I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan jenis tanaman polong-polongan

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA PADA INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA KULTIVAR KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO. Titik Inayah* ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

Kultur Sel. Eksplan Kultur Sel

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

KULTUR JARINGAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

JOURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung 687 kalori, 9,2 g protein, 71,2 g lemak. Produksi kacang tanah di Indonesia hanya mencapai 2,5 3,0 ton/ha dengan luas pertanaman berkisar 706.753 ha dan produktivitas antara 11,86 11,95 ton/ha (BPS, 2007). Konsumsi kacang tanah sebagai sumber pangan sehat dalam pangan nasional terus meningkat namun kemampuan produksi di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan kacang tanah. Sehingga sejak tahun 1979 kebutuhan kacang tanah dalam negeri dicukupi dari impor dan sampai sekarang Indonesia masih mengimpor kacang tanah 150.000 200.000 ton per tahun. Salah satu cara agar produksi nasional kacang tanah dapat ditingkatkan, kendala serangan hama dan penyakit perlu diatasi dengan mengembangkan varietas yang resisten melalui program perakitan tanaman transgenik dan penyediaan bibit bermutu. Regenerasi tanaman secara in vitro merupakan tahap penting dalam program perakitan tanaman transgenik. Tanpa sistem regenerasi yang efisien, maka akan sulit diperoleh tanaman transgenik yang diinginkan. Untuk keperluan transformasi genetik, cara embriogenesis lebih dianjurkan karena dapat mempercepat keberhasilan dengan peluang keberhasilan yang cukup tinggi.

2 Embrio somatik umumnya berasal dari sel tunggal yang kompeten untuk membentuk fase globular, hati, torpedo, dan akhirnya menjadi embrio somatik dewasa yang siap dikecambahkan membentuk planlet/ tanaman utuh. Cara embriogenesis somatik banyak mendapat perhatian karena jumlah propagula yang dihasilkan tidak terbatas dan dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Disamping itu, embrio somatik dianggap merupakan bahan tanaman yang ideal untuk penyimpanan jangka pendek maupun jangka panjang karena bila diregenerasikan dapat membentuk bibit somatik. Induksi embrio somatik merupakan proses sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet. Embrio somatik dicirikan dengan strukturnya yang bipolar (mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas). Dengan struktur tersebut perbanyakan melalui induksi embrio somatik lebih menguntungkan dibandingkan pembentukan tunas adventif yang unipolar. Secara spesifik tahap perkembangan embrio somatik dimulai dari fase globular, fase hati, fase torpedo, dan planlet (Gaj, 2001). A B C Gambar 1. Tahap perkembangan embrio somatik, (A); fase globular, (B); fase hati (C); fase torpedo. Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus). Embrio somatik akan terbentuk jika terjadi

3 pembentukan kalus yang bersifat embriogenik dengan ciri-ciri, sel berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Dengan demikian, embrio somatik dapat dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus. Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pembentukan dan perkembangan tanaman yang telah dikulturkan. Media fisiknya dapat berbentuk cair atau padat. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau gelrite. Bahan pemadat media harus dapat disterilkan dengan autoklaf. Agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa species algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Umumnya agar dapat membentuk gel atau memadat pada suhu 40 45ºC dengan titik cair 80 90ºC. Kemampuan agar dalam memadatkan media tergantung pada cara pengekstrakan dari ganggang laut dan ph larutan media sebelum di autoklaf (Gunawan, 1988). Peningkatan konsentrasi agar mengakibatkan media semakin padat sehingga inokulasi eksplan pada media akan semakin sulit dilakukan, dengan demikian konsentrasi agar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan eksplan. Umumnya konsentrasi agar, yang ditambahkan ke dalam media kultur antara 0,6 0,8 %. Agar sangat berpengaruh terhadap fenomena vitrifikasi (abnormalitas pada tanaman yang dikulturkan secara in vitro yang ditandai dengan kandungan airnya terlalu tinggi), multipikasi, potensi penyerapan, kontak eksplan, dan kelarutan unsur-unsur hara (Gunawan, 1988).

4 Pada penelitian ini dilakukan usaha perbaikan sistem regenerasi secara in vitro tanaman kacang tanah melalui induksi embrio somatik. Penelitian ini mengkaji salah satu faktor penting dalam induksi embrio somatik yaitu pemadat media (agar) khususnya pada varietas nasional yang dicoba (Sima dan Jerapah). 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah konsentrasi agar memberikan respon positif terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah)? 2. Konsentrasi agar berapa yang relatif baik untuk menginduksi embrio somatik pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah)? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi agar terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah). 2. Mencari konsentrasi agar yang paling baik untuk menginduksi embrio somatik pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah). 1.4 Landasan Teori Setiap sel tanaman mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang utuh, jika

5 kondisinya sesuai. Teknik kultur jaringan yang menginduksi embrio somatik lebih diinginkan karena dapat berasal dari satu sel pada jaringan somatik yang perkembangannya serupa dengan embrio normal. Disamping itu, jalur embriogenesis somatik mudah diregenerasikan menjadi embrio bipolar, yaitu mempunyai dua kutub yang langsung sebagai bakal tunas dan akar (Gunawan, 1988). Sumber eksplan yang digunakan untuk perbanyakan tanaman secara in vitro sebaiknya berasal dari induk bervarietas unggul sehingga akan menghasilkan tanaman yang baik, yang berarti sifat-sifat tanaman baru hasil kultur jaringan sama dengan sifat-sifat tanaman induk atau tanaman sumber eksplan. Selain itu, zat pengatur tumbuh merupakan komponen yang sangat penting dalam media kultur jaringan, tetapi jenis dan konsentrasinya sangat tergantung pada jenis tanaman dan tujuan kultur (Yusnita, 2008). Pada berbagai bagian biji kacang tanah, tidak semua tipe eksplan membentuk kalus embriogenik. Kalus embriogenik hanya terbentuk pada eksplan leaflet, poros, dan radikula (kecuali pada varietas Sima dan Kancil). Tipe eksplan endosperm tidak membentuk kalus embriogenik pada semua varietas (Edy, 2008). Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Pemilihan media yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan eksplan harus dilakukan dengan tepat. Pemilihan media yang digunakan tergantung jenis media yang akan dikulturkan. Dalam teknik kultur jaringan media yang paling sering digunakan adalah media Murashige and Skoog (1962). Meskipun unsur-unsur makro dalam media MS

6 dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS pada umumnya mendukung kultur jaringan tanaman lain. Bahan pemadat yang sering digunakan adalah agar yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Kekerasan media pada umumnya meningkat secara linear pada pertambahan konsentrasi agar. Kekerasan media juga di pengaruhi oleh jenis agar yang dipakai, ph media dan arang aktif. Umumnya konsentrasi agar yang diberikan berkisar antar 0,6 1,0%. Konsentrasi agar yang terlalu tinggi akan mengurangi persenyawaan dari dan ke arah eksplan sehingga pengambilan hara dan zat tumbuh berkurang, sedangkan penghambat dari eksplan tetap berkumpul di sekitar eksplan. Disamping itu, inokulasi jaringan pada medium semakin sulit dilakukan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikulturkan. Berdasarkan keberadaan agar dalam medium, beberapa tanaman tertentu lebih cocok dikulturkan dalam medium padat (George dan Sherington, 1984). Namun jenis tanaman akan membedakan kebutuhan agar yang harus ditambahkan ke dalam medium yang digunakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Untuk menjelaskan perumusan masalah dalam penelitian ini disusunlah kerangka pemikiran sebagai berikut: Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan varietas resisten melalui rekayasa genetika. Menurut George

7 dan Sherrington (1984), perbanyakan dengan kultur jaringan disebut juga dengan kultur in vitro, memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan perbanyakan konvensional, di antaranya: (1) memerlukan waktu yang relatif singkat, (2) membutuhkan tempat yang relatif kecil untuk menghasilkan bibit dalam jumlah besar, dan (3) dapat menghasilkan bibit bebas penyakit. Menurut Pierik (1987), keuntungan lain dari teknik kultur jaringan adalah hanya menggunakan bagian kecil dari organ atau jaringan tanaman sebagai bahan tanam dan pelaksanaannya tidak tergantung pada musim. Keberhasilan kultur in vitro dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya spesies dan eksplan yang digunakan, medium dasar, jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh, sukrosa, dan vitamin. Berdasarkan keberadaan agar di dalam medium, beberapa tanaman tertentu lebih cocok disubkulturkan pada medium padat dibandingkan dengan medium cair. Namun jenis tanaman juga membedakan kebutuhan agar yang harus ditambahkan ke dalam medium yang digunakan. Konsentrasi agar yang sering digunakan dalam kegiatan kultur in vitro menurut Pierik (1987) adalah 6 8 g/l. Pengaruh konsentrasi agar terhadap pembentukan induksi embrio somatik pada tanaman Picea abies (L) karst yang menggunakan agar dengan konsentrasi 0,5 2 %. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi agar mengakibatkan penurunan jumlah embrio dan mengurangi jumlah embrio yang mengalami vitrifikasi ( tunas yang terlalu banyak mengandung air).

8 Penelitian lain pada tanaman Carnation (Dianthus caryopylus) menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi agar dari 0 1,8 % mengakibatkan penurunan jumlah tunas yang terbentuk. Konsentrasi agar yang terlalu rendah menyebabkan medium menjadi lunak sehingga meningkatkan absorpsi air oleh eksplan yang selanjutnya mengakibatkan tunas-tunas yang terbentuk pada eksplan terlalu banyak mengandung air. Sebaliknya, konsentrasi agar yang terlalu tinggi menyebabkan medium menjadi padat sehingga dapat menghambat absorpsi air dan hara. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki sistem regenerasi secara in vitro tanaman kacang tanah melalui induksi embrio somatik untuk varietas nasional (Sima dan Jerapah) dengan mengkaji salah satu faktor penting dalam media yaitu pemadat agar merek Swallow Globe. 1.6 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Konsentrasi agar memberikan respons positif terhadap induksi embrio somatik pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah).

9 2. Konsentrasi agar 6 g/l adalah yang paling baik untuk menginduksi embrio somatik pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Jerapah).