HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Dasar-dasar Perhitungan statistika. Jakarta: Sagung Seto

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Diponegoro, Semarang. Diponegoro, Semarang. Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DIDESA WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

Pengaruh Perilaku dan Status Gizi terhadap Kejadian TB Paru Di Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

Pengaruh Faktor Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif Di Kecamatan Genteng Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS 23 ILIR PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No 2. Juni 2014

HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN PADA PENDERITA TB PARU DI BBKPM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 Titi Kurniasih 1), Budi Triyantoro 2), Arif Widyanto 3) Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Jl.Raya Baturaden KM 12 Purwokerto, Indonesia Abstrak Jumlah kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2013 sebanyak 38 kasus dan pada tahun 2014 menurun menjadi 31 kasus. Kasus TB Paru baru masih terjadi, tidak terlepas kondisi fisik rumah yang belum seluruhnya memenuhi persyaratan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Tahun 2016. Rancangan penelitian ini menggunakan case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi kasus yaitu semua pasien TB Paru baru di tahun 2015 sebanyak 36 orang. Sampel kasus diambil secara total sampling dari pasien TB paru baru yaitu 36 orang dan sampel kontrolnya diambil dari warga masyarakat yang tidak menderita TB paru sebanyak 36 orang. Hasil penelitian ini menyimpulkan kondisi lantai yang memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (56,9%) dengan p value sebesar 0,017 dengan OR sebesar 4,840. Kondisi ventilasi yang memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (63,9%) dengan p value sebesar 0,018 dengan OR sebesar 3,130. Kepadatan hunian rumah yang memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (59,2%) dengan nilai p value sebesar 0,023 dengan OR sebesar 3,314. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik rumah (kondisi lantai, ventilasi dan kondisi kepadatan rumah) dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Tahun 2016. Sebaiknya penderita TB Paru tidak tidur dengan anggota keluarga lain. Ventilasi normal minimal 10% dari luas lantai ruangan, lantai rumah dibuat kedap air dan kuat. Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan agar dapat menambah referensi ilmiah yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti permasalahan yang sama. Kata Kunci : TB Paru, Rumah Abstract The number of cases of pulmonary TB in Puskesmas Kalibagor in 2013 there were 38 cases and in 2014 decreased to 31 cases. Pulmonary TB new cases still occur, despite no physical condition that has not entirely meet the health requirements. The purpose of this study is to determine the relationship of physical condition and the incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Kalibagor Banyumas 2016. The design of this study using a retrospective case control approach. Population case that all new pulmonary TB patients at health centers Kalibagor Banyumas in 2015 as many as 36 people. Samples taken in the case of total sampling of new pulmonary TB patients is 36 and the control samples were taken from citizens who do not suffer from pulmonary TB as many as 36 people. The results of this study concluded that the condition of the floor qualified majority do not suffer from pulmonary tuberculosis (56.9%) with a p value of 0.017 with an OR of 4.840. Ventilation conditions qualified majority do not suffer from pulmonary tuberculosis (63.9%) with a p value of 0.018 with an OR of 3.130. Density residential house qualified majority do not suffer from pulmonary tuberculosis (59.2%) with a p value of 0.023 with an OR of 3.314. The study concluded that there is a relationship between physical condition (condition of the floor, ventilation and density conditions of the house) with the incidence of pulmonary tuberculosis in Puskesmas Kalibagor Banyumas Year 2016. You should not sleep with pulmonary tuberculosis with other family members. Normal ventilation of at least 10% of the floor area of the room, floor home made watertight and strong. This study is expected to be published in order to increase scientific references that can be used as a reference for further research that examines the same problem. Keywords : Pulmonary TB, House I. PENDAHULUAN Menurut Gordon. J dalam Annies (2006), bahwa kejadian sakit pada seseorang atau sekelompok masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor Agent (penyebab penyakit), Host (pejamu), populasi berisiko) dan Environmental (lingkungan). Penyakit Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih 1) 2) 3) Email : titikurniasih585@gmail.com Email : mutshabira@yahoo.co.id Email : arifwidyanto74@yahoo.com Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 166

menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, TB Paru menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok umur serta penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi pernapasan (Depkes RI, 2008). Indonesia sampai dengan tahun 2014 menempati urutan kedua dari 5 negara terbesar di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah negara India, China, Nigeria dan Pakistan. Pada tahun 2015, beban global penyakit TB (prevalensi dan mortalitas) akan relatif berkurang sebesar 50% dibandingkan tahun 1990, dan setidaknya 70% orang yang terinfeksi TB dapat dideteksi dengan strategi DOTS dan 85% diantaranya dinyatakan sembuh (Kemenkes RI, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Deny (2014) menyimpulkan bahwa kepadatan hunian, ventilasi alami di ruangan yang dominan digunakan, ventilasi alami di kamar tidur, pencahayaan alami di ruangan yang dominan digunakan, dan pencahayaan alami di kamar tidur berhubungan dengan kejadian TB Paru. Jenis lantai, kelembaban di ruangan yang dominan digunakan dan kelembaban di kamar tidur tidak berhubungan dengan kejadian TB Paru. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan tuberkulosis paru dimana sebagian besar penderita tuberkulosis paru adalah usia produktif (15-55 tahun) (Kementrian Kesehatan RI, 2012) Berdasarkan WHO Global Report 2014, angka Insidens TB tahun 2014 adalah 183/100.000 penduduk, sedangkan angka prevalensi TB adalah 272/100.000 penduduk dan angka mortalitas TB adalah 25/100.000 penduduk. Pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2015). Jumlah kasus TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2013 sebanyak 38 kasus dan pada tahun 2014 menurun menjadi 31 kasus. Meskipun sudah terjadi penurunan kasus TB Paru, jumlahnya masih cenderung tinggi. Data rumah tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor dari sebanyak 12.246 rumah, terdapat sebanyak 1.802 rumah semi permanen, 3.682 rumah dengan dinding rumah dari kayu dan 960 rumah dengan dinding rumah dari bahan bambu (Kecamatan Kalibagor, 2014). Kasus TB Paru baru masih terjadi, tidak terlepas kondisi fisik rumah yang belum seluruhnya memenuhi persyaratan kesehatan. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian Kalibagor, Kabupaten Banyumas Tahun 2016. II. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini menggunakan case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi kasus yaitu semua pasien TB Paru baru di Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas tahun 2015 sebanyak 36 orang. Sampel kasus diambil secara total sampling dari pasien TB Paru baru yaitu 36 orang dan sampel kontrolnya diambil dari warga masyarakat yang tidak menderita TB Paru sebanyak 36 orang. Sampel kontrol yang diambil sama banyaknya dengan sampel kasus perbandingan 1 : 1, sehingga jumlah sampel kontrol sebanyak 36 orang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu mengambil keluarga yang bertempat tinggal di sebelah atau bertetangga dengan sampel kasus dan tidak ada keluarga penderita TB paru. III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang diteliti yang meliputi kondisi fisik rumah (lantai, ventilasi, kepadatan hunian rumah) dan kejadian TB Paru yang hasilnya disajikan pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 1. Kondisi Fisik Rumah Responden di Kecamatan Kalibagor tahun 2016 No. Variabel Kategori Jumlah % 1. Lantai TMS 14 19,4 Rumah MS 58 80,6 Jumlah 72 100,0 2. Ventilasi TMS 36 50,0 Rumah MS 36 50,0 Jumlah 72 100,0 3. Kepadatan TMS 23 31,9 Hunian MS 49 68,1 Rumah Jumlah 72 100,0 4. Kejadian Ya 36 50,0 TB Paru Tidak 36 50,0 Jumlah 72 100,0 TMS : Tidak Memenuhi Syarat MS : Memenuhi Syarat Hasil analisis univariat dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Lantai Rumah kondisi lantai rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14 rumah (19,4%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 58 rumah (80,6%). 2. Ventilasi Rumah kondisi ventilasi rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%). 3. Kepadatan Hunian Rumah Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 167

kondisi kepadatan hunian rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 rumah (31,9%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 49 rumah (68,1%). 4. Kejadian TB Paru Responden yang diteliti sebanyak 72 orang dengan penderita TB Paru sebanyak 36 orang (50,0%) dan yang tidak menderita TB Paru sebanyak 36 rumah (50,0%). b. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi Square hasilnya disajikan pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian TB Paru di Kecamatan Kalibagor tahun 2016 Hasil analisis bivariat tersebut pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Hubungan kondisi lantai rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Tahun 2016 Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa lantai rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (78,6%) dan yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (56,9%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0,017 yang lebih kecil dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Tahun 2016. Nilai OR sebesar 4,840 artinya lantai tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 4,840 kali lebih besar kondisi lantai rumah memenuhi syarat. 2. Hubungan kondisi ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Tahun 2016 Berdasarkan pada tabel 4.6 diketahui bahwa ventilasi rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (63,9%) dan yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (63,9%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0,018 yang lebih kecil dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Nilai OR sebesar 3,130 artinya orang yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi rumah tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 3,130 kali lebih besar dibandingkan yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi rumah memenuhi syarat. 3. Hubungan kondisi kepadatan hunian rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016 Berdasarkan pada tabel 2 diketahui bahwa kepadatan hunian rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (69,6%) dan yang tinggal di rumah dengan Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 168

kondisi kepadatan hunian rumah memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (59,2%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0,023 yang lebih kecil dari α = 0,05 artinya ada hubungan antara kondisi kepadatan hunian rumah dengan kejadian Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016. Nilai OR sebesar 3,314 artinya orang yang tinggal di rumah dengan kondisi kepadatan hunian rumah tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 3,314 kali lebih besar kondisi kepadatan hunian rumah memenuhi syarat. kondisi lantai rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 14 rumah (19,4%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 58 rumah (80,6%). kondisi ventilasi rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%). kondisi kepadatan hunian rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 rumah (31,9%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 49 rumah (68,1%). Responden yang diteliti sebanyak 72 orang dengan penderita TB Paru sebanyak 36 orang (50,0%) dan yang tidak menderita TB Paru sebanyak 36 rumah (50,0%). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diketahui bahwa orang yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (78,6%) dan yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (56,9%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi lantai rumah yang tidak memenuhi syarat cenderung berisiko terkena TB Paru. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik yang menunjukkan ada hubungan antara kondisi lantai rumah dengan kejadian Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016 (p value = 0,017). Nilai OR sebesar 4,840 artinya orang yang tinggal di rumah dengan kondisi lantai tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 4,840 kali lebih besar kondisi lantai rumah memenuhi syarat. Berdasarkan pada tabel 2 diketahui bahwa ventilasi rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (63,9%) dan yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (63,9%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat cenderung berisiko terkena TB Paru. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik yang menunjukkan ada hubungan antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016 (p value = 0,018). Nilai OR sebesar 3,130 artinya orang yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi rumah tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 3,130 kali lebih besar dibandingkan yang tinggal di rumah dengan kondisi ventilasi rumah memenuhi syarat. Berdasarkan pada tabel 2 diketahui bahwa kepadatan hunian rumah tidak memenuhi syarat sebagian besar menderita TB Paru (69,6%) dan yang tinggal di rumah dengan kondisi kepadatan hunian rumah memenuhi syarat sebagian besar tidak menderita TB Paru (59,2%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi kepadatan hunian rumah yang tidak memenuhi syarat cenderung berisiko terkena TB Paru. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik yang menunjukkan ada hubungan antara kondisi kepadatan hunian rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun 2016 (p value = 0,023). Nilai OR sebesar 3,314 artinya orang yang tinggal di rumah dengan kondisi kepadatan hunian rumah tidak memenuhi syarat berisiko menderita TB Paru 3,314 kali lebih besar kondisi kepadatan hunian rumah memenuhi syarat. IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut : a. Kondisi lantai rumah responden sebagian besar memenuhi syarat sebanyak 58 rumah (80,6%), kondisi ventilasi rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 36 rumah (50,0%), kondisi kepadatan hunian rumah responden yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 rumah (31,9%) dan yang memenuhi syarat sebanyak 49 rumah (68,1%). b. Responden penderita TB paru sebanyak 36 orang (50,0%) dan yang tidak menderita TB paru sebanyak 36 orang (50,0%). Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 169

c. Ada hubungan antara kondisi fisik rumah (kondisi lantai, ventilasi dan kondisi kepadatan rumah) dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Tahun 2016. Saran Saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan penelitian sebagai berikut : a. Bagi Puskesmas Perlu adanya kerjasama dengan pihak Lintas Sektoral khususnya Desa dalam rangka perbaikan rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan meningkatkan penyuluhan bidang kesehatan khususnya upaya pencegahan penyakit TB Paru. b. Bagi Masyarakat Sebaiknya penderita TB Paru tidak tidur dengan anggota keluarga lain. Ventilasi normal minimal 10% dari luas lantai ruangan, lantai rumah dibuat kedap air dan kuat. c. Bagi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan agar dapat menambah referensi ilmiah yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang meneliti permasalahan yang sama. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, U.F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas : Jakarta. Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta, Gramedia. Andi, Tenri Aty S. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Basil Mycobacterium Tuberkulosa di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep. http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/9/e- library%20stikes%20nani%20hasanuddin-- anditenria-420-1-36149298-1.pdf Annies, 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan; Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Elex Media Komputindo, Jakarta, Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Bahar A. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Budiarto.Eko 2004. Metode Penelitian. EGC. Jakarta. Budiman, N.E. 2010, Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru pada Fase Intensif di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi. http://stikesayani.ac.id/publikasi/ejournal/filesx/2010/201008/201008-007.pdf Dahlan, Sopiyudin M, 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang. Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto.Jakarta. Depkes, RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Jakarta., 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Jakarta. Deny A. 2014. Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas i dan II Kecamatan Pontianak Barat. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/d ownload/7838/7931 Fatimah, Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru Di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008. http://eprints.undip.ac.id/24695/1/siti_fatimah. pdf Kementrian Kesehatan RI, 2012. Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia Januari-Desember 2012. www.depkes.go.id Kemenkes RI, 2015. Pelaksanaan Hari TB Sedunia 2015 Di Provinsi Bali Selasa, 24 Maret 2015. http://www.diskes.baliprov.go.id/id/pelaksana an-hari-tb-sedunia-2015-di-provinsi-baliselasa--24-maret-20152 McMurray DN and Cegielski JP,. 2009. The relationship between malnutrition and tuberculosis, evidence from studies in humans and experimental animals. International Journal of Tuberculosis and Lung Disease 2004;8(3):286 98. Melisah Pitri Siregar. 2012. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota Subulussalam Tahun 2012. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/do wnload/1219/619 Murti, B. 2010. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 170

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Permatasari, A., 2005. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS. USU e- Repository. Rahim Noer W. 2014. Angka Kejadian Penemuan Tuberkulosis Paru pada Pasien Bronkiektasis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta Tahun 2012 Sampai 2013. http://eprints.ums.ac.id/28325/ Rukmini dan Chatarina U.W. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian TB Paru Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010). http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/ hsr/article/download/1369/2193 Rusnoto; Pasihan, R. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis Paru pada Usia Dewasa (Studi Kasus di Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru Pati), Semarang: Universitas Diponogoro Salim, Emil. 2009. Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta. Djasio, Sanropi. 1989. Komponen Sanitasi Rumah Sakit untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. EGC. Jakarta. Siti Nur, 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC pada Mahasiswa di Asrama Monokwari Sleman Yogyakarta, http://journal.uad.ac.id/index.php/kesmas/arti cle/view/1109 Soedarto, 1990. Zoonosis Kedokteran. Universitas Airlangga, Surabaya. Tobing, L.T. 2009. Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Rumah Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru pada Keluarga di Kabupaten Tapanuli Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/6656/1/09E01348.pdf. Triman, Daryatno, 2002, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Tuberkulosis Paru Strategi DOTS di Puskesmas dan BP4 di Surakarta dan Wilayah Sekitarnya. Tesis, Universitas Diponegoro Semarang Wahyu Nur Firdiansyah. 2012. Pengaruh Faktor Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif Di Kecamatan Genteng Kota Surabaya. http://ejournal.unesa.ac.id/article/12231/40/art icle.pdf WHO, 2010. Guidance for National Tuberculosis Programme on the Management of Tuberculosis in children. WHO. Genewa. Keslingmas Vol. 35 Hal. 152-277 September 2016 171