BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Specific Dynamic Action

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

I. PENDAHULUAN. tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 4 HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya adalah, setelah seseorang melakukan pekerjaannya, orang tersebut masih memiliki cukup semangat dan energi untuk menikmati waktu luangnya maupun untuk keperluan mendadak lainnya (Wiarto, 2013:169). Kebugaran jasmani yang tinggi sangat diperlukan oleh semua orang termasuk peserta didik, dengan kebugaran jasmani yang tinggi, siswa dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dalam waktu yang relatif lama daripada siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah. selain itu kebugaran jasmani yang rendah juga berdampak luas meliputi hampir segala bidang kehidupan manusia; sosial, ekonomi, politik, dan budaya akan terkena imbasnya. Jika status kebugaran jasmani khususnya peserta didik itu rendah maka perkembangan intelektualnya akan mengalami gangguan. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa kebugaran jasmani berkorelasi positif terhadap prestasi akademik siswa. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik atau jasmani, sehingga kemampuan fisik atau jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk setiap aktivitas kita sehari-hari, minimal kita harus mempunyai kemampuan fisik atau jasmani yang selalu mampu mendukung tuntutan aktivitas, Giriwijoyo (2010) Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu; jenis kelamin, bentuk badan, keadaan kesehatan, tidur atau istirahat, kegiatan jasmaniah, dan berat badan. Hapsari dkk., 2007 dalam Sidratulmuntaha (2013) mengemukakan bahwa status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Semakin bagus status gizi seseorang maka semakin baik pula kualitas fisiknya. Dalam penelitian yang di tulis oleh Eka (2011), olahraga atau aktivitas jasmani membutuhkan energi yang cukup. Dalam keseharian total keluaran energi

2 seseorang adalah jumlah dari energi yang dikeluarkan dalam keadaan istirahat atau disebut BMR (Basal Metabolic Rate), ditambah dengan energi yang dikeluarkan untuk pencernaan makanan dan absorbsi zat-zat gizi atau SDA (Specific Dynamic Action), ditambah lagi energi yang dikeluarkan untuk bekerja atau aktivitas olahraga. Dalam terminologi yang lebih spesifik, badan terdiri atas jaringan aktif atau disebut sebagai lean body mass dan fat mass sebagai deposit energi utama di dalam tubuh. Jadi berat badan sama dengan lean bodymass + fat mass. Dari penelitian sebuah program pengukuran indeks keberhasilan olahraga Nasional, didapatkan hasil tingkat kebugaran jasmani Indonesia adalah 4,07% untuk kategori baik. Ini berarti lebih dari 95% kondisi kebugaran jasmani masyarakat Indonesia kurang baik, atau bahkan sangat buruk. Untuk gambaran kondisi kebugaran jasmani pelajar sesuai dengan survey yang dilakukan oleh pusat kebugaran jasmani Nasional tergambar bahwa tingkat kebugaran jasmani pelajar SD, SMP, SMA atau Sederajat yang memiliki kategori sangat baik adalah 0%, kategori baik 7%, sementara sisanya adalah kategori sedang. Hasil penelitian Sjarif (2004) di Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Medan menyatakan kasus obesitas pada remaja wanita adalah sebesar 10,2%. Lebih lanjut data dari laporan dinas kesehatan tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada umur diatas 15 tahun adalah sebanyak 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi obesitas umum pada penduduk umur lebih dari sama dengan 15 tahun salah satunya adah Jawa Barat. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi nasional obesitas laki-laki sebanyak 13,9%, dan perempuan 23,8%. (riset kesehatan dasar, Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Suharjana pada tahun 2001 (Eka, 2011), pada siswa sekolah dasar (SD) di Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpulkan bahwa 62,4 % siswa SD di Daerah Istimewa Yogyakarta status kebugaran jasmaninya kurang. Sementara jika dilihat dari stasus gizinya menunjukkan 19,6 % berstatus gemuk, sedangkan yang berstatus gizi kurang ada 39,2 % dan yang berada dalam status normal hanya 41,28 %. Penelitian yang dilakukan Sarwono (2001) dengan subjek penelitian mahasiswa Jurusan POK FKIP UNS menemukan

3 bahwa dari 80 subjek, kategori kesegaran jasmani: Jelek ada 18,7 %, Kurang 27,5 %, Sedang 32,5 %, Baik 20 %, dan Baik Sekali 1,3 %, sedangkan status gizi: Gemuk ada 13 %, Normal 80 %, Kurang Gizi I 12,5 %, Kurang Gizi II 7,5 %, dan Kurang Gizi III 2,5 %. Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supriasa, 2012). Bell et al., 2001 (Destyana dkk., 2009), mengemukakan bahwa terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrening obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Lingkar pinggang merupakan pengukur distribusi lemak abdominal yang mempunyai hubungan erat dengan indeks massa tubuh. Pengukuran IMT berbeda dengan pengukuran badan dengan teknik antropometri, pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksananya (Sirajudin, 2012). Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT bukan merupakan sebuah pengukuran berat badan yang akurat namun merupakan salah satu rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Seperti dalam penelitian Niarsari dkk. menyebutkan bahwa World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan sebuah metode pengukuran untuk mengklasifikasikan obesitas, yaitu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). IMT lebih dari 25 dapat diklasifikasikan sebagai overweight sampai obesitas.

4 Dalam Sarwono (2008), IMT hingga kini dipakai secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan menurut musim, dan produktivitas kerja (Husaini, 1996). Dalam Goi (2012) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan metode paling praktis dalam menentukan tingkat overweight dan obesitas pada responden dewasa dibawah umur 70 tahun (WHO, 2006). ). Selain itu Kusumadewi (2009), Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi (Permaisih, 2007). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan indeks berat badan sehat yang sekarang banyak juga dipakai dan berlaku untuk orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun (Eka, 2011). Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perlu diketahui bahwa anak yang pendek pun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perlu mempertahankan berat badan normal, Sirajudin (2012). Maka dari itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dikarenakan berbagai keterbatasan waktu dan ketarampilan, serta Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara yang praktis digunakan untuk mengukur berat badan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian.

5 Berdasarkan pembahasan yang ditulis oleh peneliti diatas mengenai rendahnya kebugaran jasmani, dan beberapa faktor penyebabnya. Diantaranya yaitu faktor atau pengaruh berat badan berlebih dan kurang terhadap kebugaran jasmani. Serta bagaimana kebugaran jasmani siswa Sekolah Menengah Atas dilihat dari Indeks Massa Tubuh secara proporsional. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa di SMA N 9 Bandung dilihat secara proporsional berdasarkan Indek Massa Tubuh? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian harus mempunyai tujuan dan tujuan yang akan dicapai harus berkaitan erat dengan masalah yang dipilih. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh gambaran bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa SMA N 9 Bandung dilihat secara proporsional berdasarkan Indeks Massa Tubuh. D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan dunia pendidikan khusunya pendidikan jasmani, tentunya juga bagi kepentingan penulis, pihak sekolah dan guru- guru penjas khususnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis : Dapat memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran penjas dan dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama. 2. Secara praktis : Dapat memberikan sumbangan dalam memberikan informasi tentang profil kebugaran jasmani siswa dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT).

6 E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari: BAB I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran. Bab ini memuat tentang landasan teori yang dibandingkan, dikontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dan dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti. BAB III : Metode Penelitian Bab ini terdiri dari populasi dan sampel penilitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data. BAB IV:Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil penelitian serta pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.