BAB VI PERSEPSI REMAJA TERHADAP UNSUR KEKERASAN DALAM SINETRON DI TELEVISI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PERSEPSI KHALAYAK MAHASISWA TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI REALITY SHOW JIKA AKU ME JADI DI TRA S TV

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Ganteng-ganteng Serigala menjadi judul sinetron terbaru SCTV yang

BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa televisi swasta seperti:an-tv,indosiar,transtv,mnc TV, Raja

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Bentuk bentuk reduksi moral dalam sinetron Yang Muda Yang. Bercinta di RCTI selama sepuluh episode.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

KUESIONER. Lampiran 1. Kuesioner penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBATASI TAYANGAN TELEVISI BAGI ANAK DI PERGURUAN TK PERMATA BANGSA BINJAI BARAT

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pengaruh Tayangan Kekerasan Dalam Film Kartun Terhadap. Perilaku Agresif Anak Di SDN 108 Bukit Raya Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi di segala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses

Pengaruh Intensitas Menonton Sinetron terhadap Perilaku Bullying di Kalangan Remaja

I. PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

PERTANYAAN JAWABAN. ( Iklan Tim Tam ) LAMPIRAN LAMPIRAN. 1. Bagaimana menurut anda iklan tersebut secara keseluruhan?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

KUESIONER. No. Responden : Kepada Yth. Siswa/siswi SMU Swasta GBKP Kabanjahe di Tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 orang tua mempunyai pengaruh lebih positif dari pada pengaruh televisi (Wong, 2000) Pada kenyataanya anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk m

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. bertujuan untuk mengetahui bagaimana Literasi Media Dalam Menonton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

PENGARUH PROGRAM SINETRON TELEVISI TERHADAP PERILAKU SISWA JURUSAN IPS DI SMA NEGERI 1 GEGESIK KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa

INSTRUMEN PERILAKU MENONTON FILM KEKERASAN (X) Nama :.. Kelas :.. No :..

BAB I PENDAHULUAN. membangun loyalitas di benak konsumen menjadi faktor kunci untuk. perusahaan dapat segera berpindah ke perusahaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang

BAB 5 PEMBAHASAN DESAIN. Menggunakan visual fotografi dan gaya bertutur langsung (straight) serta. hampir seluruh aplikasi kampanye.

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo.

BAB I PENDAHULUAN. televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun tidak lagi merupakan hal yang

Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak

BAB I PENDAHULUAN. televisi tetap mendominasi komunikasi secara audio dan visual. mendapatkan apa-apa dari tayangan yang telah tersaji.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 PEMBAHASAN Kategori Data yang Didapat Dari Hasil Wawancara. Fiksi Baru (mutakhir) Gambar Bahasa Kesukaan. Hiburan Hobi

PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisi baru dalam pola hidup masyarakat kita. televisi yang menghasilkan audio (suara) dan visualisasi (gambar

Analisis Isi Perilaku Prososial dan Antisosial Dalam Film Arisan2 KARYA ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. tidak mantap. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999: 118) secara psikologis masa

Alfarisi Salman. Horror Short Stories. Kamar. Nomor7. Kumpulan cerita pendek yang mengganggu tidurmu

BAB III PENYAJIAN DATA. Sinembah Kabupaten Rokan Hilir terhadap Acara Sinetron Tukang Bubur Naik

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Larva ditayangkan RCTI. Program Larva sendiri berasal dari Korea Selatan yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung proses komunikasi. Proses komunikasi tersebut untuk

BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORI

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Televisi merupakan media massa yang paling mudah di akses oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Contoh tampilan saat bersosialisasi dengan penduduk lain

Transkripsi:

BAB VI PERSEPSI REMAJA TERHADAP UNSUR KEKERASAN DALAM SINETRON DI TELEVISI 6.1. Persepsi Remaja terhadap Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Remaja yang menjadi responden dalam penelitian sebagian besar merasa kurang senang dengan tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan (65%). Tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi merupakan tayangan yang tidak mendidik (80%). Terutama sinetron yang menurut responden paling banyak mengandung unsur kekerasan (35%), seperti adegan perkelahian (50%), penyiksaan (63,5%), dan ancaman terhadap orang yang tidak disukai (50%). Pemeran dalam sinetron seringkali tidak menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar (55%), sering menggunakan bahasa kasar ketika marah (37,5%). Ekspresi kemarahan yang diluapkan oleh pemeran dalam sinetron sangat berlebihan (62,5%), ditambah dengan cacian dan makian dalam percakapan (52,5%). Pratomo (2003) dalam penelitian menyebutkan adegan-adegan antisosial di dalam sinetron seperti penganiayaan, kekerasan, dan ucapan kasar lebih sering muncul dibandingkan adegan pro-sosial seperti tolong-menolong, kasih sayang, toleransi, dan lain-lain. Adegan-adegan anti-sosial yang sering ditampilkan dalam sinetron akan mendorong remaja melakukan kekerasan dan mengucapkan kata-kata kasar terhadap orang lain. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang responden: Sinetron yang ditayangin di televisi sama sekali gak ngedidik. Banyak yang ngandung unsur-unsur kekerasan, contohnya banyak yang sering ngelakuin penyiksaan-penyiksaan. Ada yang dipukul, ada yang kadang disiram air panas, ada yang dikeroyok sampe berdarahdarah, kesannya sadis dan menderita banget itu si korbannya. Terus udah gitu banyak yang maki-maki pake kata anjing, bangsat, macem-macem deh modelnya. (IT, 19 tahun). 51

Cerita yang terkandung dalam sinetron tidak bagus dan tidak mendidik (55%), dengan jalan cerita yang berbelit-belit (67,5%), dan tidak dimengerti (37,5%). Adegan dalam sinetron yang menampilkan perkelahian, pemukulan, dan pengrusakan cenderung tidak disensor (55%). Kontak fisik yang berkaitan dengan kekerasan sering ditampilkan di dalam sinetron, seperti tamparan, pukulan, dorongan, dan lain sebagainya (55%) ditambah efek-efek visualisasi yang mencerminkan unsur kekerasan sering timbul dalam sinetron, seperti letusan senjata, percikan darah, dan lain sebagainya (33,5%). Seperti yang dikatakan salah satu responden: Berantem-berantem di sinetron pada gak disensor, kalo mukul kaya yang mukul beneran, terus udah gitu darah yang muncratnya juga keliatan jelas banget, walopun sebenernya itu darah boongan. Tapi tetep aja di tiap sinetron pasti ada pukul-pukulan ato nggak kekerasan-kekerasan gitu. (IA, 23 tahun). Tabel 3. Persentase Persepsi Remaja terhadap Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Persepsi Netral 1. Saya senang menonton sinetron di televisi. 27.5 25.0 25.0 17.5 5.0 2. Saya senang menonton tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan. 3. Saya lebih suka menonton tayangan televisi yang mengandung banyak adegan kekerasan. 4. Sinetron yang ditayangkan di televisi banyak mengandung unsur kekerasan. 5. Pemeran dalam sinetron sering melakukan suatu ancaman untuk mewujudkan keinginannya. 6. Banyak terdapat adegan perkelahian di dalam sinetron. 7. Pemeran dalam sinetron seringkali tidak menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 8. Pemeran dalam sinetron seringkali melakukan penyiksaan terhadap orang yang tidak disukainya. 20.0 45.0 25.0 10.0 0.0 25.0 35.0 27.5 10.0 2.5 2.5 12.5 50.0 25.0 10.0 2.5 15.0 32.5 35.0 15.0 0.0 17.5 32.5 42.5 7.5 2.5 12.5 30.0 45.0 10.0 5.0 12.5 20.0 45.0 17.5 52

9. Tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi merupakan tayangan yang mendidik. 10. Jalan cerita yang ditampilkan dalam sinetron terkesan berbelit-belit. 11. Cerita yang terkandung dalam sinetron bagus dan mendidik. 12. Cerita yang terkandung dalam sinetron mudah dimengerti. 13. Adegan dalam sinetron yang menampilkan perkelahian, pemukulan, dan pengrusakan tidak disensor. 14. Pemeran dalam sinetron seringkali berniat untuk mencelakai dan membunuh orang yang tidak disukainya. 15. Bahasa yang digunakan pemeran dalam sinetron tidak sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, patut ditiru. 15. Kontak fisik yang berkaitan dengan kekerasan sering ditampilkan di dalam sinetron, seperti tamparan, pukulan, dorongan, dan lain sebagainya. 16. Cacian dan makian biasa timbul dalam percakapan antar pemeran di dalam sinetron. 17. Ekspresi kemarahan yang diluapkan oleh pemeran dalam sinetron berlebihan. 18. Pemeran dalam sinetron sering menggunakan bahasa kasar apabila sedang marah. 19. Efek-efek visualisasi yang mencerminkan unsur kekerasan sering timbul dalam sinetron, seperti letusan senjata, percikan darah, dan lain sebagainya. 20. Judul sinetron tidak mencerminkan isi yang terkandung dalam cerita. 50.0 30.0 12.5 5.0 2.5 2.5 7.5 22.5 37.5 30.0 22.5 32.5 37.5 7.5 0.0 10.0 27.5 37.5 17.5 7.5 5.0 17.5 22.5 40.0 15.0 10.0 12.5 17.5 45.0 15.0 35.0 35.0 17.5 7.5 5.0 5.0 17.5 22.5 35.0 20.0 2.5 22.5 22.5 40.0 12.5 0.0 15.0 22.5 32.5 30.0 5.0 17.5 40.0 27.5 10.0 2.5 17.5 47.5 25.0 7.5 0.0 12.5 40.0 35.0 12.5 21. Saya senang menonton sinetron di televisi. 27.5 25.0 25.0 17.5 5.0 Kuswandi (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa paket tayangan sinetron banyak diminati karena menyangkut tiga hal, yaitu: isi pesannya sesuai dengan realita sosial pemirsa, mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan. Sinetron terutama yang kejar tayang biasanya sengaja membuat cerita yang berbelit-belit, sesuatu yang kurang penting terus ditonjolkan dalam tayangan, sesuatu yang kurang masuk akal dipaksa ada dalam cerita, sehingga isi 53

yang dikandungnya tidak berbobot. Sinetron biasanya menyorot kehidupan kalangan atas dengan jutaan derita, masalah, kebodohan, dan tangis padahal masyarakat kita tidak seperti demikian. Hal ini didukung dengan pernyataan seorang responden: Sinetron yang ditayangin di TV sekarang mah gak ada yang bener, ceritanya gak jelas, episodenya gak abis-abis, terus udah gitu kalo berantem suka lebay. Gak asik banget deh pokoknya buat ditonton... (DB, 20 tahun). Kekuatan sinetron memang sering menciptakan imitasi di kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa, termasuk remaja. Perilaku para pemeran sinetron tidak jarang menjadi panutan para ibu dan remaja putri. Mereka mengubah model rambut dan dandanannya seperti pemain sinetron. Mereka berusaha mengubah gaya hidupnya seperti kehidupan yang diceritakan dalam suatu sinetron. 6.2. Pengaruh Orang Tua Responden lebih banyak berharap orang tua ikut mendampingi saat menonton televisi (30%), dan ikut melarang untuk menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan (47,5%). Orang tua jangan terlalu ketat mengawasi mereka dengan peraturan-peraturan seperti membuat jadwal untuk menonton televisi (62,5%), berikan kelonggaran bagi para remaja. Orang tua memberi pengertian tentang tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi (72,5%), terutama sinetron (35%). Orang tua sebaiknya lebih mengutamakan tayangan-tayangan lain daripada sinetron (75%), dan memberikan contoh kepada anak remaja untuk tidak sering menonton sinetron (52,5%). Tabel 4. Persentase Pengaruh Orang Tua terhadap Persepsi Remaja tentang Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Pengaruh orang tua Netral 1. Orang tua saya mendampingi saya saat 5.0 15.0 50.0 25.0 5.0 54

menonton televisi. 2. Orang tua saya melarang saya untuk menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan. 3. Orang tua saya membuat jadwal untuk menonton televisi. 4. Orang tua saya memberi pengertian tentang tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi. 5. Orang tua saya tidak memberi pengertian tentang segala hal yang terdapat dalam sinetron. 6. Saya menonton sinetron karena orang tua saya di rumah juga menonton sinetron. 7. Saya ikut menonton sinetron setelah mengetahui orang tua saya sering membicarakan hal-hal yang terdapat dalam sinetron. 8. Orang tua saya selalu lebih mengutamakan sinetron daripada tayangan-tayangan lain pada saat menonton televisi. 0.0 15.0 37.5 37.5 10.0 30.0 32.5 22.5 10.0 5.0 2.5 7.5 17.5 55.0 17.5 12.5 22.5 42.5 17.5 5.0 20.0 32.5 30.0 12.5 5.0 22.5 50.0 17.5 7.5 2.5 35.0 40.0 12.5 7.5 5.0 6.3. Pengaruh Teman atau Sahabat Teman dan sahabat bagi responden tidak begitu mempengaruhi dalam segala hal baik perilaku maupun kebiasaan (45%). Responden tidak bersama teman-temannya dalam menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan (62,5%). Kekerasan jarang ditemui dalam lingkungan pergaulan responden (87,5%). Hanya sedikit teman-teman yang suka menonton sinetron (17,5%). Respoden menonton sinetron bukan karena mengetahui bahwa temannya menonton sinetron (72,5%) dan teman-temannya tidak akan mengejek apabaila responden menonton sinetron (55%). Tabel 5. Persentase Pengaruh Teman terhadap Persepsi Remaja tentang Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Pengaruh teman 1. Teman dan sahabat mempengaruhi saya dalam segala hal. Netral 20.0 25.0 30.0 17.5 7.5 55

2. Saya menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan bersama teman-teman. 3. Saya menonton sinetron bersama teman-teman. 4. Kekerasan merupakan hal yang wajar di lingkungan pergaulan saya. 5. Teman-teman saya suka menonton sinetron. 6. Saya menonton sinetron setelah mengetahui bahwa teman saya menonton sinetron. 7. Teman-teman mengejek saya apabila saya menonton sinetron. 20.0 42.5 30.0 7.5 0.0 37.5 20.0 32.5 7.5 2.5 60.0 27.5 5.0 7.5 0.0 10.0 30.0 42.5 15.0 2.5 25.0 47.5 20.0 5.0 2.5 22.5 32.5 27.5 12.5 5.0 6.4. Pengaruh Guru atau Dosen Sebagian besar responden setuju guru/dosen di sekolah/kampus memberi pengertian tentang tayangan di televisi (60%), setuju guru memberi pengertian tentang unsur kekerasan di televisi (65%), dan setuju guru/dosen di sekolah/kampus melarang muridnya menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan (45%). Responden tidak setuju jika antar guru/dosen di sekolah/kampus sering mendiskusikan tentang sinetron (57,5%). ada mata kuliah/pelajaran yang membahas tayangan televisi secara mendalam (60%). Tabel 6. Persentase Pengaruh Guru terhadap Persepsi Remaja tentang Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Pengaruh guru 1. Guru/dosen di sekolah/kampus saya memberi pengertian tentang tayangan di televisi. 2. Guru/dosen di sekolah/kampus saya tidak memberi pengertian tentang unsur kekerasan di televisi. 3. Guru/dosen di sekolah/kampus saya melarang saya menonton tayangan yang mengandung unsur kekerasan. Netral 5.0 12.5 22.5 42.5 17.5 15.0 50.0 27.5 7.5 0.0 2.5 22.5 30.0 35.0 10.0 4. Antar guru/dosen di sekolah/kampus 27.5 30.0 40.0 2.5 0.0 56

saya sering mendiskusikan tentang sinetron. 5. Pengetahuan para guru/dosen di sekolah/kampus saya mengenai unsur kekerasan dapat dikatakan kurang. 6. ada mata kuliah/pelajaran yang membahas tayangan televisi secara mendalam. 7. Sikap guru/dosen di sekolah/kampus saya mengikuti yang dilakukan oleh pemeran di dalam sinetron. 17.5 27.5 45.0 10.0 0.0 10.0 15.0 15.0 50.0 10.0 35.0 35.0 25.0 5.0 0.0 6.5. Pengaruh Media Hanya sedikit responden yang mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan kekerasan (12,5%) dan melihat iklan jam tayang sinetron di media cetak (30%). Sebagian kecil responden tertarik untuk menonton sinetron setelah menyaksikan iklannya (20%). Responden yang mengetahui berbagai macam jenis sinetron dari tayangan televisi hanya 35%, sedangkan yang mengetahui dari koran, tabloid, dan media sejenisnya hanya 27,5 %. Sebagian kecil responden berharap sinopsis tentang sinetron yang ditayangkan sering dibahas di media cetak maupun elektronik (27,5%). Tabel 7. Persentase Pengaruh Media terhadap Persepsi Remaja tentang Unsur Kekerasan dalam Sinetron di Televisi Pengaruh guru 1. Saya mencari tahu segala hal yang berhubungan dengan kekerasan. 2. Saya melihat iklan jam tayang sinetron di media cetak. 3. Saya tertarik untuk menonton sinetron setelah menyaksikan iklannya. 4. Saya mengetahui berbagai macam jenis sinetron dari tayangan televisi. 5. Saya mengetahui berbagai macam jenis sinetron dari koran, tabloid, dan Netral 12.5 32.5 42.5 10.0 2.5 22.5 22.5 25.0 27.5 2.5 25.0 27.5 27.5 15.0 5.0 15.0 25.0 25.0 32.5 2.5 12.5 30.0 32.5 22.5 2.5 57

media sejenisnya. 6. Sinopsis tentang sinetron yang akan ditayangkan sering dibahas di media cetak maupun elektronik. 7.5 27.5 37.5 22.5 5.0 58