-2010.Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Fageria, N. K., V. C. Baligar, and C. Jones. 1991. Growth and mineral nutrition of field crops. Marcel Dekker, Inc., New York. Haris. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada Berbagai Dosis Pemupukan. Jurnal Agrisistem, Vol. 6 (1). 8 hal. Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong. 2012. Daftar Isian Profil Desa/Kelurahan Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Puslitbangtan. 2007. Diseminasi Hasil Penelitian Tanaman Pangan.http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=berita/fullteks_berita&&id_menu=3&id_subm enu=3&id=154[22 Juni 2011]. Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani Edisi Revisi. Kanisius : Yogyakarta. Soelarso. B. 1998. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Kanisius. Syarief. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.