BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya perekonomian nasional. Sehingga banyak usaha-usaha berskala besar

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013).

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran era pertanian ke era industrialisasi dan semakin majunya era

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gigih Juangdita

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis sekarang ini semakin lama semakin berkembang dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Industri ini telah mampu mengikat pasar dunia dengan jutaan kreativitas dan persepsi yang dapat dijual secara global. Di negara-negara maju sendiri mereka telah cukup lama menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa mengandalkan supremasi dibidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif. Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai motor

2 pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM. Pemberdayaan UMKM sangat dibutuhkan untuk merespon situasi dan kondisi saat sekarang yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pelaku usaha agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Data jumlah UMKM di Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data UMKM Provinsi Jawa Tengah NO DESKRIPSI DATA SATUAN TAHUN 2012 2013 2014 1 JUMLAH UMKM Unit 80.583 90.339 99.681 Produksi/Non Pertanian Unit 26.171 30.103 34.309 Pertanian Unit 13.242 15.819 17.738 Perdagangan Unit 32.055 33.958 35.829 Jasa Unit 9.115 10.459 11.805 2 PENYERAPAN Orang 345.622 480.508 608.893 TENAGA KERJA 3 Asset Rp. Milyar 6.816 9.634 13.946 4 Omset Rp. Milyar 18.972 20.345 24.587 Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa jumlah UMKM di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir, tahun 2012 berjumlah 80.583 unit, pada tahun 2013 berjumlah 90.339 unit dan di tahun 2014 sebesar 99.681 unit. Jumlah UMKM yang bergerak di bidang produksi/ non pertanian yang termasuk subsektor industri kerajinan didalamnya juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2012 sebesar 26.171 unit, tahun 2013 sebesar 30.103 unit dan di tahun 2014 sebesar 34.309 unit. Jumlah UMKM dibidang pertanian, persagangan dan jasa juga

3 mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Penyerapan tenaga kerja pada UMKM tahun 2012 menyerap 345.622 orang, di tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 480.508 orang, dan di tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 608.893 orang. Jumlah asset dan omset pun mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir. Hal ini membuktikan bahwa UMKM berperan penting dalam perkembangan ekonomi di suatu daerah. Dengan demikian perkembangan UMKM perlu diperhatikan dengan cara diadakan pembinaan oleh Pemerintah Daerah setempat. UMKM yang paling berkembang pesat pada saat sekarang adalah kerajinan. UMKM kreatif di bidang kerajinan merupakan hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan dari sumber daya alam yang bisa digunakan sebagai sarana promosi guna memperkenalkan keistimewaan dan kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu daerah. Hasil kerajinan tersebut biasanya dijadikan sebagai barang khas dan buah tangan (oleh-oleh) dari suatu daerah. Kabupaten Semarang merupakan kabupaten ibukota Jawa Tengah yang memiliki warisan budaya yang berpotensi bagus untuk dikembangkan. Namun, Kabupaten Semarang belum memiliki ciri khas lokal daerah yang dikenal oleh masyarakat umum berdasarkan pada produk UMKM kreatif mereka. Hal ini mengakibatkan kabupaten Semarang mengalami ketinggalan dari segi ciri khas produk lokalnya dengan daerah lain di Jawa Tengah seperti Jepara dengan ukiranya, solo dan pekalongan maupun jepara dalam koridor apresiasi terhadap kearifan budaya lokal. Daerah-daerah tersebut telah mengakomodir dan menunjang sisi unik produk lokalnya, sehingga masyarakat umum mengenal produk yang berfrase

4 dengan asal daerah mereka, seperti Batik Solo, Batik Pekalongan dan Ukiran Jepara. Pemerintah dinas Koperasi dan UMKM menyebutkan UMKM yang bergerak di bidang ekonomi kreatif atau biasa disebut industri kreatif di Kabupaten Semarang cukup banyak. Pengembangan potensi industri kreatif ke depannya akan tetap menjadi sebuah alternatif penting dalam meningkatkan kontribusi di bidang ekonomi dan bisnis, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pembentukan citra, alat komunikasi, menumbuhkan inovasi dan kreativitas, dan penguatan identitas suatu daerah. Dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dapat diolah menjadi data UMKM kreatif sebagai berikut : NO Tabel 1.2 Data UMKM Kreatif Kabupaten Semarang UMKM KREATIF JML PRODUKSI PER TAHUN NILAI PENJUALAN PER TAHUN (Rp.) 1 Enceng Gondok 32.500 pcs 1.388.000.000 2 Batik 10.020 potong 1.340.000.000 3 Bordir / Sulam 1250 pcs 310.000.000 4 Mebel 1.000 unit 200.000.000 5 Rogo Rege 20.000 buah 180.000.000 6 Gitar 110 buah 165.000.000 7 Anyaman Bambu 3.240 buah 84.000.000 Sumber : Data yang dioalah, Tahun 2015 Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa dari tujuh UMKM di bidang kreatif kerajinan di Kabupaten Semarang enceng gondok pada tingkat paling tinggi nilai penjualan sebesar Rp. 1.388.000.000, UMKM Batik nilai penjualannya sebesar Rp. 1.340.000.000, pada Bordir/Sulam sebesar Rp.310.000.000, Mebel sebesar Rp.200.000.000, Rogo rege sebesar Rp. 180.000.000, Gitar sebesar Rp.

5 165.000.000 dan Anyaman bambu memiliki nilai penjualan sebesar Rp.84.000.000 per tahun. Hal ini menunjukan bahwa dari tujuh UMKM yang ada di Kabupaten Semarang, UMKM Enceng Gondok yang memiliki nilai penjualan per tahun paling tinggi. Dengan demikian enceng gondok bisa dijadikan pertimbangan untuk dijadikan barang kerajinan khas yang ada di Kabupaten Semarang. Permasalahan UMKM berbasis ekonomi kreatif pada umumnya terletak pada sumber daya manusia, modal, dan penguasaan teknologi modern. Gambaran kondisi iklim usaha UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kabupaten Semarang pada saat ini, dilihat dari peluang pemberdayaan dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat, dan dari sektor ke sektor belum mengindikasikan besarnya harapan pada kelompok usaha tersebut untuk mendukung tumbuhnya sistem perekonomian yang berkeadilan. Hal ini juga mengakibatkan UMKM kreatif belum mampu memberikan suatu corak khusus bagi Kabupaten Semarang yang dikenal oleh masyarakat umum baik di dalam maupun luar daerah. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka pengembangan UMKM berbasis ekonomi kreatif khususnya enceng gondok perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah atau dinas terkait maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM berbasis ekonomi kreatif karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, UMKM kreatif memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah.

6 UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kabupaten Semarang dipilih dalam penelitian ini karena dianggap mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia dengan berbekal pada ilmu pengetahuan, kreatifitas, serta inovasi dan mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Pengembangan kreatifitas merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa serta dapat memberikan dampak sosial yang positif. UMKM kreatif juga diharapkan mampu mengangkat perekonomian Kabupaten Semarang dan memberikan image positif tentang ciri khas budaya lokal di kabupaten ini. Kerajinan Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten semarang tergolong masih kecil dan belum dapat bersaing bila dibandingkan dengan para pesaing kerajinan lain yang sudah besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu strategi yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif maupun komparatif dalam menghadapi persaingan yang ketat dan memasuki pasar yang lebih luas. Berdasarkan wawancara dengan pemilik industri kerajinan enceng gondok Syarina Production ada beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu kurangnya bahan baku (enceng gondok jadi) karena butuh waktu yang lama untuk mengeringkan enceng gondok sampai bisa dibuat kerajinan. Selain itu, masih kurangnya sumber daya manusia (karyawan) yang bisa membuat kerajinan enceng gondok. Sumber daya manusia yang dibutuhkan harus mempunyai ketelitian, kesabaran dan keterampilan dalam membuat kerajinan enceng gondok oleh karena itu, sering diadakan pelatihan terlebih dahulu untuk mengajarkan kepada karyawan sebelum membuat kerajinan. Namun, dari pelatihan-pelatihan yang diadakan masih banyak dari beberapa karyawan tidak sabar dan akhirnya mengundurkan diri.

7 Melihat kondisi tersebut maka diperlukan perancangan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usaha agar mampu bertahan dalam lingkungan yang selalu berubah. Strategi pengembangan usaha yang sesuai adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika industri kecil enceng gondok mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan serta mengahdapi peluang dan menghindari ancaman.seperti halnya pada industri kerajinan enceng gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang yang mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, serta mampu mengatasi hambatan yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini diambil judul Strategi Pengembangan Usaha Industri Kerajinan Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. 1.2 Pertanyaan Penelitian Melihat kondisi seperti pada uraian diatas, maka diperlukan perancangan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usaha yang mampu bertahan dalam lingkungan yang selalu berubah.strategi pengembangan usaha yang sesuai adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika industri kerajinan enceng gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana strategi pengembangan pada UMKM Kerajinan Enceng Kabupaten Semarang?

8 2. Bagaimana peningkatan akses aset produktif pada UMKM Kerajinan Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang? 3. Bagaimana peningkatan akses pasar pada UMKM Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang? 4. Bagaimana kewirausahaan yang dilakukan oleh UMKM Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang? 5. Bagaimana kelembagaan yang diterapkan oleh Industri Kerajinan Enceng Kabupaten Semarang? 6. Bagaimana kemitraan usaha yang dilakukan oleh UMKM Enceng Kabupaten Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi pengembangan yang pada UMKM Enceng Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui upaya peningkatan akses aset produktif pada UMKM Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

9 3. Untuk mengetahui peningkatan akses pasar pada UMKM Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. 4. Untuk mengetahui kewirausahaan yang dilakukan oleh UMKM Enceng Kabupaten Semarang. 5. Untuk mengetahui kelembagaan yang diterapkan oleh Industri Kerajinan Enceng Gondok Syarina Production di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. 6. Untuk mengetahui kemitraan usaha yang dilakukan oleh UMKM Enceng Kabupaten Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak.pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan strategi pengembangan UMKM yang berbasis ekonomi kreatif. b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi UMKM berbasis ekonomi kreatif kerajinan enceng gondok sendiri, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya sehingga mampu mengembangkan usaha mereka.

10 b. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung pemberdayaan UMKM berbasis ekonomi kreatif kerajinan enceng gondokk untuk kedepannya. c. Bagi peneliti lain dan akademik, sebagai tambahan informasi dan disiplin ilmu dan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dibidang yang sama.