RELASIONAL PENGINDERAAN JAUH DENGAN PEMETAAN PENGADAAN TANAH JALAN TOL TRANS JAWA

dokumen-dokumen yang mirip
13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM


BAB I PENDAHULUAN. atau instansi atas jalan yang meliputi kuantitas, kondisi, dan nilai yang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini dunia telah memasuki era global yang identik dengan kemajuan

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

SIDANG TUGAS AKHIR RG

PEMANFAATAN GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM (GNSS) UNTUK PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I-1

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGELOLAAN PEMETAAN WILAYAH JAWA TENGAH BERBASIS GIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

III. BAHAN DAN METODE

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Judul

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

I - 1 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Hormat kami. Tim penyusun

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya)

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPAYA MEMPERTAHANKAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TEGAL

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hasil Perkebunan dan Pertanian

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

3 METODOLOGI PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

Peta Tunggal BPN Untuk Peningkatan Kualitas Sistem Pendaftaran Tanah (Permasalahan, Peluang dan Alternatif Solusinya)

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Transkripsi:

Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:32-37 RELASIONAL PENGINDERAAN JAUH DENGAN PEMETAAN PENGADAAN TANAH JALAN TOL TRANS JAWA Wiweka Peneliti Bidang Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja, LAPAN email:wiweka@yahoo.com RINGKASAN Pembangunan jalan tol Trans Jawa adalah untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, menghubungkan antar kawasan dan mengatasi kemacetan di daerah perkotaan. Lokasi pengadaan tanah jalan tol Trans Jawa adalah Cikampek - Palimanan, Kanci - Penjagan, Penjagan - Pemalang, Pemalang - Batang, Batang - Semarang, Semarang - Solo, Solo Mantingan Ngawi, Ngawi Kertosono, Kertosono Mojokerto, Mojokerto Surabaya. Konseptual pemetaan yang dikembangkan dan dioperasionalkan pada kajian ini adalah dengan membangun data spasial, informasi spasial, database spasial dan analisis spasial. Kegiatan pemetaan terestrial dikombinasikan dengan penginderaan jauh plus data sekunder memfokuskan luasan persil rata-rata yang dimiliki pemilik tanah yang terkena rencana jalan tol trans Jawa. Dalam kajian ini pembahasan lebih ditekankan pada pemanfaatan penginderaan jauh sebagai perangkat pemantau perubahan informasi spasial dan identifikasi kelas objek liputan lahan yang terkena pembebasan tol trans Jawa. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kelas objek liputan lahan yaitu sawah merupakan kelas yang paling luas untuk dibebaskan bagi keperluan jalan tol trans Jawa. 1 PENDAHULUAN Jalan tol merupakan kebutuhan vital untuk mendukung pembangunan ekonomi yang secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup penduduk. Ketersediaan jalan tol yang memenuhi standar pelayanan minimal yaitu andal, aman, akrab lingkungan dan efisien serta harga yang terjangkau merupakan bagian yang penting untuk menghasilkan produk dan jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, sejak tahun 1990-an Pemerintah memberikan prioritas utama pada pembangunan sektor jalan tol. Kegiatan/pembangunan jalan tol berpotensi menimbulkan dampak lingkungan baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi. Dalam tahap pra konstruksi misalnya, hal pertama yang dilakukan adalah pengadaan tanah, yang harus diperhatikan adalah jalur geometrik jalan tol, pajak dan kepemilikan tanah, fungsional penggunaan lahan, dan kekinian ekonomi. Jalan tol trans Jawa akan memanfaatkan lahan terbangun yang akan menghasilkan perubahan tata guna tanah dan lingkungan, perlakuan pemberdayaan lingkungan lahan terbangun diutamakan kepada masyarakat pemilik lahan. Perlakuan yang diperhatikan adalah administratif dan keberlanjutan kelangsungan kehidupan pemilik lahan terbangun. Kesempurnaan dan kelengkapan administrasi lahan terbangun bagi masyarakat yang terkena pembebasan tanah merupakan kebutuhan utama dalam pengadaan tanah jalan tol. Keluaran administrasi pengadaan tanah adalah data spasial dan non spasial, yaitu peta bidang tanah dan daftar inventarisasi. Analisis data spasial ini dapat digunakan sebagai dasar pembayaran instansi yang memerlukan tanah setelah ada kesepakatan dalam musyawarah dengan para pemilik tanah dan atau penetapan harga ganti rugi oleh pejabat berwenang, hal ini sesuai dengan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Jo Perpres Tahun 2006 mengenai pengadaan tanah. Untuk meningkatkan kepastian administrasi dari nilai kuantitatif data spasial 32

Relasional Penginderaan Jauh dengan Pemetaan Pengadaan.. (Wiweka) tersebut dan menegakkan aturan yang ada (Madya Wiantoko et al., 2008; Alam S. I., 2001), Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Jo Perpres Tahun 2006 mengenai pengadaan tanah, perlu dilakukan pemetaan unit spasial terkecil dari jalur rencana rute jalur tol trans Jawa. Konseptual pemetaan yang dikembangkan dan dioperasionalkan pada penelitian ini adalah dengan membangun data spasial, informasi spasial, database spasial dan analisis spasial. Kegiatan pemetaan terestrial dikombinasikan dengan penginderaan jauh plus data sekunder memfokuskan luasan persil rata-rata yang dimiliki pemilik tanah yang terkena rencana jalan tol trans Jawa. Agar hasil pemetaan dapat berjalan dengan standar kualitas dan dengan ketepatan spasial dan non spasial yang akurat, serta dapat diketahui secara cepat, maka perlu diintegrasikan ke dalam manajemen sub sistem pengadaan bidang tanah dengan dibenamkan ke dalam sistem informasi geografi. Sistem ini dikembangkan menggunakan sistem komputer yang berbasiskan knowledge sehingga apabila diperlukan segera mengenai informasi spasial bidang persil yang dibebaskan akan dapat diketahui secara cepat, dan akurat juga dapat diperkirakan dengan nilai ganti rugi, kepemilikan bidang, NJOP bidang/persil, luas bidang/ persil, dan jenis penggunan lahan di atas bidang/persil tersebut (Madya Wiantoko et al., 2008; Purwanto H., 2007), serta perkiraan dampak jalan tol pengaruhnya terhadap baku mutu lingkungan. Dalam makalah ini pembahasan lebih ditekankan pemanfaatan penginderaan jauh sebagai perangkat pemantau perubahan informasi spasial dan perencanaan geometrik jan tol trans Jawa. 2 PENGADAAN TANAH JALAN TOL TRANS JAWA Tujuan pembangunan jalan tol Trans Jawa adalah mendukung pusat pertumbuhan ekonomi, menghubungkan antar kawasan dan mengatasi kemacetan di daerah perkotaan. Lokasi Pengadaan Tanah Jalan Tol Trans Jawa adalah Cikampek - Palimanan, Kanci - Penjagan, Penjagan - Pemalang, Pemalang - Batang, Batang - Semarang, Semarang - Solo, Solo Mantingan Ngawi, Ngawi Ketosono, Kertosono Mokokerto, Mojokerto Surabaya. Jalan Tol Trans Jawa (Gambar 2-1) ini melintasi 3 provinsi yaitu Jawa barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, lintasan jalur utara dan jalur tengah mendominasi kegiatan pemetaan ini. Untuk pengadaan tanah 10 (sepuluh) ruas jalan sepanjang 661.62 km ini, tanah masyarakat yang akan digunakan memiliki properti masing-masing yaitu legalitas, fungsional dan kepentingan. Pengertian legalitas berkaitan dengan surat tanah dan pajak bumi bangunan. Arti fungsional adalah pemanfaatan tata guna tanah di atas lahan seperti sawah, tegalan, kebun, permukiman (Jensen, J. R., 1996; JARS, 1993). Maksud kepentingan adalah tanah tersebut memiliki nilai produktif atau tidak sebagai sumber utama kehidupan masyarakat. Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan ruas jalan tol khususnya di pulau Jawa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah serta untuk meningkatkan laju perekonomian dan sosial masyarakat, maka pemetaan pengadaan tanah jalan tol ini merupakan kegiatan pra konstruksi dalam rangka menginventarisasi dan mengidentifikasi objektivitas kepemilikan lahan Namun demikian setiap kegiatan pembangunan termasuk pembangunan di bidang Jalan Tol Trans Jawa berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan khususnya mayarakat pemilik lahan terbangun. Dampak terhadap lingkungan dapat terjadi pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi. Salah satu dampak pada tahap pra konstruksi adalah saat proses konversi kepemilikan lahan terbangun dari masyarakat ke pemerintah, diperlukan manajemen administrasi pertanahan yang andal dan teliti. Hal itu diperlukan dalam rangka memberikan kepastian antara kedua belah pihak pada saat proses pengadaan tanah. 33

Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:32-37 Gambar 2-1: Peta rencana jalan tol trans Jawa Adapun panjang masing-masing ruas jalan tol tersebut adalah : 1. Cikampek Palimanan (116,00 km) 2. Kanci Penjagan (34,00 km) 3. Pejagan Pemalang (57,50 km) 4. Pemalang Batang (39,00 km) 5. Semarang Batang (75,00 km) 6. Semarang Solo (75,10 km) 7. Solo Mantingan Ngawi (90,10 km) 8. Ngawi Kertosono (87,02 km) 9. Kertosono Mojokerto (41,00 km) 10. Surabaya Mojokerto (37,00 km) 3 PENGEMBANGAN PEMETAAN PENGADAAN TANAH Pengkajian atau pengembangan pemetaan jalan tol trans Jawa dapat dibagi dalam kegiatan: - Input Data : Yaitu memasukkan data spasial dan non spasial yang dapat menghasilkan informasi spasial mengenai lokasi pengadaan tanah jalan tol trans jawa. - Proses Pengolahan: Proses pengolahan adalah memisahkan informasi spasial menjadi sejumlah layer sesuai kriteria perancangan standar yang ada. Dalam tahap ini juga termasuk kegiatan validasi dan verifikasi. - Output Penyajian: Output adalah peta bidang/persil pengadaan tanah termasuk metadata, yang dapat tersaji dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Penjelasan secara garis besar 3 (tiga) hal di atas terbagi dalam kegiatan: Akuisisi DATA SPASIAL berupa Peta dijital terdiri atas Peta Rupa Bumi produk BAKOSURTANAL, Peta NJOP-PBB produk Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan, Peta Persil Tanah produk Badan Pertanahan Nasional, Peta Utilitas produk Dinas KIMPRASWIL, dan Citra Penginderaan Jauh dengan Resolusi Spasial Tinggi. Dalam hal akuisisi ini, hal yang harus diperhatikan adalah ketelitian geometris spasial dan non 34

Relasional Penginderaan Jauh dengan Pemetaan Pengadaan.. (Wiweka) spasial, skala, proyeksi, datum, sistem koordinat, citra terbaru, dan cloud coverage, Standarisasi dan konversi format PETA- DATA SPASIAL ke format vektor. Pertukaran data spasial/geografis merupakan hal yang utama dalam kegiatan ini, untuk itu perlu dipilih perangkat lunak uang mampu mempertahankan kelengkapan informasi geografis, yaitu vektor, grafis dan teks, Ekstraksi Citra Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi menjadi INFORMASI SPASIAL dalam format vektor, Penggabungan hasil konversi peta digital dan ekstraksi Citra Penginderaan Jauh menjadi DATABASE SPASIAL. Database spasial ini tergantung atas layer, struktur data, kodifikasi data, dan harus memenuhi persyaratan Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN), Verifikasi dan supervisi DATABASE SPASIAL ke lokasi rencana jalan tol TRANS JAWA. Kepastian hasil proses laboratorium yaitu informasi bidang persil tanah perlu dilakukan pengecekan lapangan/ground truth dengan membawa alat pengukur posisi dan daftar tabular/inventarisasi, Querry peta bidang persil pengadaan tanah jalan tol berdasarkan ANALISIS SPASIAL, Pembuatan perangkat lunak sintesa pemantauan pengadaan tanah. Berdasarkan masukan data spasial. Pembuatan software yang dilakukan dengan memadukan hasil database dan analisa yang dibutuhkan menggunakan program komputer. Dari software yang dirancang apabila kita input hasil pemetaan, maka akan melakukan proses analisa, perhitungan, penyajian tertentu untuk mendapatkan lokasi dan informasi konten pengadaan bidang/persil tanah. Keseluruhan 7 (tujuh) sub kegiatan, dapat diringkas menjadi diagram alir pada Gambar 3-1. Citra penginderaan jauh (Alam S. I., 2001; Purwanto H., 2007) sebagai salah satu unsur yang digunakan dalam pemetaan pengadaan tanah jalan tol trans Jawa, fungsi utamanya menjadi basis, orientasi, informasi tematik spasial untuk kelancaran manajemen institusi pengadaan tanah jalan tol trans Jawa. Gambar 3-1: Diagram pemetaan pengadaan tanah jalan tol trans Jawa 35

Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:32-37 4 HASIL PENGINDERAAN JAUH DALAM IDENTIFIKASI KELAS OBJEK Informasi spasial kelas liputan lahan untuk perkiraan keperluan ganti rugi pengadaan tanah jalan tol trans Jawa mensyaratkan skala rencana, karena berkaitan dengan geometrik kelas objek yang umumnya dimiliki masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat digunakan citra yang memiliki resolusi spasial di bawah 30 m. Eksperimen kajian ini menggunakan data penginderaan jauh LANDSAT tahun 2003 dan peta tematik penggunaan lahan milik Instalasi Pengolahan Data, Pusat Pemanfaatan dan Pengembangan Teknologi Penginderaan Jauh, Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN serta peta rencana trase jalan tol trans Jawa. Pada eksperimen ini diasumsikan lebar badan jalan 200 m, dari hasil penggabungan kedua peta tersebut dapat dilihat pada Gambar 4-1, ekstraksi informasi spasial yang dihasilkan pada Tabel 4-1. Tabel 4-1: HASIL EKSTRAKSI INFORMASI SPASIAL Landuse Luas (ha) P. Kampung 122202.26 H. Primer 195.132 Air 3630.962 Tambak 126002.216 P. Kota 215541.935 Belukar 691661.555 Perkebunan 1684204.315 Sawah 5066486.402 Berbagai objek liputan lahan yaitu tambak, air, semak belukar, hutan primer, perkebunan, permukiman kampung, permukiman perkotaan, dan sawah yang akan terkena kegiatan rencana jalan tol trans Jawa. Gambar 4-1: Peta tematik rencana trase jalan tol trans Jawa 36

Relasional Penginderaan Jauh dengan Pemetaan Pengadaan.. (Wiweka) Gambar 4-2: Grafik luasan objek yang terkena jalan tol trans Jawa Berdasarkan Gambar 4-2, objek liputan lahan sawah merupakan objek yang paling terkena dampak akibat rencana kegiatan jalan tol trans Jawa. Sejumlah perkebunan, semak belukar akan dibebaskan untuk kepentingan kegiatan ini. Pengolahan informasi spasial ini masih memerlukan evaluasi, kontrol dan akurasi di lapangan, maka tindak lanjutnya adalah melakukan kerjasama dengan berbagai insitusi seperti BPN, Dinas Pertanahan Kabupaten, dan Departemen Pekerjaan Umum. 5 KESIMPULAN Untuk keperluan kegiatan pengadaan tanah jalan tol trans Jawa, data penginderaan jauh LANDSAT dapat digunakan untuk ekstraksi informasi spasial taraf recognaisance. Penggunaan data penginderaan jauh resolusi lebih tinggi dapat membantu mengekstraksi informasi spasial lebih detil dan ragam, pilihannya adalah Quick Bird, Orb View, Ikonos dan lain lain. Pengembangan ekstraksi informasi spasial untuk tujuan pengadaan tanah jalan tol trans Jawa perlu dilakukan kombinasi segmentasi berorientasi objek, ruang warna, bentuk, serta kekasaran dalam pengkelasan objek liputan lahan, agar hasil delineasi batas kelas liputan lahan lebih teliti. DAFTAR RUJUKAN Alam, S, I, 2001. Pembumian Bidang Tanah Melayang dengan Memanfaatkan Peta Foto, Tesis, Magister Teknik Geodesi, ITB, Bandung. JARS, 1993. Remote Sensing Note, Japan Association on Remote Sensing, Nihon Printing Co. Ltd, Japan. Jensen, J. R., 1996. Introductory Digital Image Processing, Prentice-Hall, Engle, Singapore. Madya Wiantoko, Bambang Edhi Leksono, Albert Deliar, 2008. Identifikasi Perubahan Objek Bangunan Memanfaatkan Citra Quickbird Untuk Pemeliharaan Data Objek Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus Di Kelurahan Sarijadi Kota Bandung). Pertemuan Ilmiah Tahunan Mapin XIV Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa. Pohl, C., 1996. Geometric Aspects of Multisensor Image Fusion For Topographic Map Updating in The Humid Tropics, Ph.D Dissertation, ITC Publication No. 39 ITC. Purwanto, H., 2007. Kajian Penggunaan Citra Quickbird Ditinjau dari Aspek Geometrik untuk Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Tanah, Tesis, Magister Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada. 37