BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Chatime Chatime didirikan di Taiwan pada Tahun 2003, perusahaan tea yang

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman sangatlah besar. Jumlah penduduk yang semakin besar dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. hiburan saat berbelanja (Parwanto, 2006:30). Masyarakat Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dalam peningkatan kondisi perekonomian nasional. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung tropis atau hangat. Produk-produk minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan enzim-enzim,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

BAB 2. DATA DAN ANALISA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak variasi makanan dan minuman. Produk minuman saja ada

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

CONTOH JUDUL (ukuran huruf 16 pt): ANALISIS PENYUSUNAN TAGLINE PADA PRODUK BUBBLE TEA CHATIME

BAB I PENDAHULUAN. teman menjadi salah satu penyebab masyarakat banyak mendatangi cafe untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran dalam kelangsungan hidup perusahaan untuk meningkatkan loyalitas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang berdiri dengan berbagai produk atau

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dipasarkan. Dalam era teknologi informasi, keberhasilan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 LATAR BELAKANG. Kopi merupakan sebuah minuman yang berasal dari hasil pengolahan biji

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Merek merupakan intangible asset yang nilainya lebih mahal dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber : SourSally, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

I. PENDAHULUAN. pangan bagi masyarakatnya dari sektor pertanian. Hasil olahan dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan dengan intensitas persaingan yang semakin tinggi, menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ice cream pada awalnya merupakan makanan penutup yang digemari oleh

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang tidak mengenal batas membuat dunia bisnis harus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi, dan masih banyak lagi. Semakin ketatnya persaingan bisnis jasa, maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari banyaknya Coffee Shop saat ini yang bermunculan, seperti

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. memliliki pertumbuhan. Fenomena tersebut yang menyebabkan dunia bisnis

1.1.2 Visi dan Misi a. Visi Menjadikan starbucks sebagai brand yang terkenal dan dihargai di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keunggulan dan manfaatnya masing-masing. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan oleh para pelaku bisnis adalah bisnis di bidang kuliner.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perkembangan bisnis bakery di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Konsumsi. Pertumbuhan (%) Konsumsi Per Kapita (Gram) Jumlah Populasi. Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada para konsumen, Sehingga perusahaan harus lebih

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. data Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Dan Minuman Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahwa tahun 2013 diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 250

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan sebagai tujuan utama (Kotler, 2012). Tidak terkecuali usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

`BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi merupakan zaman yang mengharuskan semua pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bermunculan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber kebutuhan pokok bagi setiap orang. (Dalam Widjoyo dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan ingin berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Priestley, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan bahwa CO2 yang

BAB I PENDAHULUAN. destinasi di bidang pariwisata yang cukup beragam di Indonesia, selain pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. Brazil ( ton pertahun) dan Vietnam ( ton pertahun) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pada era globalisasi saat ini banyak diminati dan

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN. supaya usaha tersebut dapat berkembang lebih baik lagi. Promosi. merupakan aspek yang sangat penting dalam manajemen pemasaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar

BAB I PENDAHULUAN. macam perubahan yang terjadi. Beberapa unsur penting yang berkaitan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. yang sangat penting untuk di perhatikan adalah pemasaran produk.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha berjalan sangat pesat, banyak bidang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap permintaan kebutuhan akan makanan. Dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap produk makanan siap saji atau instant

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. Memperoleh pelanggan-pelanggan yang setia adalah cita-cita terbesar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB I PENDAHULUAN. contoh perubahan tersebut yaitu dalam hal perubahan teknologi dan gaya hidup

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Chatime merupakan perusahaan yang bergerak di industri food & beverages dan merupakan franchise teh dari Taiwan yang menawarkan pengalaman teh yang paling otentik di dunia dan dengan cepat dikenal menjadi spesialis teh segar. Didirikan di Taiwan pada tahun 2003, Chatime merupakan franchise internasional dengan lebih dari 1000 outlet di seluruh dunia termasuk Amerika Serikat, Australia, Hongkong, Cina, Filipina, Macau, Korea dan sekarang di Indonesia. Setiap harinya Chatime melayani 400.000 pelanggan (Chatime, 2015). Gambar 1.1 Logo Chatime Sumber: Offerstation, 2015 Chatime pertama kali dibuka di Indonesia pada tahun 2011 dan merupakan bagian dari Bisnis Kawan Lama Retail dan PT. Foods Beverages Indonesia sebagai master franchiseenya. Chatime telah berkembang dengan cepat menjadi 100 outlet pada bulan November 2014 di kota-kota besar di Indonesia termasuk Jabodetabek, Cikarang, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Medan, Pontianak, Jambi, Palembang, Makassar, dan Manado (Kawan Lama, 2014). 1

Chatime menawarkan lebih dari 60 varietas minuman dengan campuran buah asli dan berbagai topping yang dapat dipilih untuk melengkapi kenikmatan teh yang ditawarkan. Teh yang dipesan juga dapat disesuaikan kadar gula dan es nya sesuai dengan preferensi konsumen. Menggabungkan 30 tahun produksi teh dan tim penguji teh profesional, Chatime telah dimodernisasi budaya teh tradisional Taiwan. Perusahaan ini mempekerjakan state-of-the-art teknologi dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tertinggi untuk memberikan great tea tasting experience. Chatime berkomitmen untuk memberikan teh berkualitas tinggi secara konsisten dengan layanan pelanggan yang luar biasa dan efisien. Chatime memiliki beberapa faktor kunci dalam rantai waralaba sukses mereka. Faktorfaktor tersebut termasuk program-program yang dikembangkan seperti pelatihan, sistem audit retail, inovasi produk yang terbaru, dan manajemen serta penelitian tim khusus yang mendukung pertumbuhan franchisee Chatime (Chatime, 2015). Chatime telah mendapatkan penghargaan di HACCP International Quality Assurance First Selection of Pearl Milk Tea oleh Prime Magazine. Chatime memiliki misi yaitu To continuously provide freshly-brewed tea and coffee to each one of our customers using high quality ingredients and advanced brewing systems yang berarti terus memberikan freshly-brewed teh dan kopi kepada setiap pelanggan kami dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi dan sistem penyeduhan yang canggih (Facebook, 2015). 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Kebutuhan manusia akan makanan dan minuman merupakan harga mati dan tidak bisa diubah karena manusia butuh makanan dan minuman setiap harinya. Industri minuman terbagi menjadi dua kelompok, yaitu minuman alkohol (alcoholic beverage) dan minuman nonalkohol (non-alcoholic beverage). Awalnya, masyarakat Indonesia hanya mengenal minuman ringan seperti air mineral, teh, atau minuman kesehatan dalam kemasan. Namun kini jenis minuman yang ada pun semakin beragam variannya, 2

serta dikemas untuk siap diminum langsung oleh konsumen atau disajikan langsung kepada konsumen. Cafe menjadi salah satu alternatif untuk menjual minuman. Cafe adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan tempat melayani pesanan minuman dan makanan ringan yang disajikan langsung kepada konsumen (Tanjung, 2013). Inilah yang membedakan cafe dengan restoran, dimana restoran menjual makanan dan minuman lengkap. Cafe kemudian menjadi tren bagi konsumen di wilayah kota besar. Konsumen menjadikan cafe sebagai tempat untuk menghabiskan waktu dan bersosialisasi dengan keluarga dan relasi atau tempat pertemuan bisnis atau belajar. Berubahnya gaya hidup masyarakat mengakibatkan industri cafe sangat cepat menyebar dengan membuka gerai baru seiring dengan gaya hidup masyarakat yang semakin berkembang pesat (Euromonitor, 2014). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Euromonitor, pada tahun 2013 volume gerai cafe tumbuh hampir 5% dibandingkan tahun sebelumnya hingga mencapai 4.085 gerai. Cafe banyak bermunculan di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tren ini akan mendukung pertumbuhan penjualan yang kuat dan akan menjadi tren juga di kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Dengan semakin banyaknya cafe yang menawarkan harga yang lebih terjangkau, diharapkan konsumen yang mengunjungi cafe akan lebih banyak baik untuk santai atau bekerja (Euromonitor, 2014). Cafe awalnya menjual minuman berbasis kopi, namun dengan popularitas teh di Indonesia fenomena cafe spesialis teh pun kini hadir. Salah satunya adalah Chatime yang merupakan terobosan terbaru di bidang minuman teh. Feronia Wibowo, selaku General Manager PT. Foods Beverages Indonesia yang menaungi Chatime, membawa perusahaan waralaba dari Taiwan ini untuk dikenalkan pertama kali di Indonesia. Konsep tea cafe yang diusung oleh Chatime di Indonesia sudah diterapkan di Taiwan sejak lama dan bukan merupakan hal yang baru. Nama Chatime berasal dari bahasa mandarin dimana cha artinya teh sehingga Chatime dapat diartikan sebagai Tea Time (Aryani, 2013). Chatime membuka outlet pertamanya pada bulan Februari 2011 tepatnya di Living World Alam Sutra. Chatime menawarkan berbagai jenis teh mulai dari dasar teh nya seperti oolong tea, black tea, green tea, roasted tea, brown rice, dan 3

lain sebagainya. Chatime juga menawarkan berbagai seri segmen antara lain Mellow Milk Tea yang menjadi menu andalan Chatime, Oriental Pop Tea, QQ Jelly, Smoothies Series, Energetic Healthy Juice, Fresh Tea, Chatime Special Mix, Coffee, dan Mousse. Menu kopi dan smoothies yang disediakan Chatime sebagai variasi menu lain bagi pelanggan yang ingin menikmati minuman selain teh. Sebagian besar bahan-bahan dasar yang digunakan oleh Chatime di Indonesia diimpor langsung dari Taiwan, seperti teh dan sirup demi menjaga kualitas rasa teh yang autentik dari Taiwan (Facebook, 2015). Masyarakat Indonesia menyambut kehadiran Chatime di Indonesia dengan memberikan respon yang positif. Mengingat teh adalah salah satu varian minuman yang digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dan merupakan komoditi utama di Indonesia. Selain itu, Chatime menawarkan teh dengan variasi yang berbeda dibanding dengan teh dalam kemasan atau teh kantung yang sudah biasa di konsumsi membuat masyarakat Indonesia mempunyai alternatif dalam menikmati teh (Aryani, 2013). Chatime pun berkembang dengan pesat setelah membuka outlet pertamanya. Pada akhir tahun 2011, Chatime mempunyai sembilan outlet yang tersebar di kota Jakarta. Pada bulan September tahun 2012, jumlah outlet Chatime naik menjadi tiga kali lipat yaitu sebanyak 28 gerai di 11 kota (Ladjar, 2013). Pada bulan November 2014, Chatime membuka outlet ke-100 nya di kota Bandung yang berlokasi di Bandung Indah Plaza. Kehadiran Chatime yang disambut positif oleh masyarakat Indonesia menumbuhkan banyak pesaing baru yang menawarkan produk sejenis dan juga menghidupkan kembali sensasi minuman bubble tea yang pernah populer beberapa tahun yang lalu. Pesaing baru yang masuk ke pasar bubble tea setelah Chatime dan pesaing senior nya juga merupakan franchise dari Taiwan dan ada juga yang merupakan merek lokal. Chatime tumbuh dan berkembang dengan pesat. Beberapa merek pesaing yang cukup kuat di pasar dan merupakan senior di antaranya adalah Quickly dan Hop-Hop yang memulai usahanya pada awal tahun 2000 (Kompas, 2012). Chatime berhasil mengimbangi senior nya di pasar, bahkan lebih menonjol. Yang membedakan Chatime dari pesaingnya adalah Chatime tidak 4

menggunakan teh instan seperti minuman bubble tea umumnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Setia selaku area leader Chatime di Bandung, mengatakan bahwa semua bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk yang ditawarkan menggunakan bahan-bahan yang segar dan tidak menggunakan pengawet sehingga minuman yang disajikan kepada konsumen selalu fresh. Loyalitas konsumen Chatime menurut Bapak Setia mengalami peningkatan. Sejak bulan Januari hingga bulan Mei 2015, konsumen yang loyal meningkat ditandai dengan semakin banyaknya konsumen yang mendaftarkan diri menjadi member Chatime. Kenaikan loyalitas Chatime dapat diperhatikan dari hasil survey yang dilakukan oleh Top Brand Award yang diukur dengan Top Brand Index (TBI) yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. TBI diukur dengan tiga parameter, dimana salah satunya adalah future intention. Future intention diartikan sebagai merek yang akan dikonsumsi atau digunakan di masa yang akan datang (Top Brand Award, 2015). Menurut Saeed et al (2013:1367), future intention adalah bagian dari attitudinal loyalty yang dapat digunakan untuk mengukur loyalitas merek. Berikut adalah data hasil survey yang dilakukan oleh Top Brand terhadap kategori produk bubble drink pada dua tahun terakhir: Tabel 1.1 Top Brand Award Kategori Bubble Drink 2013 2014 Merek TBI TOP Merek TBI TOP Hop-Hop 42,0% TOP Hop-Hop 37,7 % TOP Quickly 7,7% Chatime 15,3 % TOP Chatime 3,3% Quickly 6,5 % Sumber: Top Brand Award, 2015 Sebuah studi menyatakan bahwa apabila konsumen menyukai citra dari sebuah toko, konsumen tersebut akan membentuk loyalitas terhadap toko tersebut 5

dan membuktikan bahwa citra merek berpengaruh terhadap loyalitas merek (Saeed et al, 2013:1366). Salah satu cara untuk menarik konsumen agar loyal dengan Chatime adalah dengan membentuk citra merek yang baik yang dapat melekat pada memori konsumen. Citra merek dibentuk dengan memberikan produk yang berkualitas sehingga konsumen percaya dengan produk yang dikonsumsi adalah produk yang berkualitas dan tidak membahayakan konsumen serta terus menerus memberikan inovasi menu yang menarik sehingga konsumen tidak merasa bosan akan menu yang sama dari waktu ke waktu. Dengan terus menawarkan variasi dan inovasi pada menu-menunya, konsumen akan selalu tertarik untuk mencoba berbagai variasi menu dan terus kembali membeli produk Chatime. Cara ini terbukti efektif dalam menarik konsumen baru dan juga menjaga konsumen yang sudah loyal untuk terus melakukan pembelian produk Chatime. Dengan mengkonsumsi produk, konsumen dapat merasakan fungsional utama ketika mengkonsumsi produk yaitu untuk menghilangkan rasa haus bagi konsumen, dan juga dapat memberikan nilai tertentu bagi konsumen yaitu rasa suka atau cinta konsumen terhadap produk Chatime. Ini merupakan bagian dari citra merek dalam bentuk experiental benefits yang bisa dirasakan oleh konsumen. Konsumen yang di targetkan oleh Chatime adalah konsumen menengah keatas, mengingat harga yang dipatok untuk mendapatkan satu cup produk Chatime cukup mahal. Dengan demikian, produk Chatime dapat memberikan kesan bagi konsumen bahwa dengan mengkonsumsi produk Chatime konsumen merasa bangga karena dianggap sudah mengikuti tren dan memiliki gaya hidup yang tinggi. Ini adalah bentuk dari symbolic benefits yang bisa dirasakan oleh konsumen yang juga merupakan bagian dari citra merek. Perasaan suka atau cinta kepada produk Chatime yang dirasa oleh konsumen akan membawa mereka untuk kembali mengkonsumsi produk dan melakukan pembelian secara berulang serta menumbuhkan keinginan untuk menjadi member Chatime. Konsumen yang menjadi member Chatime dapat dikatakan konsumen yang loyal. Konsumen yang loyal dipercaya oleh pihak Chatime akan membawa konsumen baru yang berpotensi untuk menjadi konsumen loyal berikutnya. 6

Dari fenomena ini dapat diartikan bahwa Chatime telah memberikan nilainilai yang dapat membentuk citra merek yang melekat pada memori konsumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika konsumen menyukai citra merek yang melekat pada memori mereka maka akan terbentuk loyalitas merek. Agar Chatime dapat terus meningkatkan loyalitas konsumen pada mereknya, maka perlu diketahui bagian dari citra merek mana yang harus dikembangkan oleh Chatime agar Chatime memiliki citra merek yang baik dan disukai oleh konsumen. Berdsasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai citra merek terhadap loyalitas merek Chatime. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah konsumen Chatime yang pernah melakukan pembelian produk. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Merek Chatime. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas, rumusan masalah yang akan penulis teliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah citra merek Chatime? 2. Bagaimanakah loyalitas merek Chatime? 3. Bagaimanakah pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek Chatime? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana citra merek Chatime. 2. Untuk mengetahui bagaimana loyalitas merek Chatime. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek Chatime. 7

1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka kegunaan dari penelitian ini adalah: 1.5.1 Aspek Teoritis Penelitian ini digunakan untuk mengimplementasi teori yang didapat dari perkuliahan mengeni manajemen pemasaran, khususnya mengenai citra merek dan loyalitas merek. 1.5.2 Aspek Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dimensi citra merek yang dapat mempengaruhi loyalitas merek suatu produk. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka penelitian yang mencakup tentang rangkuman teori dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, serta ruang lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional, skala pengukuran, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, analisis data dan pengujian hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. 8

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan. 9