RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

dokumen-dokumen yang mirip
Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur, Dr. Sarwo Edhy, SP, MM

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

RENCANA KERJA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2013 Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I. NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2014

Good Agricultural Practices

I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA (LKJ)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

DAFTAR ISI BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI 2 BAB II SUSUNAN ORGANISASI 2 BAB III WAKIL MENTERI PERTANIAN 3 BAB IV SEKRETARIAT JENDERAL 4

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BIRO PERENCANAAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2016

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Tahun 2014

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Tahun Bawang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

Transkripsi:

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2017

DAFTAR ISI KATAPENGANTAR... i DAFTAR ISI ii BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 3 1.2. Maksud dan Tujuan. 7 1.3. Sasaran. 7 1.4. Dasar Hukum 8 BAB II.ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.1. Visi dan Misi. 9 2.2. Tujuan dan Target.. 12 2.3. Arah Kebijakan dan Strategi. 13 2.4. Sasaran 15 2.5. Kebijakan. 15 BAB III.PERENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Program.. 18 3.2. Penjabaran Program Kegiatan 18 3.3. Rambu-rambu Kegiatan 18 BAB IV.PENUTUP 21 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) 22 1

KATA PENGANTAR Rencana Kerja Tahunan (RKT) ini merupakan dokumen yang memuat penjelasan dan penjabaran secara umum tentang rencana pelaksanaan kegiatan ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Penjelasan dalam dokumen ini memuat arah kebijakan dan strategi pembangunan sayuran dan tanaman obatserta perencanaan pogram dan kegiatan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat. RKT ini ditujukan untuk dapat dimanfaatkan sebagai panduan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di lingkup Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga capaian kinerja dapat berjalan dengan efektif. Semoga dokumen RKT ini dapat bermanfaat sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan indicator kinerja, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. RKT ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks indikator dan target kinerja tahun anggaran 2017. Jakarta, November 2016 Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ir. Yanuardi, MM 2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan hortikultura dipayungi oleh Undang-Undang Hortikultura No.13 tahun 2013 yang diundangkan dengan tujuan agar potensi hortikultura dikelola dan dimanfaatkan secara efisien, terkoordinasi dan berkelanjutan. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa penyelenggaraan hortikultura berdasarkan asas: kedaulatan, kemandirian, kebermanfaatan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, keberlanjutan, efisiensi, berkeadilan, kelestarian fungsi lingkungan dan kearifan lokal. Pengembangan sayuran dan tanaman obat harus sejalan dengan Undang- Undang Hortikultura Nomor 13 tahun 2010, Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional (2005-2025), Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-2045, RENSTRA Kementerian Pertanian, RENSTRA Direktorat Jenderal Hortikultura (2016-2019), Blue Print Pengembangan Hortikultura (2011-2025) dan RENSTRA Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat. SK Menteri Pertanian No. 511/Kpts/PD 310/9/2006 mengamanatkan bahwa komoditas yang menjadi binaan Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak 323, 80 komoditas diantaranya adalah sayuran dan 66 komoditas tanaman obat. Namun demikian, komoditas yang dilakukan pemantauan dan pengolahan data statistik baru mencakup 25 jenis komoditas sayuran dan 15 jenis komoditas tanaman obat. Komoditas sayuran dan tanaman obat keragamannya sangat besar dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena pasar yang cukup besar, baik dalam bentuk segar, olahan maupun sebagai pasokan industri berbahan sayuran dan tanaman obat. Dalam menyusun kebijakan dan strategi pengembangan, dilakukan dengan memperhatikan skala prioritas untuk beberapa komoditas penting, seperti cabai dan bawang (cenderung sensitif terhadap inflasi) serta refocusing komoditas untuk produk yang berorientasi ekspor dan substitusi impor. 3

Perananan komoditas sayuran dan tanaman obat dalam pengembangan hortikultura cukup penting, memberikan kontribusi sekitar 50% terhadap PDB Hortikultura. Sejauh ini pertumbuhan PDB hortikultura selalu meningkat. Pada tahun 2014 PDB hortikultura Rp.159,520 milyar, tahun 2015 menjadi Rp 175,164 milyar, dengan laju peningkatan sebesar 8,93% yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura 2014 2016 Keterangan : Sumber BPS, olah Pusdatin *) PDB Tahun 2015 = sementara ; Tahun 2016 = sangat sementara; **) Data Ekspor Impor tahun 2016 sampai dengan Oktober Peningkatan PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas areal produksi dan areal panen. Di samping itu, nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi, sehingga berpengaruh positif pada meningkatnya PDB. Neraca perdagangan internasional untuk komoditi sayuran utama (bawang putih, bawang merah, cabe, kentang, tomat) dan sebagian besar sayuran lainnya selama 3 tahun terakhir pada umumnya defisit. Hanya kubis, jamur, terung dan yang volume neraca perdagangannya surplus, dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Ekspor Impor Komoditas Sayuran No Komoditi Ekspor-Impor 2013 Ekspor-Impor 2014 Ekspor-Impor 2015 VOLUME(KG) NILAI(USD) VOLUME(KG) NILAI(USD) VOLUME(KG) NILAI(USD) 1 Kubis 52.719.378 11.690.137 18.821.896 2.706.118 40.008.232 1.302.954 2 Polong-polongan (18.853.160) (19.850.256) (14.072.558) (4.648.516) 3 Jamur 2.031.211 6.702.717 698.625 2.891.324 6.727.584 4.562.297 4 Jagung Manis (2.431.744) (2.713.259) (898.802) (951.585) 79.206.774 18.934.743 5 Tomat (9.858.535) (9.312.493) (6.672.694) (7.219.865) (11.053.907) (12.368.558) 6 Cabe (12.135.626) (3.597.603) (9.268.189) (3.124.647) (14.307.278) (2.342.303) 7 Wortel (18.596.476) (13.771.890) (23.317.607) (22.760.693) (45.133.222) (51.159.284) 8 Bawang Bombay (36.180.004) (27.071.056) (52.712.908) (33.163.373) (44.538.143) (32.869.332) 9 Bawang Merah (91.157.430) (51.725.468) (59.628.765) (23.301.160) (9.010.476) (7.846.299) 10 Kentang (101.811.346) (90.008.949) (54.439.126) (49.971.600) (94.415.347) (77.513.110) 11 Bawang Putih (444.735.679) (375.404.189) (347.422.765) (254.405.417) (482.665.292) (347.535.708) 12 Sayuran Lainnya (182.328.571) (62.067.355) 1.996.863 21.342.557 (20.658.068) 2.172.414 Ekspor bawang merah pada empat tahun terakhir menunjukkan penurunan diakhir periode, sejalan dengan impor yang juga mengalami penurunan yang drastis, sebagaimana terlihat pada Grafik 1 dan 2. Grafik 1. Perkembangan Ekspor Cabai dan Bawang Periode 2012-2016 5

Grafik 2. Perkembangan Ekspor Cabai dan Bawang Periode 2010-2014 Penurunan impor bawang menjadi suatu peluang bagi negara untuk penghematan devisa sekaligus sebagai indikator ke arah swa sembada bawang merah. Pada komoditas tanaman obat, neraca perdagangan internasional mengalami surplus pada tahun 2013 dan 2014, walaupun pada dua tahun sebelumnya mengalami defisit, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Ekspor Impor Komoditas Tanaman Obat Ekspor-Impor 2013 Ekspor-Impor 2014 Ekspor-Impor 2015 NO KOMODITI VOLUME(Ton) NILAI(USD 000) VOLUME(Ton) NILAI(USD 000) VOLUME(Ton) NILAI(USD 000) 1 Jahe 16.164 8.983 58.427 46.662 19.077 12.254 2 Turmeric 1.697 15 3.563 223 8.518 (255) 3 Kapulaga 6.720 2.101 7.744 4.494 6.243 10.485 4 Saffron 794 5.906 892 4.468 76 7.605 5 Tanaman Obat Lain 1.271 9.863 2.051 9.279 2.704 7.121 Pengembangan sayuran dan tanaman dilakukan melalui perluasan, pengutuhan dan pemantapan kawasan dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk, penerapan teknologi dan tatacara budidaya yang baik (GAP- SOP), termasuk pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) ramah lingkungan untuk meningkatkan mutu dan meminimalisasi residu pestisida. 6

Untuk mendukung pengembangan ini harus disediakan benih bermutu varietas unggul, infrastruktur pendukung penerapan rantai dingin, manajemen pasokan dan standardisasi mutu produk dan penguatan kelembagaan yang menangani informasi pasar. Untuk menjaga mutu produk, mengharuskan setiap tahapan GAP dan GHP, dari proses produksi sampai dengan pascapanen, diterapkan dengan komitmen yang tinggi dari para pelaku usaha hortikultura. Secara berjenjang dan bertahap telah dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut baik oleh pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten yang langsung bersentuhan dengan lokasi pengembangan, secara sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan. Dalam upaya memanfaatkan potensi dan peluang pengembangan agribisnis sayuran dan tanaman obat, maka perlu disusun target nasional untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap produk tanaman sayuran dan tanaman obat bermutu. 1.2 Maksud dan Tujuan Tujuan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Tahun 2017 adalah memberi acuan bagi pelaksana kegiatan di lingkup Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga kinerja dapat dicapai secara efektif dan efisien. 1.3 Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari RKT Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Kementerian Pertanian tahun 2017 adalah tersusunnya RKT Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat sebagai arahan pelaksanaan kegiatan di lingkup Ditjen Hortikultura dalam merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang hortikultura khususnya sayuran dan tanaman obat. 7

1.4 Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan RKT Direktorat Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat adalah: 1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura; 2) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian 3) Rencana Pembanguan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). 4) Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-2045. 5) Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 6) SK Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 7) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 8) Revisi Renstra Kementerian Pertanian 2016-2019. 9) Revisi Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian 2016-2019. 10) Blue Print Pengembangan Hortikultura (2011-2025). 11) RENSTRA Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat 2016-2019 8

II. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2.1 Visi dan Misi A. Visi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat diantaranya adalah melalui komitmen yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani serta memberi kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional. Memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, visi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2016-2019 adalah Mewujudkan Industri Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan yang Kuat dan Mandiri untuk Kesejahteraan Rakyat. B. Misi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu: 1. Mewujudkan pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat yang ramah lingkungan 2. Meningkatkan penerapan teknik budidaya yang baik 3. Menjadikan pelaku usaha dan kelembagaan sayuran dan tanaman obat yang profesional 4. Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi untuk pengembangan agribisnis sayuran dan tanaman obat 5. Mendorong terwujudnya kerjasama dan kemitraan usaha serta perdagangan komoditas sayuran dan tanaman obat yang transparan, jujur dan berkeadilan C. Organisasi dan Tatalaksana Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Berdasarkan Permentan No. 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian; Direktorat Sayuran dan 9

Tanaman Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai, bawang merah, sayuran lain dan tanaman obat. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat menyelenggarakan fungsi. 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat; 4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat; 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah, bawang merah dan sayuran umbi, sayuran daun dan jamur serta tanaman obat; dan 6. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat. Struktur organisasi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat terdiri atas: a. Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah; b. Subdirektorat Bawang Merah dan Sayuran Umbi; c. Subdirektorat Sayuran Daun dan Jamur; d. Subdirektorat Tanaman Obat; e. Subbagian Tata Usaha; f. Kelompok Jabatan Fungsional. Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian 10

bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi aneka cabai dan sayuran buah. Subdirektorat Bawang Merah dan Sayuran Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi bawang merah dan sayuran umbi. Subdirektorat Sayuran Daun dan Jamur mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi sayuran daun dan jamur. Subdirektorat Tanaman Obat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi tanaman obat. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Direktur Sayuran dan Tanaman Obat. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai tugas jabatan fungsional. Jumlah pejabat fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan. 11

Adapun struktur organisasi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat tergambar pada bagan di bawah ini : 2.2 Tujuan dan Target Tujuan dan target pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat tahun 2016-2019 adalah: 1. Meningkatkan produksi sayuran dan tanaman obat yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan 2. Meningkatkan ketersediaan produk sayuran dan tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, industri dan ekspor 3. Memanfaatkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya genetik 12

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi A. Arah Kebijakan Pembangunan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Arah kebijakan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat mengacu pada arah kebijakan pengembangan pertanian yang diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat. Adapun arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: a) Peningkatan produksi, produktivitas, dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat secara berkelanjutan melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi; b) Pemberdayaan kelembagaan petani/pelaku usaha menuju kemandirian usaha sayuran dan tanaman obat; c) Peningkatan ketersediaan produk melalui pengaturan manajemen pola produksi. B. Strategi Pembangunan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Strategi pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat sejalan dengan strategi pembangunan pertanian tahun 2016-2019 yang telah diselaraskan dengan arah kebijakan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut: 1) Pengembangan Budaya Unggul dan Profesional a. Pengaturan pola produksi dan rancang bangun pengembangan komoditas sebagai upaya stabilisasi harga b. Penumbuhan industri sayuran dan tanaman obat bermutu dan berdaya saing 2) Pengembangan Pertanian Hayati (biofarming, zero waste, pertanian konservasi, hemat energi, Low External Input Sustainable Agriculture- LEISA) a. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) untuk 13

mewujudkan budidaya sayuran dan tanaman obat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. b. Pengembangan pertanian di wilayah perkotaan (Urban Farming) 3) Peningkatan pengetahuan, IPTEK mutakhir dan apresiasi kearifan lokal a. Penerapan teknik budidaya sayuran dan tanaman obat sesuai dengan kultur dari setiap daerah di seluruh Indonesia b. Diseminasi teknologi budidaya sayuran dan tanaman obat unggulan 4) Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani di bidang produksi, pasar dan permodalan a. Peningkatan pengaturan pola produksi dan pembuatan rancang bangun pengembangan komoditas sayuran dan tanaman obat sebagai upaya dalam mendukung stabilisasi harga dan pengendalian impor hortikultura b. Peningkatan pelaksanaan penerapan PHT, GAP dan GHP sayuran dan tanaman obat 5) Penguatan jejaring kerja intra dan antar pelaku usaha sayuran dan tanaman obat a. Pemberdayaan kelembagaan petani/pelaku usaha menuju kemandirian usaha sayuran dan tanaman obat b. Pemberdayaan asosiasi dan kelompok usaha tani sayuran dan tanaman obat sebagai mitra pemerintah 6) Peningkatan investasi dan promosi a. Penguatan akses permodalan, pembiayaan dan investasi sayuran dan tanaman obat b. Pemasyarakatan dan promosi produk sayuran dan tanaman obat c. Fasilitasi regulasi sayuran dan tanaman obat secara kondusif dan melindungi kelompok usaha tani sayuran dan tanaman obat di Indonesia 14

2.4 Sasaran Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2. Peningkatan Daya Saing, Ekspor dan Substitusi Impor, 3. Pengembangan Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dan 4. Peningkatan kesejahteraan petani. Mengacu pada sasaran utama Kementerian Pertanian, maka sasaran yang akan dicapai Direktorat Jenderal Hortikultura pada periode 2015 2019 adalah peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman cabai, bawang, jeruk, dan hortikultura strategis lainnya yang diproduksi secara ramah lingkungan dalam rangka mendukung peningkatan industri hortikultura, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan substitusi impor; peningkatan kesejahteraan petani, pemenuhan kebutuhan dalam negeri, serta pengendalian laju inflasi nasional. Sasaran pengembangan sayur adalah: 1) pengendalian inflasi; 2) pengendalian impor; 3) pemenuhan permintaan dalam negeri; dan 3) ketahanan pangan keluarga. Fokus pengembangan komoditas sayuran utama adalah: aneka bawang (bawang merah, bawang putih) dan aneka cabai (cabai merah besar, cabai keriting dan cabai rawit merah) dengan komoditas sayuran penunjang lainnya seperti: kentang, jamur, sayuran daun, dan sayuran buah lainnya. Sasaran pengembangan tanaman obat adalah: 1) pemenuhan permintaan dalam negeri; 2) mendukung pengobatan tradisional; 3) mendukung industri herbal dan saintifikasi jamu. Fokus pengembangan komoditas tanaman obat adalah: temulawak, jahe, kapulaga, kencur, dan lidah buaya. 2.5 Kebijakan 2.5.1 Aspek Kawasan Dan Mutu Produk 1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu dan performan (penampilan) produk produk sayuran dan tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri dan substitusi impor) dan meningkatkan ekspor dengan penerapan budidaya yang baik melalui penerapan Good Agricultural Practices 15

(GAP)/Standar Operasional Prosedur (SOP), penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Good Handling Practices (GHP), Mitigasi Dampak Iklim/Lingkungan, pengelolaan lahan, penerapan teknologi maju, penggunaan benih bermutu varietas unggul. 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk sayuran dan tanaman obat melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pasca panen sayuran dan tanaman obat. 3. Penerapan teknik budidaya yang ramah lingkungan dengan pemanfataan pupuk kandang/organik, pestisida nabati, agens hayati serta teknologi pemanfataan limbah usaha yang ramah lingkungan 4. Fokus pada pengembangan kawasan komoditas utama nasional (cabe, bawang merah, kentang), Pengembangan komoditas penting (jamur, temulawak, jahe, tanaman obat) dan komoditas bermasalah (bawang putih, wortel) 5. Penyebaran kawasan dan (menyebar) dan membangun kemandirian petani. 6. Pembangunan sentra produksi ke beberapa daerah baru yang potensial dan penyebaran sentra produksi dengan mendekatkan dengan pasar (kota, peri-urban), serta upaya membangun kemandirian (daerah/pulau-pulau) 7. Pembangunan dan pengutuhan kawasan sayuran dan tanaman obat yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait. 8. Pengembangan kelembagaan melalui kerjasama dan kemitraan usaha dengan pelaku usaha (supermarket, industri, eksportir, supplier). 2.5.2 Peningkatan Kapabilitas Sumberdaya Manusia 1. Pelaksanaan Sekolah Lapang GAP,GHP,SOP, dan PHT budidaya sayuran dan tanaman obat 2. Pelaksanaan apresiasi teknologi untuk meningkatkan kapabilitas/pengetahuan/keterampilan petani/pelaku usaha dan petugas 3. Peningkatan fungsi pendampingan yang dilakukan oleh petugas lapang/champion/akademis/petani/peneliti dalam hal pengembangan sayuran dan tanaman obat. 16

2.5.3 Akselerasi Akses Pembiayaan dan Kemitraan 1. Mengkonsolidasikan berbagai sumber pembiayaan seperti BUMN, BUMD, dan lembaga perbankan serta lembaga pembiayaan lainnya bagi pengembangan kawasan sayuran dan tanaman obat 2. Mendorong mitra usaha sebagai penjamin kredit atau avails untuk berpartisipasi dalam pengembangan sayuran dan tanaman obat 3. Mendorong pemerintah daerah untuk mengalokasikan dana APBD bagi pengembangan sayuran dan tanaman obat 4. Penguatan kemitraan dengan membangun program Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaah swasta dan BUMN 2.5.4 Pemasyarakatan Produk Sayuran dan Tanaman Obat 1. Mendorong tersosialisasinya produk sayuran dan tanaman obat dalam bentuk promosi melalui kegiatan pameran di dalam negeri dan luar negeri, festival 2. Pengembangan informasi teknologi budidaya melalui website 17

III. PERENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Program Sesuai dengan Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai satu program yaitu Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Produk Hortikultura. 3.2. Penjabaran Program dan Kegiatan Mengacu pada program Direktorat Jenderal Hortikultura, kegiatan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat adalah Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat. 3.2. Rambu-rambu Kegiatan Rambu-rambu kegiatan Direktorat Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat mengacu pada Struktur Output pada DIPA Tahun Anggaran 2017 sebagai berikut: 1. Kawasan Aneka Cabai Tujuan kegiatan pengembangan kawasan cabai adalah meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas cabai merata sepanjang tahun, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta kesejahteraan petani, melalui fasilitasi sarana produksi dan sarana budidaya serta penerapan Good Agriculture Practices (GAP), dan Standard Operasional Prosedure (SOP). Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan cabai, stabilisasi pasokan dan perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha pada sentra produksi. Target pengembangan kawasan cabai adalah seluas 15.000 ha di 33 Propinsi. 18

2. Kawasan Bawang Merah Tujuan kegiatan pengembangan kawasan bawang merah adalah meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas bawang merah merata sepanjang tahun, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta kesejahteraan petani, melalui melalui fasilitasi sarana produksi dan sarana budidaya serta penerapan Good Agriculture Practices (GAP), dan Standard Operasional Prosedure (SOP). Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan bawang merah, stabilisasi pasokan dan perbaikan mutu, dan pengelolaan lahan usaha pada sentra produksi. Target pengembangan kawasan bawang merah seluas 7.000 ha di 30 Propinsi 3. Kawasan Sayuran Lainnya Tujuan kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya adalah memadukan serangkaian program dan kegiatan pertanian menjadi satu kesatuan yang utuh, baik dalam perspektif sistem maupun kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta pada gilirannya kesejahteraan petani sebagai pelaku usaha, melalui melalui fasilitasi sarana produksi dan sarana budidaya serta penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dan Standard Operasional Prosedure (SOP). Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan sayuran lainnya melalui perluasan areal dan perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha sayuran di sentra-sentra produksi. Target pengembangan kawasan sayuran lainnya seluas 200 Ha, meliputi komoditas bawang putih di 3 Provinsi. 4. Pembinaan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Kegiatan pembinaan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat antara lain bertujuan:1) Melakukan pembinaan terhadap 19

pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas sayuran dan tanaman obat dalam berbagai aspek kepada para pelaku usaha sayuran dan tanaman obat, 2) Meningkatkan kapabilitas petugas yang menangani pengembangan sayuran dan tanaman obat melalui TOT serta Apresiasi Petugas, 3) Menyiapkan petugas yang mampu mendampingi petani dalam menerapkan GAP/SOP sayuran dan tanaman obat, 4) Memberdayakan kelembagaan petani sayuran dan tanaman obat di kawasan pengembangan sayuran dan tanaman obat, agar mampu membangun kemandirian secara ekonomi. Sasaran kegiatan pembinaan pengembangan tanaman sayuran dan tanaman obat adalah berkembangnya penerapan teknologi produksi sayuran dan tanaman obat di sentra produksi oleh petani, kelompok tani dan pelaku usaha serta terbangunnya jejaring komunikasi dan informasi antar kelembagaan petani dengan pelaku usaha dalam meningkatkan kinerja usaha untuk meningkatkan produksi, dan daya saing produk sayuran dan tanaman obat. Target kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan pembinaan, pendampingan, monitoring dan evaluasi teknologi produksi sayuran dan tanaman obat serta kegiatan pemberdayaan petugas dan petani di 33 Propinsi. 20

IV. PENUTUP Rencana Kerja Tahunan (RKT) ini diharapkan dapat memberikan arahan terhadap jalannya kebijakan pengembangan sayuran dan tanaman obat yang diformulasikan dalam perencanaan program dan kegiatan yang menunjang tugas pokok dan fungsi. RKT Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat tahun 2017 merupakan dokumen perencanaan program kegiatan yang menjabarkan arah kebijakan, tujuan serta sasaran pembangunan pertanian secara bertahap dan berkesinambungan. Dokumen ini telah dipersiapkan dengan mempertimbangkan berbagai hal, namun apabila ditemui hambatan, kendala maupun tantangan, maka pelaksanaan kegiatan masih memerlukan penyesuaian. Dibutuhkan peranan dan kerjasama institusi pemerintah baik di Kabupaten/Kota, Propinsi maupun Kementerian Pertanian yang terarah dan terintegrasi dalam mendukung Rencana Kerja Tahunan, sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu sayuran dan tanaman obat yang pada gilirannya akan memperbaiki tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani serta masyarakat lainnya. 21

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TINGKAT UNIT ORGANISASI ESELON I DITJEN HORTIKULTURA Unit Organisasi Eselon II : Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Tahun Anggaran : 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET Sasaran: Terpenuhinya kebutuhan konsumsi aneka cabai, bawang merah, sayuran lainnya 1. Kawasan Aneka Cabai (Cabai Besar 7.450 Ha, Cabai Rawit Merah 7.550 Ha) 15.000 2. Kawasan Bawang Merah (Ha) 7.000 3. Kawasan sayuran lainnya/ Bawang Putih (Ha) 200 22