4 GAMBARAN UMUM LOKASI

dokumen-dokumen yang mirip
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

4.1. Letak dan Luas Wilayah

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

Perkembangan Ekonomi Makro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Penutup. Sekapur Sirih

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan


BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

Transkripsi:

21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar). Secara geografis, Kabupaten Bulukumba terletak antara 5 o 20 sampai 5 o 40 lintang selatan dan 119 o 58 sampai 120 o 28 bujur timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan Teluk Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng (Gambar 4). Gambar 4 Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba Kabupaten Bulukumba secara administratif terbagi menjadi 10 kecamatan meliputi 27 kelurahan dan 99 desa dengan luasan sekitar 1 154.7 km 2 atau sekitar 2.5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan. Kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah kecamatan terluas masing-masing 173.5 km 2 dan 171.3 km 2 (sekitar 30 persen dari luas kabupaten), sedangkan Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota kabupaten memiliki luas wilayah terkecil yaitu 14.4 km 2 atau hanya sekitar 1 persen (Tabel 5). Kabupaten Bulukumba memiliki keistimewaan tersendiri dari aspek geografisnya dimana kondisi wilayahnya ada yang bergunung, bergelombang dan rata serta memiliki garis pantai dengan panjang kurang lebih 128 km dan luas lautan kurang lebih 921.6 km 2 yang berbatasan langsung dengan Laut Flores pada bagian selatan dan Teluk Bone pada bagian timur. Kabupaten Bulukumba memiliki wilayah dengan ketinggian bervariasi dari 0 meter dpl hingga di atas

22 1000 m. Sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 0 sampai 500 m dpl, dimana terdapat 7 kecamatan yang merupakan daerah pesisir yaitu Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Tiro, Bonto Bahari, Kajang dan Herlang. Kecamatan Ujung Bulu 100 persen wilayahnya berada pada ketinggian 0 sampai 25 m dpl dan hanya Kecamatan Kindang yang memiliki ketinggian di atas 1000 m dpl dengan luasan sekitar 34 persen dari luas kecamatan tersebut. Tabel 5 Luas Wilayah Kabupaten Bulukumba Dirinci menurut Kecamatan Tahun 2010 No Kecamatan Ibukota kecamatan Luas (km 2 ) Persentase terhadap luas kabupaten 1 Gantarang Ponre 173.5 15.03 2 Ujung Bulu Terang-terang 14.4 1.25 3 Ujung Loe Dannuang 144.3 12.50 4 Bonto Bahari Tanah Lemo 108.6 9.4 5 Bonto Tiro Hila-hila 78.3 6.78 6 Herlang Tanuntung 68.8 5.96 7 Kajang Kassi 129.1 11.18 8 Bulukumpa Tanete 171.3 14.84 9 Rilau Ale Palampang 117.5 10.18 10 Kindang Borong Rappoa 148.8 12.88 Bulukumba 1 154.7 100 Sumber: BPS Kab. Bulukumba (2011) Jenis utama tanah yang ada di Kabupaten Bulukumba (Bappeda 2011b) yaitu: 1. Latosol seluas 55 600 ha (48.15 persen) tersebar pada Kecamatan Bonto Bahari, Bonto Tiro, Bulukumpa, Gangking, Herlang, Kajang dan Ujung Bulu serta sebagian pada masing-masing Kecamatan Rilau Ale, Kindang dan Ujung Loe. 2. Mediteran seluas 18 277 ha (15.79 persen) tersebar di Kecamatan Gantarang dan Ujung Bulu. 3. Laterik seluas 14 206 ha (15.79 persen) tersebar di Kecamatan Ujung Bulu. 4. Regosol seluas 13 495 ha (11.69 persen) tersebar di Kecamatan Bonto Tiro, Gantarang, Herlang, Kajang, Ujung Bulu, Kindang dan Ujung Loe. 5. Andosol seluas 7 452 ha (6.43 persen) tersebar di Kecamatan Bulukumpa dan Gantarang. 6. Aluvial seluas 5 320 (4.60 persen) tersebar di Kecamatan Bonto Bahari. Gantarang, Kajang, Ujung Bulu, Kindang dan Ujung Loe. Suhu rata-rata berkisar 23.82 o C sampai 27.68 o C dan berdasarkan analisis menggunakan Smith-Ferguson termasuk klasifikasi lembab atau agak basah. Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang dan pada bagian selatan curah hujannya rendah. Perincian wilayah dengan kisaran curah hujan sebagai berikut (Bappeda 2011a):

1. Curah hujan antara 800-1000 mm/tahun meliputi Kecamatan Ujung Bulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bonto Bahari. 2. Curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun meliputi sebagian Kecamatan Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bonto Tiro. 3. Curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bonto Tiro, sebagian Herlang dan Kajang. 4. Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa dan Herlang. Sungai di Kabupaten Bulukumba sebanyak 32 aliran sungai yang terdiri dari sungai besar dan kecil. Jumlah panjang sungai seluruhnya mencapai 603.50 km. Sungai-sungai tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk sumber air bersih dan pengairan sawah dengan luas wilayah yang dilayani 23 365 ha. Debit air dari 32 sungai tersebut terbesar yaitu Sungai Bialo 14.2 m 3 /detik, Sungai Balantieng 13.3 m 3 /detik, Sungai Bijawang 7.5 m 3 /detik dan Sungai Sangkala 5 m 3 /detik dan selebihnya memiiki debit di bawah 3 m 3 /detik. Hulu dari Sungai Bialo dan Bijawang adalah Gunung Lompobattang sedangkan hulu Sungai Balantieng berasal dari Gunung Bawakaraeng. Ketiga sungai tersebut yang memiliki debit air terbesar semuanya bermuara di Laut Flores (BPS Kab. Bulukumba 2011). Kabupaten Bulukumba memiliki keistimewaan dari kondisi wilayah yang bervariasi. Karakteristik yang dimiliki baik dari segi topografi, kemiringan lahan, dan iklim merupakan peluang yang berpotensi untuk mengembangkan berbagai komoditi pertanian yang dapat dilihat dari luasan penggunaan lahan (Tabel 6). Penggunaan lahan merupakan penggolongan dalam memanfaatkan lahan secara umum. Tabel 6 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2010 (km 2 ) No Kecamatan Sawah Ladang/ huma /kebun/ kolam/ tambak Penggunaan Lahan Perkebunan Hutan rakyat Lainnya 1 Gantarang 80.11 35.34 43.28 0.62 3.79 2 Ujung Bulu 3.38 2.56 - - 0.40 3 Ujung Loe 29.53 72.23 16.98 1.38 6.51 4 Bonto 0.63 39.63 11.75 4.00 0.95 Bahari 5 Bonto Tiro 1.68 42.79 20.80 2.38 6.50 6 Herlang 3.38 36.23 22.14-2.41 7 Kajang 22.49 56.85 24.79 3.37 3.25 8 Bulukumpa 31.69 0.74 122.01 1.66 1.80 9 Rilau Ale 32.11 65.09-6.01 4.59 10 Kindang 19.58 19.32 72.82 - - Sumber: Bappeda Kab.Bulukumba (2011a) 23

24 4.2 Penduduk Penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2010 berjumlah 394 746 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan. Dari sepuluh kecamatan, Kecamatan Gantarang yang mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 70 301 jiwa. disusul Kecamatan Bulukumpa sebanyak 50 835 jiwa. Hal ini disebabkan karena kedua kecamatan tersebut memiliki luas wilayah terbesar di Kabupaten Bulukumba. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan Bonto Tiro dan Bonto Bahari dengan jumlah penduduk sebanyak 22 808 jiwa dan 23 976 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 mencapai 342.32 orang per km 2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Ujung Bulu yaitu 3 332.83 orang per km 2. Hal ini terjadi karena kecamatan tersebut merupakan ibukota Kabupaten Bulukumba dan aktivitas yang tinggi dengan jumlah penduduk relatif besar dan luas wilayah terkecil. Untuk tingkat kepadatan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Kindang yaitu 200.42 orang per km 2. Berdasarkan kondisi geografis, umumnya Kecamatan Kindang merupakan wilayah perbukitan dan memiliki hutan lindung terluas di Kabupaten Bulukumba sehingga kondisi tersebut menyebabkan kurangnya penduduk yang bermukim di kecamatan tersebut. Kepadatan penduduk berdasarkan data Bappeda (2011b) dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. 410.11 200.42 321.7 296.71 3.332.83 364.79 350.75 273.94 291.14 220.77 Gantarang Kindang Rilau Ale Bulukumpa Kajang Herlang Bonto Tiro Bonto Bahari Ujung Loe Ujung Bulu Gambar 5 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bulukumba per Kecamatan pada Tahun 2010 4.3 Tenaga Kerja dan Perindustrian Penduduk usia kerja (PUK) merupakan penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lain. Penduduk usia kerja di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 berjumlah

276 540 jiwa yang terdiri dari 126 438 laki-laki dan 150 102 perempuan. Penduduk usia kerja yang masuk angkatan kerja berjumlah 183 755 jiwa atau 66.45 persen dari seluruh penduduk usia kerja. Penduduk Kabupaten Bulukumba dengan status mencari pekerjaan (Apply Job) tercatat 13 686 jiwa dari seluruh angkatan kerja. Dari angka tersebut tercatat tingkat pengangguran terbuka (rasio antara pencari kerja dan jumlah angkatan kerja) di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 sebesar 7.45 persen yang menunjukkan adanya peningkatan sekitar 1.74 persen dari 5.71 persen tahun 2009 (Tabel 7). Tabel 7 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Angkatan Kerja di Kabupaten Bulukumba Tahun 2009 dan 2010 No Angkatan kerja 2009 (Jiwa) % 2010 (Jiwa) A Status sedang bekerja 184.544 94.29 170.069 92.55 1 Bekerja 184.544 94.29 170.069 92.55 B Status mencari pekerjaan 11.178 5.71 13.686 7.45 1 Pernah bekerja 2.529 1.29 3.084 1.68 2 Tidak pernah bekerja 8.649 4.42 10.602 5.77 Bulukumba 195.722 100 183.755 100 Sumber: BPS Kab.Bulukumba (2011) Penduduk angkatan kerja yang bekerja di lapangan usaha pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak baik pada tahun 2009 maupun 2010. Akan tetapi, pada tahun 2010 jumlah pekerja mengalami penurunan sebesar 10.58 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sama halnya dengan lapangan usaha perdagangan, rumah makan dan hotel yang mengalami penurunan jumlah pekerja sebanyak 25 978 orang pada tahun 2009 menjadi 22 471 orang. Hanya lapangan usaha industri pengolahan yang mengalami peningkatan sebesar 32.67 persen. (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk berusaha di bidang pertanian menurun. Tabel 8 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bulukumba Tahun 2009 dan Tahun 2010 No Lapangan usaha Tahun 2009 (orang) % Tahun 2010 (orang) 1 Pertanian 121 971 109 070 2 Industri pengolahan 9 195 12 199 3 Perdagangan. rumah makan dan hotel 25 978 22 471 4 Jasa kemasyarakatan 13 251 12 726 5 Lainnya 14 149 13 603 Bulukumba 184 544 170 069 Sumber: BPS Kab.Bulukumba (2011) 25

26 4.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian PDRB sektor pertanian Kabupaten Bulukumba memiliki kontribusi terbesar dari total PDRB Kabupaten Bulukumba. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sub sektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura memiliki nilai PDRB tertinggi dibandingkan dengan keempat sub sektor lainnya selama 5 tahun berturut-turut (Tabel 9). Berdasarkan nilai PDRB tahun 2006, sub sektor tanaman bahan makanan menyumbang > 50 persen dari PDRB sektor pertanian dan begitupun pada tahun 2010 sebesar 54,12 persen. Hal ini menunjukkan besarnya peran sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman bahan makanan dalam memicu perekonomian di Kabupaten Bulukumba. Tabel 9 PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2006 sampai 2010 (juta rupiah) Sub Sektor Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Tabama 597 506.83 595 634.62 721 648.81 793 660.28 922 354.02 Perkebunan 304 518.16 351 964.80 36 833.51 422 566.70 404 643.68 Peternakan 41 126.00 47 498.78 59.531.40 73 195.85 95 950.63 Kehutanan 2 857.16 3 509.15 3 813.59 4 357.27 6 290.31 Perikanan 155 778.91 175 367.32 211 031.37 229 313.04 274 98.71 Total 1 101 787.06 1 173 974.67 1 382 858.68 1 523 093.14 1 704 137.35 Sumber: BPS Kab.Bulukumba (2011) PDRB merupakan total nilai tambah dari semua barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah dalam periode satu tahun (Rustiadi et al. 2011). PDRB tersusun dari nilai-nilai produksi pada masing-masing komoditi dalam suatu sub sistem dimana nilai produksi merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi dan harga pada setiap komoditi (Wulandari 2010). Produksi sub sektor tanaman bahan makanan umumnya mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke 2010 kecuali komoditas ubi kayu, ubi jalar dan nenas (Tabel 10). Ubi kayu mengalami penurunan pada Kecamatan Ujung Loe, Herlang, Bulukumpa dan Rilau Ale sedangkan ubi jalar pada Kecamatan Gantarang, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Rilau Ale. Komoditi nenas mengalami penurunan produksi di Kecamatan Kajang, Bulukumpa, Rilau Ale dan Kindang. Komoditas perkebunan yang dominan di Kabupaten Bulukumba yang diidentifikasi dalam penelitian adalah kelapa, kopi, kakao, cengkeh dan lada. Komoditas yang mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke 2010 adalah cengkeh, kakao dan lada sedangkan kelapa dan kopi mengalami penurunan. Produksi tertinggi pada tahun 2010 untuk komoditi kelapa di Kecamatan Kajang, lada di Kecamatan Rilau Ale sedangkan kopi, cengkeh dan kakao di Kecamatan Kindang. Kabupaten Bulukumba dengan populasi ternaknya tersebar pada 10 kecamatan merupakan salah satu wilayah penyedia ternak di Sulawesi Selatan. Komoditas ternak yang dikembangkan adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam buras dan itik. Komoditas kerbau, ayam buras dan itik mengalami penurunan populasi dari tahun 2005 ke 2010 sedangkan komoditas peternakan lainnya mengalami peningkatan. Penurunan populasi ayam

buras pada tingkat kabupaten sangat dipengaruhi oleh penurunan populasi pada kecamatan-kecamatan kecuali Kecamatan Gantarang. Populasi itik mengalami penurunan drastis di Kecamatan Gantarang, dimana pada tahun 2006 sebesar 24 467 ekor menjadi 4 537 ekor pada tahun 2010. Tabel 10 Produksi/populasi Komoditas pada Sektor Pertanian di Kabupaten Bulukumba Tahun 2006 dan 2010 Komoditas Tahun 2006 2010 A. Tanaman Bahan Makanan 1. Padi 192 807.00 244 019.00 2. Jagung 93 449.00 124 571.00 3. Ubi kayu 24 871.00 15 530.00 4. Ubi jalar 4 099.00 3 186.00 5. Kacang tanah 4 333.00 9 916.00 6. Mangga 1 946.67 17 737.00 7. Nenas 1 173.55 678.00 8. Durian 821.00 10 630.00 9. Pisang 2 991.20 58 018.00 10. Rambutan 491.23 6 133.00 B. Perkebunan 1. Kelapa 7 165.00 2 104.70 2. Kopi 4 651.00 4 127.00 3. Cengkeh 1 951.00 3 401.50 4. Kakao 3 075.00 4 528.00 5. Lada 865.00 1 408.90 C. Peternakan 1. Sapi 65 114.00 81 232.00 2. Kerbau 5 497.00 5 469.00 3. Kuda 25 235.00 25 411.00 4. Kambing 28 203.00 30 543.00 5. Ayam ras petelur 67 500.00 89 000.00 6. Ayam ras pedaging 104 750.00 175 000.00 7. Ayam buras 650 158.00 636 637.00 8. Itik 53 667.00 33 835.00 Sumber: BPS Kab.Bulukumba (2011) Catatan: Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan dalam ton; komoditas sub sektor peternakan dalam ekor 27

28 4.5 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Bulukumba Misi pembangunan daerah Kabupaten Bulukumba tahun 2005 sampai 2025 yang tertuang dalam RPJPD salah satunya adalah Mewujudkan masyarakat Bulukumba yang sejahtera dan mandiri melalui pengembangan agroindustri. Pembangunan diarahkan pada peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan industri berbasis pertanian menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Selain itu diarahkan pula pada peningkatan daya saing produk lokal melalui peningkatan produksi, produktivitas dan usaha mikro, kecil dan menengah, penciptaan penguasaan dan penerapan teknologi yang berbasis agribisnis dan agroindustri khususnya yang mendukung ketahanan pangan dan industri rakyat. Arah kebijakan pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam mencapai terwujudnya misi tersebut ditandai dengan: 1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan melalui kegiatan agroindustri yang berbasis pada potensi unggulan daerah berupa pertanian (agroindustri), jasa (agribisnis) dan pariwisata (agrowisata). 2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana industri pendukung pertanian sehingga meningkatkan daya saing produk pertanian. 3. Pengembangan zona agribisnis, agroindustri, industri kecil dan menengah melalui penguatan kelembagaan dan pemasaran produk. 4. Meningkatnya penyuluhan kepada para petani dalam pemanfaatan nilai guna lahan dan penguasaan teknologinya. 5. Meningkatkan diversifikasi perkebunan dan pertanian masyarakat. 6. Meningkatkan nilai guna lahan melalui perubahan pola usaha tani yang menggunakan teknologi tepat guna. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri melalui peningkatan kualitas ekonomi masyarakat dengan menitikberatkan pada pengembangan agroindustri yakni industri berbasis pertanian. Selama 20 tahun ke depan, selalu diupayakan pergeseran struktur ekonomi yang paling dominan dalam memberikan kontribusi kepada PDRB bergerak dari sektor pertanian menuju ke sektor industri dan jasa dengan tetap berlandaskan pada sektor pertanian. Agroindustri yang berkembang di Kabupaten Bulukumba sampai saat ini didominasi industri kecil/rumah tangga. Industri kecil/rumah tangga umumnya industri pengolahan makanan berbahan beras, jagung, ubi kayu, buah, jahe dan kopi Jenis olahan berupa kue, keripik, manisan, dodol dan minuman instant. Agroindustri berbahan tanaman pangan skala besar baru berkembang pada tahun 2012 dengan dibangunnya industri penggilingan padi dan industri pengolahan tapioka. Industri besar lainnya yaitu industri pengolahan kapas, industri pengolahan veneer dan industri pengolahan karet telah berkembang sejak dulu dan didukung oleh perkebunan yang dikelola oleh masing-masing perusahaan terkait. Industri penggilingan padi dengan sisitem rice processing complex (RPC) mempunyai keunggulan mampu mengolah beras dalam keadaan basah maupun kering dan menghasilkan beras premium yang dapat diekspor ke mancanegara. Industri pengolahan kapas mengolah biji kapas menjadi serat kapas sebagai bahan baku bermacam-macam kebutuhan sandang. Selain pengolahan tersebut, industri ini juga memisahkan antara serat kapas, biji kapas dan wishteg yang masingmasing dapat dimanfaatkan. Industri pengolahan karet mengolah karet cair (latex)

dan karet beku (lump) menjadi bahan karet setengah jadi. Karet cair (latex) menghasilkan jenis karet setengah jadi yaitu SIR 3 CV 60, RSS dan SIR 3L yang merupakan komoditi dengan kualitas terbaik dan karet beku (lump) dengan jenis SIR 10. 29