SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

Proses Penyakit Menular

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

Tinjauan Mengenai Flu Burung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

LAPORAN KEGIATAN INVESTIGASI WABAH PENYAKIT HEWAN TAHUN Penyakit hewan masih menjadi permasalahan bagi industri peternakan di Indonesia

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

Mengapa disebut sebagai flu babi?

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Mahardika Universitas Udayana Denpasar-Bali HP:

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang

Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

PENGENDALIAN PENYAKIT PENYAKIT INFEKSIUS EMERGING DAN RE-EMERGING. Dr.Marlinggom Silitonga NPO Surveillance & Response, WHO Indonesia

PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 Kementerian Pertanian. Babi. Produknya. Pemasukan.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

Transkripsi:

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium Virologi, ** Medik Veteriner pada Laboratorium Serologi *** Paramedik Veteriner pada Laboratorium Virologi Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta ABSTRAK Wabah Swine Influenza yang terjadi di beberapa belahan dunia pada tahun 29 telah membuat WHO menetapkan siaga level empat, yaitu pandemi Influenza. Indonesia meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit influenza termasuk pada ternak babi Kaena babi merupakan mixing vessel untuk reassortan virus Influenza pada avian dan manusia sehingga berpotensi menyebabkan pandemi manusia. Kegiatan surveilans telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kejadian kasus Swine Influenza, tingkat seropositif dan faktor yang mempengaruhinya, serta persentase positif penyakit Swine Influenza. Surveilans dilaksanakan di 31 kabupaten di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates sejak tahun 29-211. Sebagai ba-han pemeriksaan telah diambil sebanyak 1.41 serum dan swab nasal beserta data pendukung. Sampel serum diuji dengan tes ELISA untuk antibodi Swine Influenza dan swab nasal diuji dengan isolasi dan identifikasi virus pada telur ayam bertunas dan uji RT-PCR terhadap gen Matriks virus Influenza. Hasil surveilans selama tahun 29-211 menunjukkan tingkat seropositif Swine Influenza pada babi secara berurutan sebesar 6% (26/453); 22% (121/559); dan 27% (192/717). Kejadian penyakit Influenza A tahun 29 berdasarkan hasil uji RT-PCR gen Matriks virus Influenza A sebesar 36% (55/169). Sedangkan pada surveilans Swine Influenza tahun 21 dan 211, dilakukan isolasi virus pada telur ayam bertunas. Namun hasilnya menunjukkan negatif virus Influenza A subtipe. Faktor yang mem-pengaruhi peningkatan kasus seropositif Swine Influenza pada babi adalah kondisi kandang yang kotor (OR=5,624), penggunaan desinfektan kurang tepat (OR=2,939), kelompok umur tua (OR=2,479), dan adanya ternak unggas yang masuk ke dalam kandang (OR=1,681). Sedangkan faktor pemeliharaan secara tradisional tidak berpengaruh (OR=,548). Kejadian penyakit Swine Influenza tidak dilaporkan oleh peternak, namun adanya seropositif Swine Influenza dan gen Matriks menunjukkan babi pernah/sedang terinfeksi virus Influenza A. Kebersihan kandang, penggunaan desinfektan yang tepat dan peremajaan ternak babi serta mencegah adanya unggas yang masuk ke dalam kandang babi direkomendasikan untuk diterapkan di kawasan peternakan babi. Kata Kunci: Swine Influenza,, gen Matriks, seropositif, Odds Ratio (OR) * Korespondensi: handa_nie@yahoo.com PENGANTAR Swine Influenza (SI) adalah penyakit Influenza yang biasa menyerang saluran pernafasan babi yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A. Klasifikasi virus SI adalah tergolong dalam family Orthomyxoviridae dan genus Orthomyxovirus. Virus Influenza Type A dapat menyebabkan epidemi pada unggas dan mamalia, serta pandemi pada manusia. Penyakit SI bersifat spesifik, akut, infeksius dan herd disease. Gejala yang ditimbulkan adalah batuk, bersin, leleran hidung, lethargy, temperatur meningkat (rectal) kesulitan bernafas, kurang nafsu makan dan gejala klinis muncul 24 jam setelah infeksi. Tingkat morbiditas SI dapat mencapai 1% sedangkan mortalitasnya kurang dari 1% (Dharmawan, 211). Epidemiologi SI menjadi lebih meningkat dan kompleks pada dekade terakhir ini. Virus SImemiliki pola epizootiologi yang berbeda di belahan dunia, yaitu enzootik dan tergantung pada asal daerahnya. Terdapat tiga subtipe virus SI yang predominan dan prevalen pada babi yaitu, H3N2, dan H1N2. Karakteristik antigenik, genetik dan asal subtipe virus SI beragam

di setiap benua atau daerah di dunia. Secara genetik, virus Influenza yang menjadi ancaman pandemi sebelumnya memiliki gen virus Swine Influenza Eropa dan Amerika Utara (Reeth et al., 28). Virus novel tersebut merupakan rearsortan dari virus Influenza pada unggas, babi, dan manusia. Pada awal tahun 29, virus Influenza A novel pada manusia telah menyebar secara global di beberapa belahan dunia. WHO menetapkan siaga level empat, yaitu pandemi Influenza. Walaupun demikian, saat ini telah bergeser pada periode post-pandemi seperti yang telah ditetapkan oleh WHO pada Agustus 21 (Anonim 2, 211). Babi merupakan hewan yang berperan penting dalam evolusi dan ekologi virus Influenza A. Epitel trachea babi mempunyai dua reseptor yaitu Sialic Acid (SA) alpha 2,6 Galactose (Gal) dan SA alpha 2,3 Gal. Hal ini menyebabkan babi dapat terinfeksi oleh virus Influenza unggas, manusia dan babi itu sendiri. Oleh karena itu babi dapat dikategorikan sebagai hospes intermediate untuk adaptasi virus Avian Influenza (AI) ke manusia. Istilah yang lain dikenal sebagai mixing vessel untuk membentuk virus reasortan secara genetik (Qi dan Lu, 29). Penyakit SI merupakan zoonosis penting yang berpotensi sebagai virus pandemi pada manusia atau sebagai donatur gen. Seperti yang dilaporkan di China pada tahun 197-an lebih dari 5 kasus infeksi virus SI menular pada manusia. Surveilans secara regular sangat diperlukan untuk mengetahui prevalensi dan evolusi virus secara molekuler. Jika kesehatan hewan dapat terlindungi akan mencegah terjadinya pandemi manusia (Anonim 1, 211). Indonesia sejak tahun 24 telah dinyatakan tertular AI dan telah menimbulkan kematian pada manusia. Oleh karena itu, wabah Influenza yang terjadi di beberapa belahan dunia pada tahun 29 membuat Tabel 1. HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGI TAHUN 29 Indonesia meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit influenza termasuk pada ternak babi. Kegiatan surveilans dilaksanakan untuk mengetahui apakah pernah terjadi/terdapat kasus SI, tingkat seropositif dan kekuatan/nilai asosiasi faktor yang mempengaruhinya serta tingkat persentase infeksi SI di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates sejak tahun 29 sampai dengan 211. MATERI DAN METODA Bahan pemeriksaan digunakan sebanyak 1.729 serum babi dan 49 swab nasal babi yang telah di-pool yang berasal dari 33 kabupaten di 3 provinsi di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Data kuisioner pendukung dikumpulkan sejak tahun 29. Sampel serum diuji menggunakan kit ELISA antibodi (Swine Influenza Virus Antibody Test Kit- IDEXX HerdChek ). Sebanyak 24 swab nasal diuji dengan isolasi dan identifikasi virus pada telur ayam bertunas Spesific Antibody Negative (SAN) sedangkan 169 swab sisanya diuji dengan One Step RT- PCR (Superscript III One Step RT-PCR Kit System, Invitrogen ) menggunakan primer gen Matriks (MA) virus Influenza A desain dari Australian Animal Health Laboratory (AAHL). Selanjutnya hasil pengujian laboratorium dikompilasikan dengan data dan informasi yang diperoleh dari kuisioner untuk dianalisis tingkat seroprevalensi, tingkat persentase infeksi dan odds ratio (OR) beberapa faktor yang berpengaruh. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahun 29 kegiatan surveilans telah dilakukan dengan mengunjungi 13 kabupaten di 3 provinsi di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Sampel serum yang didapatkan sebanyak 453 dari 93 peternak babi dengan tingkat seropositif bervariasi -14%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. PETERNAK Jawa Timur 7 3 267 14 5 % Jawa Tengah 4 46 99 % D.I. Jogjakarta 2 17 87 12 14 % TOTAL 13 93 453 26 6 %

\ Surveilans pada tahun 21 dilakukan di 1 kabupaten di 3 provinsi di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Jumlah sampel serum yang dikoleksi sebanyak 559 dengan tingkat seropositif 22%, yang menunjukkan adanya kenaikan dibandingkan tahun 29 seperti tampak pada Tabel 2. Tabel 2. HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGI TAHUN 21 Jawa Timur 5 288 65 23 % Jawa Tengah 2 136 51 38 % D.I. Jogjakarta 3 135 4 4 % TOTAL 1 559 121 22 % Hasil surveilans pada babi tahun 211 dilakukan di 1 kabupaten di 3 provinsi di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Jumlah sampel serum yang diambil sebanyak 717 dan tingkat seropositif pada tahun 211 sebesar 27% menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 29 dan 21 seperti tampak pada Tabel 3. Tabel 3. HASIL PEMERIKSAAN SEROLOGI TAHUN 211 PETERNAK Jawa Timur 6 23 45 119 26 % Jawa Tengah 3 9 197 44 22 % D.I. Jogjakarta 1 5 7 29 41 % TOTAL 1 37 717 192 27 % Data hasil surveilans Swine Influenza di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates selama tahun 29-211 menunjukkan tingkat seropositif yang secara berurutan sebesar 6% (26/453), 22% (121/559) dan 27% (192/717). Pada pemeriksaan antibodi SI menggunakan kit ELISA dapat terjadi reaksi silang antara antibodi terhadap dan H3N2 karena antibodi yang terdeteksi dapat mengenal epitope virus baik pada maupun H3N2. Insidensi dan derajat reaksi silang tergantung pada tingkat sensitivitas tes dan bervariasi antara antibodi pasca vaksinasi, paparan infeksi serta respon individual. Dengan demikian seropositif dapat memberikan gambaran adanya paparan infeksi alami akibat virus Influenza A. Infeksi virus Influenza A biasa terjadi pada kelompok ternak babi, yang menyebabkan antibodi Influenza A dapat terdeteksi. Gambaran seroprevalensi SI pada tiap provinsi di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates selama tahun 29 sampai dengan 211 ditampilkan pada Grafik 1. Grafik 1. TINGKAT SEROPREVALENSI SWINE INFLUENZA TAHUN 29-211 45 4 35 38 41 3 25 2 15 14 23 26 22 JATIM JATENG DIJ 1 5 5 29 21 211 4

Hasil ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan uji One Step RT-PCR gen MA virus Influenza A dari sampel swab nasal pada surveilans SI tahun 29. Hasilnya menunjukkan kejadian penyakit Influenza A sebesar 36% (55/169). Namun belum dapat dipastikan subtipe virusnya. Sedangkan pada surveilans SI tahun 21 dan 211 untuk memperoleh isolat virus SI pada babi maka pemeriksaan terhadap swab nasal dilakukan dengan isolasi virus pada telur ayam bertunas. Isolasi virus dari 24 swab nasal pada telur ayam bertunas sejak tahun 21 sampai dengan 211 menunjukkan hasil negatif virus Influenza A. Virus Influenza A pada babi baru sebatas ditemukan adanya gen MA namun belum diperoleh isolat virus Influenza A dari individu babi yang seropositif terhadap Swine Influenza. Berdasarkan data kuisioner dari peternak babi dengan menghitung odds ratio (OR) maka diperoleh beberapa faktor yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian seropositif pada babi. Faktor pertama adalah kondisi kandang yang kotor dapat meningkatkan kejadian seropositif (OR=5,624). Kondisi kandang yang kotor memicu pertumbuhan agen infeksi sehingga menyebabkan terjadinya penyakit, termasuk adanya penyakit pernafasan. Pada penyakit SI jika kondisi kandang kotor dapat meningkatkan kejadian seropositif 5,624 kali dibandingkan kandang yang bersih. Kedua, adalah penggunaan desinfektan yang kurang tepat dapat menyebabkan kejadian seropositif sebesar 2,939 kali lebih tinggi. Desinfektan sebaiknya digunakan pada kandang yang telah dibersihkan sehingga tidak terdapat kotoran hewan yang menumpuk. Hal ini akan lebih efektif dibandingkan dengan hanya menyemprot kandang menggunakan desinfektan tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Faktor ketiga, ternak babi pada kelompok umur tua mempunyai pengaruh sebesar 2,479 kali dibandingkan umur muda untuk dapat menyebabkan seropositif. Gambaran persentase seropositif pada kelompok umur tua dan muda dapat dilihat pada Grafik 2. 7 6 54 57 59 5 4 46 43 41 MUDA 3 TUA 2 1 29 21 211 Grafik 2. Tingkat Seropositif Swine Influenza pada kelompok umur muda dan tua Faktor keempat, adalah adanya ternak unggas yang masuk ke dalam kandang meningkatkan kejadian seropositif sebesar 1,681 kali. Ternak unggas yang masuk ke dalam kandang babi menyebabkan kandang babi menjadi lebih kotor, sehingga meningkatkan kejadian seropositif. Pengaruh lain yang dapat ditimbulkan oleh adanya unggas yang masuk ke dalam kandang babi adalah memberikan peluang kepada virus Influenza yang terdapat pada unggas terinfeksi dan virus Influenza pada babi terinfeksi untuk menjadi virus baru (gabungan). karena babi merupakan hospes intermedier yang mempunyai dua reseptor sehingga jika terdapat unggas yang masuk ke dalam kandang akan meningkatkan kejadian seropositif. Sedang-

kan faktor pemeliharaan secara tradisional tidak berpengaruh terhadap kejadian seropositif dengan nilai OR=,548. Kejadian kasus penyakit SI tidak pernah dilaporkan oleh peternak, namun adanya seropositif dan gen MA menunjukkan bahwa babi pernah atau sedang terinfeksi virus Influenza A. KESIMPULAN DAN SARAN Tingkat seropositif SI hasil surveilans pada babi sejak tahun 29 sampai dengan 211 menunjukkan kenaikan, yang besarnya secara berurutan adalah 6% (26/453); 22% (121/559); dan 27% (192/717). Virus Influenza A pada babi baru sebatas ditemukan adanya gen MA dengan persentase positif sebesar 36% (55/169). Namun belum diperoleh isolat virus Influenza A yang berasal dari individu babi seropositif terhadap Swine Influenza. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus seropositif Swine Influenza pada babi adalah kondisi kandang yang kotor (OR=5,624), penggunaan desinfektan kurang tepat (OR=2,939), kelompok umur tua (OR=2,479), dan adanya ternak unggas yang masuk ke dalam kandang (OR=1,681). Sedangkan faktor pemeliharaan secara tradisional tidak berpengaruh (OR=,548). Kebersihan kandang, penggunaan desinfektan yang tepat dan peremajaan ternak babi serta mencegah adanya unggas yang masuk ke dalam kandang babi direkomendasikan untuk diterapkan di kawasan peternakan babi. PENUTUP Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, Kepala Dinas/Bidang yang membidangi fungsi kesehatan hewan di kabupaten/kota yang dikunjungi dalam kegiatan surveilans, rekan medik dan paramedik veteriner yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan surveilans SI sejak tahun 29 211. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1, 211, The 29 Pandemic: Summary Highlights, April 29 April 21, http://www.cdc.gov/h1n1flu/cdcresponse.htm, diakses tanggal 18 Juli 211 Anonim 2, 211, Global Alert and Response (GAR) Influenza Updates http://www.who.int/csr/don/21_9_1/en/index.html, diakses tanggal 18 Juli 211 Qi X, dan Lu C., 211, Swine Influenza Virus: Evolution Mechanism and Epidemic Characterization-a review, http://www.ncbi.nlm.gov/pubmed/2349, diakses tanggal 18 Juli 211. Reeth, K.V., Brown I.H., Dürrwald R., Foni E., Labarque G., Lenihan P., Maldonado J., Maworska-Daniel I., Pensaert M., Pospisil Z., dan Koch G., 28, Seroprevalence of, H3N2 and H1N2 Influenza Viruses in Pigs in Seven European Countries in 22-23, Influenza Respiratory Viruses, Blackwell Publishing, http://www.medscape.com/viewarticle/57494, diakses tanggal 15 Juli 211. Dharmawan, R., 29, Surveilans Swine Influenza di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, Laporan Tahunan Kegiatan, Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta Tahun 29. Dharmawan, R., 21, Surveilans Swine Influenza di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, Laporan Tahunan Kegiatan Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta Tahun 21. Dharmawan, R., 211, Surveilans Swine Influenza di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, Laporan Tahunan Kegiatan Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta Tahun 211. ----- =oo= -----