BAB IV. PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bimafika, 2016, 8, 10 15

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB IV ANALISIS PENERAPAN CARD SORT METHODE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS ALQURAN DI TPQ SYAFA ATUL MUTTAQIEN KRANJI KEDUNGWUNI

BAB II KAJIAN TEORI. tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu usaha yang dilaksanakan siswa dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

LAPORAN PERKEMBANGAN ANAK DIDIK RA YKUI BABAKSARI DUKUN GRESIK IDENTITAS ANAK DIDIK

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB II KAJIAN TEORI. dan belajar dalam suasana senang serta efektif. strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,1998).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Gambut berlokasi di Jalan Ahmad Yani Km.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB VI PENUTUP. pembelajaran PAI berbasis Kurikulum Gontor di MA Al-Mawaddah 1

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Daftar Terfokus

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V melalui Pendekatan Pragmatik, (Serang : IAIN SMH Banten, 2012), 1.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XX/November 2016 PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPS TENTANG LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB II CARD SORT METHODE DAN PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS ALQURAN. harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. 1 Dalam bahasa Arab metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDE DISCOVERY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP TEKANAN Gunawan 1

BAB I PENDAHULUAN. seorang siswa dituntut bisa belajar pelajaran yang lain. Memperhatikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN NATURAL MELALUI METODE KARYAWISATA DI RA MUSLIMAT NU MASYITHOH 14 DUWET PEKALONGAN SELATAN

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersyaratkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal

BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA KURSUS PENDIDIKAN (LKP) BINA MULIA BATANG DALAM MENUMBUHKAN KETERAMPILAN DASAR CALISTUNG PADA ANAK

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, Holistika, Lombok, 2014, hlm, 58

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM. 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SDN 02 PONCOL PEKALONGAN. dianalisis bahwa Implementasi kecerdasan verbal-linguistik dalam pembelajaran PAI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan sekitar dan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN GERAK TARI BERDASAR POLA LANTAI DENGAN METODE DISCOVERY. Erlin Sofiyanti

Transkripsi:

BAB IV PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN Untuk meningkatkan kemampuan kualitas dan efektifitas belajar membaca permulaan siswa, dibutuhkan proses kreatif dalam pembelajaran. Salah satu proses tersebut yaitu penggunaan media kartu kata bergambar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh selama penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan kemudian dianalisis, yaitu: A. Analisis Pelaksanaan Penggunaan Kartu Kata Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan Wonokerto Pekalongan 1. Materi Pembelajaran Membaca Permulaan Dari hasil penelitian materi yang digunakan oleh guru adalah masuk pada lingkup perkembangan bahasa dengan empat tingkat pencapaian perkembangan dan sekaligus empat indikator, hal ini sudah sesuai dengan pedoman penyusunan perangkat pembelajaran di RA/BA yaitu pada lingkup perkembangan bahasa point C bidang Keaksaraan dengan tingkat pencapaian perkembangan yaitu; 1) Mengenal suara huruf awal dari nama benda yang ada disekitar dengan indikator membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama atau suku kata akhir yang sama, 2) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi huruf awal yang sama dengan indikator membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan/tulisan yang sudah berbentuk huruf/kata, 3) 102

103 Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf dengan indicator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannya, 4) Membaca beberapa kata berdasarkan gambar benda yang dilihatnya dengan indicator membaca beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan, dan benda yang dikenal atau dilihatnya. 1 Materi ini membantu siswa dalam belajar membaca permulaan karena diawali dengan mengenal huruf alphabet sampai merangkai huruf menjadi kata sehingga anak bisa perlahan-lahan bisa belajar secara perlahan-lahan tahap demi tahap. Selain itu juga mengenalkan beberapa benda disekitar anak. Pemberian materi-materi pembelajaran tersebut dengan menggunakan kartu kata bergambar sudah sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan materi pembelajaran dengan menggunakan kartu kata dapat memperkenalkan 26 huruf sejak dini, memperkenalkan benda-benda, mulai yang ada disekitar anak seperti hewan, buah-buahan, dan sebagainya, sehingga perbendaharaan benda yang dilihat semakin banyak. 2 Hal ini juga yang menjadi kelebihan dari materi ini. Kelemahan dalam pembelajaran membaca permulaan antara lain memakan waktu yang cukup lama, karena guru harus menerangkan materi ketika proses pembelajaran dan diusahakan anak dapat memahami semua, sedang waktu yang tersedia untuk pembelajaran membaca permulaan tidak begitu banyak. Kelemahan lain yang dimiliki dari materi pembelajaran diatas hanya mematok 1 Kementrian Agama Kantor Wilayah Provinsi jawa Tengah, Pedoman penyusunan Perangkat Pembelajaran RA/BA (sesuai Permendikanas no. 58 thn. 2009 Tentang Standar PAUD) ( Semarang: Kanwil Mapenda Kemenag Jawa Tengah, 2011), hlm. 4 2 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini ( Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 68

104 sampai dimana anak dapat membaca dengan menyesuaikan gambar yang dimaksudkan oleh guru. 2. Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak usia dini dalam pembelajaran, dari hasil penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan metode menyesuaikan keadaan dan kebutuhan anak usia dini, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode bermain, unjuk kerja, dan pemberian tugas. Metode bermain disukai anak-anak, baik itu permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung tantangan (tugas), selain itu dengan bermain dapat membantu perkembangan anak baik perkembangan afektif, motorik, maupun kognitif anak. Dengan metode unjuk kerja guru dapat mengetahui pencapaian kemampuan anak sehingga gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh,serta dapat mengukur beberapa keterampilan yang tidak dapat diukur melalui tes tulis seperti keterampilan membaca, menulis, dll. Dengan metode pemberian tugas guru dapat melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan dari guru kepada siswa. Pembelajaran membaca permulaan dengan menerapkan metode-metode di atas dirasakan oleh guru sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan terutama dengan teknik penggunaan kartu kata bergambar. Berdasarkan pengamatan selama observasi, penggunaan metode bermain, unjuk

105 kerja, dan pemberian tugas dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan kartu kata bergambar anak bisa membaca beberapa kata dengan lancar dan benar sekaligus mengenal benda-benda yang ada disekitarnya dengan tepat. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan penggunaan metode dapat menjadikan proses dan hasil belajar mengajar akan lebih berdaya guna, menjadikan proses pendidikan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan melalui teknik motivasi yang pada akhirnya akan motivasi itu akan menimbulkan gairah belajar secara mantap. 3 Dikatakan dalam teori lain bahwa sebaiknya guru menggunakan metode lebih dari satu, pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga untuk mencapai tujuan yang lain. 4 Dari metode yang digunakan memiliki kelemahan dan kelebihan, yaitu metode bermain mempunyai kelebihan dapat mendorong minat anak untuk belajar, dengan bermain anak biasanya tidak menyadari bahwa ia sedang belajar sesuatu sebab yang menjadi fokus utama mereka adalah ketertarikan terhadap bermainnya, sedang kelemahan yang dimiliki metode bermain yaitu apabila metode ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada kemungkinan tujuan-tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab anak terlalu 3 Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam Landasan Teori dan Praktis ( Pekalongan:STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 116-117 4 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep & Konsep Islami (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009) hlm. 56

106 larut dalam proses bermain apalagi misalnya guru kurang memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran melalui metode ini. Penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan mengukur beberapa keterampilan yang tidak dapat diukur melalui tes tulis seperti keterampilan berbicara, menulis, bahasa sedang kekurangannya pelaksanaannya membutuhkan waktu yang panjang, dan untuk metode penugasan memiliki kelebihan membina tanggung jawab dan disiplin siswa dan memiliki kekurangan kalau metode ini terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa. 3. Suasana Pembelajaran Membaca Permulaan Suasana belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan mencapai hasil belajar. Pengelolaan kelas adalah merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh guru atau wali kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar dengan mendayagunakan potensi kelas dan fasilitas yang ada secara aktif dan effisien. Dalam usaha menciptakan situasi dan kondisi yang demikian maka seorang guru atau wali kelas harus mampu membaca gejala-gejala atau faktorfaktor yang dapat mempengaruhi suasana belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan, terlebih lagi untuk pembelajaran anak usia dini. Hal ini harus dilakukan agar siswa bisa merasa betah di dalam kelas dan menganggap sekolah sebagai rumah kedua.

107 Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru agar suasana belajar bisa menarik yaitu dengan mengatur ulang penataan meja menjadi beberapa bentuk, pemasangan gambar-gambar yang menarik, penampilan dinding agar warna cat tidak monoton. Selama peneliti melakukan observasi, kondisi sekolah tempat penelitian bisa dikatakan cukup inovatif. Ini bisa dilihat dari guru yang mau mengatur penempatan tempat duduk untuk anak menjadi beberapa bentuk yang kemudian setelah pembelajaran selesai harus ditata seperti semula karena kalau sore hari ruang kelas digunakan untuk pembelajaran madrasah diniyah. Pemasangan beberapa gambar atau poster di dinding, misalnya poster binatang, huruf-huruf alphabet, alat transportasi, gambar hasil karya anak. Hanya saja menurut peneliti yang kurang dari sekolah tersebut yaitu pengecatan dinding yang monoton polos yaitu warna putih, kemudian sekat pembatas antar kelas yang hanya menggunakan triplek sehingga suara sering bercampur dan proses belajar mengajar kurang kondusif. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dalam hal ini pengurus agar bisa memperhatikan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam menunjang proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan teori yang ada mengenai pengelolaan kelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggungjawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi

108 kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya. 5 Kelebihan dari pengelolaan kelas ditempat penelitian yaitu suasana pembelajaran sudah sesuai untuk pembelajaran anak usia dini sedang kelemahannya terkadang timbul reaksi negatif dari siswa seperti bertengkar, ribut, ataupun mengucilkan teman. 4. Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu sebagai pendidik,, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran, keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa optimal, baik fisik maupun psikhis. Kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam rumusan SERVICER, yaitu kepanjangan dari: a. Smile and Simpathy b. Empathy and Enthusiasm c. Respect and Recovery d. Vision and Victory e. Initiative, Impresive, and Inovative f. Care and Cooperative g. Empowering and Enjoying h. Result Oriented 6 5 Ibid., hlm. 106

109 Dari kedelapan gambaran dalam rumusan SERVICER, tidak semuanya tercover dalam pribadi guru. Kekurangan yang dimiliki antara lain kurang care and cooperative; kurang empathy and enthusiasm; kurang initiative, impressive and innovative, sedang kelebihan yang dimiliki adalah smile and sympathy; respect and recovery; vision and victory; result oriented. 5. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Dalam setiap proses belajar mengajar pasti ditemui adanya kendalakendala. Kendala-kendala itu bisa dari lingkungan, kurangnya peratalan pembelajaran salah satunya guru harus membuat sendiri kartu kata bergambar yang menarik, metode yang digunakan, guru ataupun dari siswa sendiri. Dalam pembelajaran membaca permulaan dengan media kartu kata bergambar kendalakendala itu terjadi pada siswanya sendiri dan guru kelas. Sepertinya dalam proses pembelajaran guru harus mengerti kendala yang dihadapi siswa. Contohnya siswa belum bisa membedakan antara huruf /b/ dengan /d/. Pada intelegensi anak usia dini yang belum berkembang, ini bisa terjadi karena adanya kesulitan dalam memahami bahasa, dengan begitu guru harus membiasakan melatih anak. Kemudian yang paling mendasar dari semua kendala yang ada adalah kurangnya kesadaran dan kedisiplinan siswa dalam hal ini guru agar selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar atau latihan sendiri. Padahal menurut teori belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin 2012), hlm. 106 6 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran ( Bandung: PT. Refika Aditama,

110 kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi tetntu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak mungkin melakukan aktivitas belajar. 7 Guru sebagai pelaksana dalam menggunakan media kartu kata bergambar juga menghadapi kendala. Kendala yang ada, kadang terjadinya kesulitan bagi guru dalam membuat kartu kata bergambar sendiri. Walaupun media ini dapat dibeli, akan tetapi guru juga harus dapat membuat media sendiri. Kelemahan lain yang ada guru kurang menerapkan strategi untuk menumbuhkan motivasi peserta didik. Adanya keterbasan waktu dalam pembelajaran membaca permulaan karena pembelajaran ini masuk pada kegiatan ini dengan durasi waktu 1 (satu) jam dan harus ada aspek atau lingkup perkembangan yang lainnya misalnya lingkup perkembangan kognitif dan fisik motorik halus, jadi guru harus membagi waktunya atau membuat jadwal khusus untuk materi pembelajaran membaca permulaan ataupun guru bisa menambah lagi jam pembelajaran membaca permulaan dilain waktu, misalkan yang tambahan waktu pembelajaran hanya 3 (tiga) hari ditambah menjadi 5 (lima) hari. 6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Permulaan Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan setelah materi disampaikan. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran membaca permulaan adalah dengan cara evaluasi bentuk tertulis dan lisan dan dilakukan setiap akhir pembahasan atau yang biasa disebut dengan evaluasi formatif. Hal ini 7 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op. Cit., hlm. 20

111 sesuai dengan teori yang berkembang bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memperbaiki setiap proses belajar mengajar, serta dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok atau topik 8, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Dengan tes tertulis dan tes lisan ini adalah untuk melihat kemampuan siswa dalam ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam evaluasi untuk mengukur ranah kognitif adalah dengan tes tertulis dan tes lisan sedang untuk mengukur ranah afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah untuk mengukur dari aspek kemampuan mengingat siswa, yaitu siswa masih ingat atau tidak setelah ia menerima pembelajaran membaca permulaan dengan media kartu kata bergambar. Untuk ranah afektif adalah dengan mengamati penerimaan siswa ketika diberi pelajaran membaca permulaan yaitu berupa repon dan keinginan untuk menerima stimulus. Sedang untuk ranah psikomotorik adalah dengan cara mengukur kecakapan siswa apakah siswa mampu mengucapkan bunyi huruf atau dengan cara hafalan. Adapun test-test yang telah dilakukan oleh guru kelas telah mengungkap keamapuan siswa dalam aspek kognitif level pengetahuan dalam hal ini siswa mampu mengingat huruf-huruf alphabet, dan dalam aspek psikomotorik level kecakapan ekspresi verbal atau mempraktekkan dalam hal ini siswa memiliki kemampuan untuk mengucapkan atau melafalkan huruf alphabet. Selain itu test-test tersebut juga mengungkap kemampuan siswa dalam aspek afektif level penerimaan, hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang bersedia 8 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 306

112 mengikuti aktivitas pembelajaran dengan baik sesuai prosedur yang dilaksanakan oleh guru, misalnya ketika guru menanyakan huruf atau menyebutkan gambar pada siswa dipapan panel agar membacanya, maka siswa bersedia membacanya. Dalam teori evaluasi merupakan rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan. Jadi evaluasi adalah keharusan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terjun dalam dunia pendidikan terhadap peserta didiknya, sebab berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jadi hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil. Tetapi sebaliknya, maka dinilai gagal. Dari sini dapat dipahami betapa pentingnya evaluasi dalam proses pendidikan, 9 dan teori ini juga sudah diterapkan di tempat penelitian yaitu adanya evaluasi dalam proses pendidikan. Dari sini juga dapat dilihat adanya kelebihan bahwa evaluasi yang sudah dilakukan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan sudah dilakukan secara kontinu, sedang kelemahan yang ada adalah evaluasi yang dilakukan kurang mendapat umpan balik dari peserta didik. B. Analisis Hasil Setelah Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Semakin berat bahan bacaan semakin sedikit jumlah kata yang berhasil dibaca, demikian sebaliknya semakin ringan bahan bacaan semakin banyak jumlah kata yang berhasil dibaca. 10 Tingkat kesiapan siswa dalam menerima pelajaran membaca, belum tentu sama. Namun kesiapan membaca santri dapat disamakan dengan menggunakan media, salah satunya dengan media kartu kata bergambar. 9 Abdul Khobir, Op. Cit.. hlm. 122 10 Galuh Wicaksana, Buat AnakMu Gila Baca(Jogjakarta: Buku Biru, 2011), hlm. 30

113 Berdasarkan observasi yang dilakukan selama penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan Wonokerto Pekalongan yaitu, ada peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan pada siswa, yang sebelum menggunakan media ini siswa masih perlu dibimbing dan sering lupa ketika membedakan huruf alphabet. Namun setelah guru menggunakan media ini dengan cara menunjukkan satu persatu dan hurufnya diacak kemudian menyuruh santri untuk menyusun kata sesuai gambar. Siswa jadi dapat membaca, guru hanya membantu dan mendampingi siswa yang memang belum bisa membaca