1. PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (shareholders) saja namun juga mempunyai tanggung jawab

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGI KEGIATAN INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT DI KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social. Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengembangkan ekonomi masyarakat pesisir memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan pedalaman. Hal ini disebabkan karena kawasan pesisir memiliki karakteristik sumberdaya alam yang berbeda yang selanjutnya mempengaruhi tindakan dan aksi pelaku ekonominya. Jadi kondisi alam membuat perbedaan masyarakat dalam pandangan, sikap, dan tindakan mereka dalam hal mengembangkan wilayah pesisir. Perbedaan cara pandang inilah yang seharusnya dipahami pengambil keputusan yang terkait dengan pembangunan kawasan pesisir. Pemahaman ini sangat diperlukan supaya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir tepat arah, sasaran, guna dan manfaat. Chua dan Pauly (1989) mengelompokkan degradasi dan marjinalisasi kawasan yang terjadi di Indonesia disebabkan (1) Sebagian besar sumberdaya hayati pesisir mengalami eksploitasi lebih dan ekosistem pesisir mengalami tekanan berat; (2) Terjadi degradasi lingkungan karena kerusakan dan polusi dari laut dan darat; (3) Sebagian besar penduduk hidup dalam kondisi miskin, sementara proses pemiskinan berlangsung terus dan di pihak lain makin terjadi ketimpangan pendapatan; (4) Instansi yang ada tidak dapat menjawab masalahmasalah yang muncul; (5) Penegakan hukum tidak berjalan dengan baik; (6) Sangat kurang apresiasi publik terhadap pengelolaan yang berkelanjutan; (7) Sangat kurang pelaksanaan pembangunan secara terintegrasi; (8) Sangat rendah kapasitas masyarakat, meskipun potensi yang ada cukup besar. Kota Bontang di Propinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah 49.757 Ha, dimana sekitar 34.977 Ha (70,29%) diantaranya merupakan wilayah pesisir atau laut, sehingga karakteristik masyarakat Kota Bontang tentunya sangat dipengaruhi oleh kehidupan pesisir dan laut. Masyarakat Kota Bontang merupakan masyarakat heterogen yang terbentuk secara genekologis (perkawinan) dan teritorial (bersama menempati suatu wilayah dalam mencari

2 penghidupan) dari berbagai etnis. Tercatat hampir 60-70% penduduknya adalah pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan (etnis Bugis). Dengan dibukanya Kota Bontang sebagai kawasan industri yang digerakan oleh industri pengolahan gas alam cair PT. Badak NGL (BADAK) dan PT. Pupuk Kaltim (PKT) menjadi faktor pendorong bagi para pendatang untuk masuk wilayah ini dengan tujuan utama untuk mendapatkan pekerjaan. Pada umumnya para pendatang yang memiliki pendidikan dan ketrampilan yang cukup akan direspon pasar kerja dengan hasil yang lebihbaik. Kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi keterampilan tertentu telah menjadi persoalan tersendiri di Kota Bontang. Kondisi ini dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja untuk industri pengilangan gas alam cair dan industri pupuk banyak menggunakan tenaga kerja dari luar Kota Bontang, dimana BADAK dan PKT mensyaratkan kualitas yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja yang belum dapat dipenuhi tenaga kerja lokal. Dalam lima tahun terakhir yakni tahun 2006 sampai 2010, tercatat hanya 427 orang yang diterima sebagai karyawan tetap PKT, terdiri dari 46% tenaga kerja lokal dan 54% berasal dari luar Kota Bontang, sementara rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,98% per tahun atau 3.120 jiwa per tahun. Dengan keberadaan dua perusahaan besar ini adalah wajar jika jumlah penduduk Kota Bontang senantiasa bertambah. Pembangunan kawasan industri dan kegiatan operasionalnya di wilayah pesisir Kota Bontang juga menyebabkan perubahan ekologis yang memberikan tekanan signifikan terhadap ekosistem wilayah pesisir, dimana pada akhirnya dapat mengubah struktur pemanfaatan ruang pesisir Kota Bontang. Tekanan terhadap sumberdaya pesisir sering diperberat oleh tingginya angka kemiskinan di wilayah tersebut serta rendahnya pemahaman akan upaya konservasi. Kemiskinan sering pula menjadi lingkaran setan (vicious circle) dimana penduduk yang miskin sering menjadi sebab rusaknya lingkungan pesisir. Namun penduduk miskin pula yang akan menanggung dampak dari kerusakan lingkungan. Salah satu aspek pengelolaan wilayah pesisir yang baik adalah dengan mencarikan alternatif pendapatan sehingga mengurangi tekanan penduduk terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir.

3 Kondisi ini menuntut agar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) wajib lebih berperan dalam pembangunan di Kota Bontang, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu di Kota Bontang. CSR adalah upaya yang wajib dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasionalnya terhadap pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), dimana konsep pembangunan berkelanjutan tersebut meliputi pertumbuhan ekonomi (economic growth), kelestarian terhadap lingkungan (environmental protection), dan kesetaraan sosial (social equity). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi semata (profit), melainkan juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Pelaksanaan CSR di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Didalam Undang-Undang ini pada pasal 74 dinyatakan bahwa semua Perseroan Terbatas wajib hukumnya melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR), sehingga CSR menjadi bagian dari rencana penganggaran perusahaan. Sementara itu perusahaan negara berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki acuan pelaksanaan tanggung jawab sosial berdasarkan Undang-Undang BUMN Pasal 2 ayat (1) huruf e dan Pasal 88 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2003 jo. Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007. Didalam ketentuan tersebut semua BUMN yang berada dibawah pengelolaan pemerintahan Indonesia wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dimana dananya adalah alokasi dari sisa keuntungan perusahaan sebesar maksimal 2% untuk masing-masing kegiatan. Dengan dasar pemikiran seperti yang telah diterangkan diatas, maka perlu dilakukan suatu kajian tentang Desain Strategi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Sumberdaya Pesisir Kota Bontang (Studi Kasus PT Pupuk Kaltim).

4 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Potensi yang begitu besar dimiliki Kota Bontang, baik sumberdaya alam yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih, merupakan tumpuan pembangunan Kota Bontang dimasa yang akan datang, dimana segenap aktifitas serta permukimannya dengan derap pembangunan yang sangat intensif berada di kawasan pesisir. Kenyataan menunjukkan bahwa besarnya tekanan penduduk dengan dinamika sosial ekonomi dan tuntutan pemerintah daerah untuk memperoleh sumber dana bagi peningkatan akselerasi pembangunan telah memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang menjadi modal pembangunan masa kini dan masa yang akan datang. Isu dan permasalahan di pesisir Kota Bontang tidak jauh beda dengan permasalahan kota-kota pesisir lainnya di Indonesia. Permasalahan yang ada berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia. Pemanfaatan sumberdaya ini selalu menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi fisik pesisir Kota Bontang. Kerusakan fisik lingkungan antara lain disebabkan oleh adanya aktivitas di darat dan aktivitas di laut. Kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas di darat adalah pencemaran akibat limbah buangan industri dan rumahtangga, sedangkan aktivitas di laut adalah adanya abrasi pantai, sedimentasi di dasar perairan pantai, dan kerusakan ekosistem terumbu karang serta ekosistem pesisir lainnya. Kerusakan fisik lingkungan ini tidak terlepas dari adanya konflik pemanfaatan ruang dari berbagai kegiatan yang ada di pesisir Kota Bontang. Di kawasan pesisir Kota Bontang, intensitas penggunaan atau pemanfaatan ruang cukup tinggi sehingga berpeluang timbulnya masalah yang berakibat negatif bagi keberlanjutan keberadaan sumberdaya alam pesisir Kota Bontang. Hasil penelitian UGM (2001), Sucofindo (2001), UNDIP (2002) dan IPB (2010) menunjukkan adanya pencemaran, erosi, degradasi fisik habitat potensial seperti mangrove dan terumbu karang, serta konflik penggunaan ruang dan sumberdaya di kawasan pesisir dan laut kota Bontang, yang pada akhirnya mengancam kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

5 Diperkirakan sekitar 100 Ha lahan mangrove telah beralih fungsi menjadi kawasan pabrik industri PKT sejak tahun 1979, disamping itu dari pengamatan transect line terumbu karang sepanjang 32 km di areal pesisir PKT, hanya sekitar 5 km (15%) saja yang berada dalam kondisi normal, selebihnya 21 km (66%) dalam keadaan rusak dan 6 km (19%) dalam kondisi transisi, hal ini terjadi akibat aktivitas dredging dan dumping sekitar 247.000 m 3 pasir laut pada saat pembangunan dermaga dan pabrik PKT. Permasalahan yang berkembang di kawasanpesisirkotabontang, antara lain (Sucofindo, 2001; UGM, 2001; UNDIP, 2002; IPB, 2010) : Kawasan pesisir dan laut Kota Bontang saat ini dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yaitu industri (PKT, BADAK, PT. Indominco), kawasan lindung (Taman Nasional Kutai), permukiman, pertambakan, budidaya laut, alur pelayaran, pelabuhan, daerah penangkapan ikan dan pariwisata. Kaitannya dengan penggunaan ruang oleh industri besar yang ada diwilayah ini, belum ada kajian yang membahas tentang kontribusi industri terhadap masyarakat dan sumberdaya pesisir, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terjadinya degradasi lingkungan di beberapa lokasi di Kota Bontang antara lain : kerusakan terumbu karang, abrasi laut yang menyebabkan pulau-pulau kecil menjadi berkurang luasannya, misalnya Pulau Beras Basah yang menjadi andalan pariwisata Kota Bontang, hutan mangrove yang dialihkan penggunaannya untuk pertambakan dan pemanfaatan lainnya. Intensitas aktivitas industri yang terus meningkat di Kota Bontang terutama industri pengolahan berskala besar seperti PKTdanBADAK yang membuang residu/limbah pabrik ke laut, mengakibatkan terjadinya pencemaran di wilayah pesisir dan lautan. Masih dominannya sektor industri migas yang mengandalkan eksploitasi sumberdaya tak terbaharui (non-renewable resources) sementara sektorsektor yang berkaitan dengan kawasan pesisir dan laut masih tertinggal. Adanya rencana pengembangan Kota Bontang yaitu perluasan kawasan pesisir yang mencakup Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kertanegara, rencana penggunaan lahan di wilayah perluasan Kota Bontang, rencana pemanfaatan kawasan pesisir kota Bontang sampai tahun 2027 yang meliputi

6 kawasan lindung, kawasan budidaya, pariwisata, perikanan tangkap, industri, pemukiman. Rencana tersebut selama ini belum didukung dengan kajian ilmiah penetapan kawasan. Untuk itulah pemerintah Kota Bontang melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) bekerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang mengatur hal tersebut. Masih tingginya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap PKTterutama di wilayah bufferzone. Hal tersebut perlu direspon secara proporsional oleh perusahaan sehingga tercipta suasana kondusif. Suasana yang kondusif sangat diperlukan perusahaan untuk bisa melakukan kegiatan produksi yang berkelanjutan. Adanya pergerseran kepemilikan dunia usaha, dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan publik. Secara tidak langsung hal ini bermakna perusahaan tidak lagi hanya sebatas institusi bisnis, tetapi telah bergeser menjadi institusi sosial. Dunia usaha tidak hanya bertugas mencari keuntungan, tetapi juga harus berperan menjadi institusi yang memiliki tanggungjawab sosial. Kesadaran akan pentingnya CSR menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan produksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Trend global lainnya di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan program CSR. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1) Bagaimanaperan PKTterhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir di Kota Bontang? 2) Bagaimana tingkat keberlanjutan (sustainability) dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kota Bontang?

7 3) Bagaimana efektifitas dan keberlangsungan program CSR PKT di Kota Bontang? 4) Bagaimana strategi CSR dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir Kota Bontang 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Menganalisis peran PKT terhadap peningkatan perekonomian Kota Bontang 2) Menganalisis tingkat keberlanjutan (sustainability) dalam pengelolaan wilayah pesisir di Kota Bontang. 3) Merumuskan strategi CSR PKT dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir Kota Bontang 1.4. Manfaat Penelitian 1) Masukan bagi pemerintah Kota Bontang, bagi proses perencanaan dan pengambil kebijakan dalam kaitannya kontribusi industri-industri besar yang ada di Kota Bontang terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir. 2) Masukan bagi pengambil kebijakan di lingkungan PKT, khususnya dalam implementasi program CSR dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir Kota Bontang. 1.5. Kerangka Pemikiran Kebijakan pemerintah Kota Bontang berdasarkan arahan pemanfaatan ruang khususnya di wilayah pesisir lebih diarahkan pada pengembangan industri khususnya pengembangan industri PKT.Karena perusahaan besar tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap terlaksananya pengelolaan wilayah pesisir terpadu, dan peningkatan perekonomian Kota Bontang. Saat ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kota Bontang, persaingan pemanfaatan ruang semakin ketat terutama masyarakat

8 yang bermukim di wilayah pesisir termasuk yang mempunyai mata pencaharian nelayan maupun petani ikan. Disatu sisi, perusahaan besar semakin berkembang dan disisi lain masyarakat disekitarnya semakin termarginalkan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir dan semakin langkanya sumberdaya pesisir yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Oleh karena itu perlu upaya yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Kota Bontang. Kegiatan usaha PKT banyak bersinggungan dengan beragam stakeholders, khususnya masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi pabrik yaitu wilayah pesisir Kota Bontang. Terkait hal tersebut, perusahaan memandang dan sudah berkomitmen bahwa program CSR sebagai kegiatan yang sangat penting baik bagi kepentingan perusahaan, lingkungan maupun masyarakat itu sendiri. Untuk merealisasikan upaya tersebut perlu dilakukan analisis seberapa besar kontribusi ekonomi dan tehnis dari PKT terhadap pengelolaan wilayah pesisir terpadu, sehingga kedepan dapat dibuat suatu perencanaan CSR yang terpadu sehingga baik bantuan yang diberikan berupa hibah, modal kerja, pelatihan maupun fasilitas yang dibutuhkan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bontang dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Program-program tersebut semuanya didasarkan pada potensi daerah serta kebijakan pemerintah Kota Bontang. Adapun kerangka pemikiran penelitian mengenai tanggung jawa bsosial (CSR) PKT dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir Kota Bontang. Dalam kerangka pikir penelitian ini, diawali dengan mengidentifikasi kondisi potensi sumberdaya wilayah pesisir Kota Bontang, kemudian dilanjutkan melihat kondis iperusahaan yang ada (khususnya PKT). Dalam proses kegiatan perusahaan (PKT) kaitannya dengan sumberdaya wilayah pesisir akan dikaji baik dari aspek sumberdaya pesisirnya maupun dari aspek ekonominya sehingga diharapkan dari aspek ekonomi dapat memberikan kontribusi terhadap PAD, keuntungan bagi perusahaan dan secara sosial dapat mensejahterakan

9 masyarakat di sekitarnya serta dari aspek sumberdaya pesisir dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada bagaimana penerapan tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan (PKT) terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, sehingga diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat disekitarnya dan sumberdaya pesisir tetap terjaga kelestariannya. Untuk itu perlu merumuskan suatu desain strategi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir khususnya di Kota Bontang. Secara lengkap kerangka fikir penelitian ini disajikan pada Gambar 1. POTENSI SUMBERDAYA WILAY A H PE SISIR KOTA BONTANG PERUSAHAAN INDUSTRI (PKT) A NA LISIS BIOGEOFISIK ANALISIS EKONOMI REGIONAL AS PE K SUMBERDAYA PE SISIR AS PE K EKONOMI WILAYAH EKONOMI MASYARAKAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) A NA LISIS SUSTAINABILITY KONDISI LINGKUNGAN DA N SUMBER DAYA PESISIR KOTA BONTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN (PWPT) A NA LISIS PE RS EP SI ANALISIS EFEKTIVITAS DESAIN STRATEGI CSR DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DAN S UMB E RDAY A PE SISIR Gambar 1.Kerangka Pemikiran