FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI PADA USIA KURANG DARI 6 BULAN DI KELURAHAN GIRITIRTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016 Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan selain air susu ibu (ASI) yang diberikan kepada bayi bersama dengan ASI dan diberikan setelah bayi menginjak usia 6 bulan keatas Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui factor faktor yang dalam pendamping ASI terlalu dini pada bayi yang usianya kurang dari enam bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif i dengan cross secsional. Tekhnik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh. Sampel yang diambil yaitu seluruh kejadian ibu menyusui dengan usia bayi kurangdari 6 bulan di kelurahan Giritirto Kabupaten Wonogiri sebanyak 29 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan merubah dari data kuantitatif menjadi prosentase. Uji validitas dan reliabilitas yang digunakan adalah uji validitas dengan system SPSS. Analisa data yang digunakan adalah data univariat yaitu untuk mendeskripsikan variabel penelitian guna memperoleh gambaran, dengan hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah yang sebagian besar sebagai Ibu rumah tangga (51,70%), tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga dengan prosentase 51,70% atau 15 responden mendapat informasi dari media elektronik dengan prosentase 51,70% atau 15 responden. Sedangkan ibu yang mendapat informasi dari media lain sebanyak 48,3% atau 14 responden mayoritas memiliki jumlah pendapatan sedang yakni sejumlah 55,17% atau 16 responden. mayoritas memiliki tingkat pengetahuan tentang MP-ASI kurang baik yaitu sebanyak 41,50% atau 12 responden. diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan terutama di posyandu-posyandu Kelurahan Giritirto, serta konseling tentang ASI Eksklusif dan cara pemberian makanan pada bayi sesuai dengan umur. Kata kunci:factor-faktor yang mempengaruhi, MP-ASI
A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan selain air susu ibu (ASI) yang diberikan kepada bayi bersama dengan ASI dan diberikan setelah bayi menginjak usia 6 bulan keatas. Disebut makanan pendamping ASI karena diusia ini diharapkan bayi masih tetap diberikan ASI selain makanan tambahan lainnya. Pada usia ini kebutuhan gizi bayi yang didapat dari ASI hanya mencakup 60% selebihnya harus didapat dari makanan tambahan. Pemberian makanan pendamping ASI minimal usia 6 bulan dikarenakan pencernaan bayi pada usia sebelumnya belum sempurna dan bila dipaksakan akan menyebabkan sakit karena pemberian makanan yang terlalu cepat dan kekebalan terhadap bakteri masih rendah. (Handajani. S, 2006:34) Dari berbagai studi tedahulu telah diketahui bahwa penyebab penyakit infeksi dan kurang gizi yaitu infeksi saluran nafas dan diare. Dari seluruh bayi yang menderita ditemukan paling banyak adalah bayi yang kurang dari enam bulan. Hal ini dapat diatasi apabila pemberian makanan tambahan ditunda sampai usia enam bulan (Lely, 2005). UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal pediatrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan memberikan ASI sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik 22% jika pemberian ASI dimulai dari satu jam pertama setelah kelahiran bayi. Namun di indonesia hanya sekitar 8% saja ibu-ibu yang memberikan ASI kepada bayinya sampai umur 6 bulan dan 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya, padahal 21.000 kematian bayi baru lahir usia dibawah 28 hari di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (Sujiyatini: 41). Dengan peraturan dan sanksi yang tegas serta program- 1
program mendukung, diharapkan angka pemberian ASI dapat ditingkatkan dari kondisi sekarang. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Presentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14 % pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan 13% bayi dibawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Wahyuni, 2005). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan antara lain, faktor sumber informasi, faktor pengetahuan, faktor pendidikan, faktor pekerjaan, faktor, faktor ekonomi (Soraya, 2005). Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada tahun 2016 jumlah bayi yang mendapat ASI sampai umur enam bulan sebanyak 43,80% selebihnya cenderung memberi susu formula dan makanan tambahan pada bayinya. Berdasarkan target 2016 cakupan ini diharapkan mencapai 80% sehingga kedepannya diharapkan ada peningkatan, agar target yang sudah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Dari hasil pendataan di Puskesmas II Wonogiri pada tahun 2016 menunjukkan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif sebesar 19,19% dan 80,81% cenderung diberi susu formula dan makanan tambahan, sedangkan data yang didapat peneliti tentang pemberian susu formula dan makanan tambahan yang terbanyak di wilayah kerja Puskesmas II Wonogiri adalah di Kelurahan Giritirto sebanyak 93,44% dari 29 bayi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Giritirto dan
wawancara langsung yang dilakukan peneliti pada 7 orang ibu-ibu yang sebagian besar berpendidikan SMP, SMA/SMK dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT), pegawai swasta dan pegawai negeri peneliti masih menemukan ibu-ibu yang selain ASI pada bayi mereka yang masih berusia antara 1,5 sampai 2 bulan, dengan alasan karena bekerja sehingga tidak bisa menyusui anaknya selama 24 jam, karena air susu tidak keluar, dan agar anak mereka bertambah berat badannya. Padahal, kebiasaan masyarakat setempat menyusui bayi mereka harus sampai dua tahun. Tetapi, masih saja ditemukan ibu-ibu yang sudah selain ASI pada bayi mereka yang masih berusia dibawah enam bulan. Dari data diatas dapat diketahui bahwa ibu kurang memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan menggantinya dengan tambahan tarlalu dini, dimana bayi belum berusia enam bulan. Tugas dari petugas kesehatan adalah memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak usia dibawah 6 bulan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, dan memberi makanan tambahan setelah usia di atas 6 bulan. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktor- faktor yang dalam pendamping ASI terlalu dini pada bayi yang usianya kurang dari enam bulan. B. HIPOTESIS Apa faktor-faktor yang dalam pendamping ASI terlalu dini di Kelurahan Giritirto Wonogiri Tahun 2016? C. METODOLOGI Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo. S, 2010:36). Dalam
penelitian ini peneliti bermaksud ingin memperoleh faktor-faktor yang dalam pendamping ASI di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memberikan MP-ASI pada bayinya, yang bertempat tinggal di Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, yaitu sebanyak 29 ibu menyusui. Sampel penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memberikan MP-ASI di Kelurahan Giritirto. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu tehnik pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian (Riduwan, 2008:64). Maka dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 29 responden..dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri atas 29 item pertanyaan Dari uji validitas didapatkan bahwa terdapat 2 pertanyaan dari 25 item pertanyaan variabel pengetahuan yaitu nomor 18 dan 19 dianggap tidak valid karena hasil uji korelasi product moment tidak memenuhi taraf signifikan 5% atau r hitung kurang 0,444. Pertanyaanpertanyaan yang tidak valid tersebut kemudian diganti dan diujikan kembali. setelah dilakukan uji validitas yang kedua didapatkan hasil semua pertanyaan dinyatakan valid yaitu yerdiri dari 25 item pertanyaan.dari hasil uji reliabilitas SPSS dengan metode Alpha pada 25 butir soal didapatkan hasil 0,742 dan
dianggap reliabel. Setelah dianalisa dalam bentuk prosentase kemudian diklasifikasikan dalam kategori. Adapun kategori menurut Suharsimi Arikunto (2006), terdiri dari : >75% : Baik 60% - 75% : Cukup <60% : Kurang baik D. HASIL DAN BAHASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pendamping ASI terlalu dini dari segi pendidikan ibu. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang memberikan MP- ASI terlalu dini pada bayinya di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri mempunyai tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 68,96% atau 20 responden, dengan demikian seorang ibu dengan tingkat pendidikan dasar bisa terpengaruh untuk pendamping sebelum waktunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nilu (2005) bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan yang terbatas dan tradisi turun temurun merupakan faktor yang mendukung timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan bayi sehingga ibu tambahan untuk bayinya. Tidak terlaksananya pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu menyusui di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri dikarenakan ibu-ibu mempunyai tingkat pendidikan rendah yang sebagian besar sebagai Ibu rumah tangga (51,70%), seharusnya dengan kondisi yang selalu dekat dengan bayi membuat ibu dapat
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, tetapi hal itu tidak terjadi karena ibu yang tidak bekerja akan mudah terpengaruh adanya iklaniklan susu formula atau makanan pendamping di media elektronik (51,70%), karena ibu-ibu tersebut tidak cukup tahu tentang pentingnya zat-zat yang terkandung dalam susu formula yang banyak ditawarkan ditelevisi. Ibu akan lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya dari pada ASI. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pemberian MP-ASI pada bayi dan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan semakin mudah terpengaruh dan sulit untuk mencerna informasi yang diberikan. Fenomena seperti diatas telah terjadi pada ibu-ibu menyusui di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pendamping ASI terlalu dini dari segi pekerjaan ibu. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu menyusui di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga dengan prosentase 51,70% atau 15 responden. Menurut U.Roesli (2000) bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif, apalagi ibu yang tidak bekerja seharusnya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memberikan ASI pada bayinya, tetapi pada kenyataannya ibu rumah tangga banyak yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan yang kurang (41,50%) pada ibu menyusui sehingga banyak ibu yang mengambil keputusan tambahan pada bayinya. Selain itu ibu rumah tangga mempunyai beban pekerjaan yang banyak dimana mereka harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, mengurus bayi ataupun anaknya yang lain, harus melayani suami dari sebelum berangkat sampai setelah pulang bekerja. Keadaan seperti ini mengakibatkan ibu mudah lelah dan kecapaian, sehingga dapat mempengaruhi psikologis ibu. Hal ini dapat menyebabkan produksi ASI menjadi tidak lancar sehingga ibu akan terdorong untuk memberikan makanan/minuman tambahan walaupun usia bayi belum mencapai 6 bulan. Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa prosentase antara ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga selisihnya tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya ibu yang bekerja yang tambahan tetapi ibu rumah tangga juga memberikan makanan tambahan. Dengan demikian, status ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini terutama di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pendamping ASI terlalu dini dari segi informasi yang didapat ibu. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu menyusui di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri yang mendapat informasi dari
media elektronik dengan prosentase 51,70% atau 15 responden. Sedangkan ibu yang mendapat informasi dari media lain sebanyak 48,3% atau 14 responden. Ibu-ibu rumah tangga mempunyai waktu luang yang lebih banyak yang biasanya diisi dengan menonton televisi dan ngobrol dengan tetangga, sehingga mereka akan lebih mudah terpengaruh. Padahal iklan susu formula atau makanan tambahan yang ditayangkan ditelevisi banyak yang menyesatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari S.Notoatmodjo (2003) bahwa sumber informasi itu sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik dari media maupun orang-orang yang terkait didalamnya dengan kelompok manusia yang kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggotaanggota. Didalam penelitian ini, didapatkan sumber informasi dari media elektronik yang sangat dalam pendamping yang terlalu dini di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Hal ini didukung dengan pendidikan yang rendah (68,96% )dan pengetahuan ibu yang kurang (41,50%), sehingga informasi yang didapat dari media tersebut dicerna sendiri oleh ibu tanpa ada pendamping, akibatnya informasi yang didapat kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pendamping ASI terlalu dini dari segi ekonomi/pendapatan keluarga ibu. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pendapatan/status ekonomi keluarga ibu menyusui di Kelurahan Giritirto
Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri tergolong baik karena mayoritas memiliki jumlah pendapatan sedang yakni sejumlah 55,17% atau 16 responden. Sedangkan ibu dengan pendapatan keluarga rendah sebanyak 31,03% atau 9 responden dan ibu dengan pendapatan keluarga tinggi sebanyak 14,47% atau 4 responden. Menurut Lely (2005) dengan semakin tingginya tingkat pendapatan keluarga, maka akan semakin besar kemampuan keluarga untuk membeli susu formula sehingga ibu lebih mudah dalam tambahan/susu formula pada bayinya. Mereka beranggapan dengan diberikan makanan pendamping maka dapat meningkatkan status gizi bayinya, sehingga kesehatannya juga akan lebih terjamin. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu menyusui di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri tidak memberikan ASI pada bayinya, karena adanya faktor yang mempengaruhi dari segi status ekonomi keluarga ibu yang dinilai dari besarnya tingkat pendapatan keluarga. Dengan jumlah pendapatan yang sedang, maka ibu-ibu menyusui akan lebih terdorong untuk membeli serta mendapatkan makanan tambahan yang dianggap bernilai gizi lebih tinggi untuk membentuk proses pertumbuhan bayinya, yang pada dasarnya makanan/minuman tersebut mempunyai harga yang relatif mahal. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pendamping ASI terlalu dini dari segi pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu
yang memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya mayoritas memiliki tingkat pengetahuan tentang MP-ASI kurang baik yaitu sebanyak 41,50% atau 12 responden. Hal ini membuktikan bahwa, tingkat pengetahuan yang kurang baik dapat mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan S.Notoatmodjo (2003) yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) atau dengan arti lain, bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Tetapi disisi lain S.Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, informasi dan sosial budaya. Salah satu diantaranya yaitu pendidikan (68,96%) yang telah terbukti lebih mempengaruhi pengetahuan tentang pemberian MP-ASI di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Tahun 2011. Pada dasarnya ibu tahu tentang manfaat ASI, laktasi dan bayi harus diberi makanan tambahan setelah usia 6 bulan. Akan tetapi pengetahuan ibu tersebut belum mampu mendorong ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya dengan alasan, ibu merasa khawatir bayinya belum kenyang, bayi sering rewel dan tidak bisa tumbuh secara optimal jika hanya diberi ASI saja. Hal tersebut tidak perlu terjadi apabila pengetahuan yang dimiliki ibu disertai dan didasari dengan kesadaran dari ibu itu sendiri. Seorang ibu menyusui, harus mempunyai kesadaran tentang pentingnya ASI bagi bayi dan
resiko yang terjadi apabila bayi diberikan tambahan terlalu cepat atau sebelum bayi berusia 6 bulan. Dengan demikian apabila ibu-ibu mempunyai pengetahuan tantang pemberian MP-ASI yang tepat dan kesadaran yang tinggi, maka tidak ada lagi penyakit yang menyertai bayi karena pemberian makanan pendamping yang terlalu dini. E. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah dilakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui dalam Memberikan Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini di Kelurahan Giritirto Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri Tahun 2011, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Faktor pendidikan yang dalam memberikan MP-ASI terlalu dini pada tingkat pendidikan dasar (68,96%). 2. Faktor pekerjaan yang dalam memberikan MP-ASI terlalu dini pada segi pekerjaan ibu rumah tangga (51,70%). 3. Faktor informasi yang dalam memberikan MP-ASI terlalu dini pada segi informasi media elektronik (51,70%). 4. Faktor ekonomi yang dalam memberikan MP-ASI terlalu dini pada tingkat ekonomi keluarga sedang (55,17%). 5. Faktor pengetahuan yang dalam memberikan MP-ASI terlalu dini pada tingkat pengetahuan kurang baik (41,50%). Saran 1. Bagi ibu menyusui Ibu menyusui merupakan pihak yang paling penting dan utama dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, ibu menyusui perlu menyadari tentang pentingnya pemberian ASI secara eksklusif, resiko yang terjadi apabila bayi sudah diberi
makanan tambahan sebelum usia 6 bulan yaitu kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menyebabkan obesitas dan alergi pada pencernaan. Ibu menyusui juga harus mengkonsultasikan kepada tenaga kesehatan tentang apa yang didapat dari sumber informasi, sehingga ibu tidak salah dalam mencerna informasi tersebut. 2. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat penting terhadap program pelaksanaan ASI Eksklusif, diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan terutama di posyandu-posyandu Kelurahan Giritirto, serta konseling tentang ASI Eksklusif dan cara pemberian makanan pada bayi sesuai dengan umur. DAFTAR PUSTAKA Ariani, A. P. (2014). Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, M. (2011). Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC. Hidayat, A. A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Manuaba, I. B. G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Mubarak, W. I. (2007). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Myles. (2011). Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka. Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati. A dan Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rukiyah, A. Y. (2009). Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta: TIM. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Syafrudin. (2011). Untaian Materi Penyuluhan KIA. Jakarta: TIM. Tarwoto. (2007). Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media. Wawan,A. (2011). Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.