Pengaruh Jenis Bahan Tanam dan Takaran Kompos Blotong terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH MACAM BIBIT DAN POSISI PENANAMAN TERHADAP PERTUNASAN DAN PERTUMBUHAN AWAL BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF DUA JENIS BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Pengaruh Lama Penyimpanan Bagal terhadap Kualitas dan Perkecambahan Mata Tunas Tunggal Tebu (Saccharum officinarum L.)

SKRIPSI : GRANDY BASAROJI NPM JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

ABSTRAK. Oleh. Mitra Suri. Penanaman tomat memerlukan teknik budidaya yang tepat. Aplikasi pemberian

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Key words: AMF, sugarcane, phosphate fertilizer, compost, coast sand medium

PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP BEBERAPA KOMPOSISI KOMPOS KULIT BUAH KAKAO DENGAN SUBSOIL ULTISOL DAN PUPUK DAUN

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

PENGARUH TAKARAN PUPUK KOMPOS SAMPAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merill)

RESPON TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

Effect of Vinasses and Cow Manure Rates on Growth Yield and Total Oilseed Content of Sesame in Coastal Sandy Soil

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

III. METODE PENELITIAN A.

Pengaruh Takaran Pupuk Nitrogen dan Silika terhadap Pertumbuhan Awal (Saccharum officinarum L.) pada Inceptisol

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Pengaruh Takaran SP-36 terhadap Pertumbuhan Tanaman, Pembungaan dan Kandungan Lutein Tagetes erecta L. dan Cosmos sulphureus Cav.

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

TANGGAPAN TUJUH KLON TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP SERANGAN URET Lepidiota stigma Fabricius

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum) di Pottray

Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Lama Perendaman Auksin pada Bibit Tebu Teknik Bud Chip

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA PANEN PERTAMA DAN KEDUA DENGAN PEMBERIAN BOKASHI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK URIN KELINCI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.4, Oktober 2017 (101):

PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L.

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN UKURAN BIBIT PADA PERTUMBUHAN PEMBIBITAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UMBI DAUN DEWA (Gynura procumbens Back.) PADA BERBAGAI INTENSITAS CAHAYA DAN PEMANGKASAN DAUN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

PENGARUH JENIS DAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KROKOT LANDA (Talinum triangulare Willd.)

SKRIPSI. RESPON DUA VARIETAS PAKCHOY (Brassica chinensis L.) PADA PERLAKUAN PENGELOLAAN GULMA. Oleh: AA KOMARA GUNARA

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L.

Respons Wadah dan Komposisi Media Pembibitan Terhadap Pertumbuhan Bibit Bud Chip Tebu (Saccharum officinarum L.)

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PADA MEDIA GAMBUT DENGAN PEMBERIAN URINE SAPI

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN MOL BONGGOL PISANG DAN GIBGRO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ARTEMISIA (Artemisia annua L.)

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI

Alamat korespondensi :

TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Study Agronomi. Oleh : HARIYATI S

Pengaruh Takaran Vinasse dan Posisi Penanaman Mata Tunas Tunggal terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG MAWAR (Rosa damascena Mill.)

Jumlah Anakan dan Rendemen Enam Klon Tebu (Saccharum officinarum L.) Asal Bibit Bagal, Mata Ruas Tunggal, dan Mata Tunas Tunggal

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

Pengaruh Waktu Pemupukan dan Macam Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merrill)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

Key words: manure fertilizer, weeding period, Aloe vera, sesame, coastal sandy land

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN ABU SERBUK GERGAJI DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO (Theobroma Cacao L.)

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN SP 18 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN PADA ANDOSOL

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI ( Oryza sativa L. ) PADA BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH MACAM DAN KONSENTRASI BAHAN ORGANIK SUMBER ZAT PENGATUR TUMBUH ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TEBU (Saccharum officinarum L.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PENGARUH MACAM DOSIS PUPUK FOSPAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KACANG HIJAU ( Vigna Radiata L. )

PENGARUHKOMPOSISI MEDIA TANAM DANTAKARAN AIR CUCIAN BERASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA. (Brassica oleracea botrytis L.

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS APLIKASI MIKORIZA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) DI TANAH REGOSOL

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.

PERTUMBUHAN JAHE GAJAH (Zingiber officinale var. Officinale) YANG DITANAM MENGGUNAKAN BEBERAPA DOSIS PUPUK BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK

PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI DAN MAGNESIUM SULFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL WIJEN (Sesamum indicum L.) DI LAHAN PASIR PANTAI

Transkripsi:

14 Vegetalika. 2016. 5(2): 14-25 Pengaruh Jenis Bahan Tanam dan Takaran Kompos Blotong terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.) Effect of the Type of Planting Material and Rates of Compost Filter Cake at the Early Growth of Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Danang Hartono 1, Dody Kastono 2, Rohlan Rogomulyo 2 1) Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada 2) Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada *) Penulis untuk korespodensi E-mail: dodykastono@gmail.com ABSTRACT This study was conducted on 20 May to 17 September 2015 in the village Mojoagung, sub distric Trangkil, Pati regency, Central Java. This study aims to: 1) know the effect of the type of planting material ie budchip, budset, and bagal at the early growth of sugarcane. 2) Determine the appropriate rate of compost filter cake at the early growth of sugarcane. 3) know the effect of sugarcane planting material types at various rates of compost filter cake on the early growth of sugarcane. The research was arranged in a completely randomized block design with three blocks as replications. This experiment consisted of two factors. The first factor is the type of planting material consists of three levels, ie budchip, budset, and bagal. The second factor is the rate of filter cake consisting of 4 levels ie 0 (control), 5, 10, and 15 ton / ha, Observations were made on the variables plant height, leaf number, stem diameter, number of tillers, the number of segments, fresh weight, dry weight, leaf area and root area. Data were analyzed using analysis of variants at the level of 5%, followed by Duncan s Multiple Range Test if the results of analysis of variance showed significant difference among treatments. Sugar cane comes from budchip and budset have a number of tillers, leaf number, fresh weight, dry weight, net assimilation rate, and net assimilation rate were better than sugar cane comes from bagal. Sugarcane crops by compost filter cake had better growth than plants that are not given a rate of compost filter cake, sugar cane treatment rate of compost filter cake of 10 and 15 ton / ha, and has growth significantly better than other treatments on the parameter number of tillers, number of leaves, number of segments, fresh weight and dry weight. Keywords: budchip, budset, bagal, filter cake. INTISARI Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Mei sampai dengan 17 September 2015 di Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui pengaruh jenis bahan tanam yaitu budchip, budset, dan bagal terhadap pertumbuhan awal tebu. 2) Mengetahui takaran kompos blotong yang tepat terhadap pertumbuhan awal tebu. 3) Mengetahui pengaruh jenis bahan tanam tebu pada berbagai takaran kompos blotong ( filter cake) terhadap pertumbuhan awal tebu. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Percobaan ini terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah jenis bahan tanam terdiri dari tiga aras yaitu budchip, budset, dan bagal. Faktor kedua adalah dosis blotong yang terdiri dari 4 aras yaitu: 0 (kontrol), 5, 10, dan 15 ton/ha,

15 Pengamatan dilakukan terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah anakan, jumlah ruas, bobot segar, bobot kering, luas daun dan luas akar. Data dianalisis menggunakan analisis varian pada level 5% dan dilanjutkan dengan Duncan s Multiple Range Test jika hasil analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tanaman tebu yang berasal dari budchip dan budset memiliki jumlah anakan, jumlah daun, bobot segar, bobot kering, laju asimilasi bersih, dan laju asimilasi bersih yang lebih baik daripada tanaman tebu yang berasal dari bagal. Tanaman tebu yang diberi kompos blotong memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada tanaman yang tidak diberi takaran kompos blotong, tanaman tebu dengan perlakuan takaran kompos blotong 10 dan 15 ton/ha, dan memiliki pertumbuhan yang secara nyata lebih baik dibanding perlakuan yang lain pada parameter jumlah anakan, jumlah daun, jumlah ruas, bobot segar dan bobot kering. Kata kunci: budchip, budset, bagal, blotong PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia mencanangkan program swasembada gula pada tahun 2019 dengan target produksi 7 juta ton. Pada sektor off farm, pemerintah berencana melakukan revitalisasi pabrik gula dan membangun 10 pabrik gula. Sedangkan untuk sektor on farm, pemerintah Indonesia berencana menambah 350.000 ha lahan untuk perkebunan tebu. Untuk menunjang program tersebut diperluhkan bibit tebu dengan jumlah besar. Secara konvensional, bibit tebu berasal dari batang tebu dengan 2-3 mata tunas yang belum tumbuh atau biasa disebut bagal (Indrawanto et al., 2010). Akan tetapi terdapat kendala dalam hal pengangkutan, pertumbuhan dilapangan yang tidak serempak. Selain bibit bagal, dikenal juga bibit tebu yang berasal dari satu mata tunas yaitu mata ruas tunggal (budset) dan mata tunas tunggal (budchip). Perluasan perkebunan tebu sebagian besar dilakukan di luar jawa, sementara kebun-kebun bibit masih terpusat di jawa, penggunaan bibit mata tunggal dapat mempermudah pengangkutan karena memiliki ukuran yang lebih kecil, sehingga dapat menekan biaya pengangkutan. Selain itu penggunaan bibit tebu mata tunggal dapat menghemat penggunaan batang tebu sebagai bibit, Menurut Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2013) menyatakan bahwa penggunaan bibit unggul tebu budchips dalam 1 hektar KBD (Kebun Bibit Dasar) menghasilkan benih 50-60 ton setara 350.000-420.000 mata tunas budchips. Kebutuhan bibit budchips dalam satu hektar pertanaman PC (Planting Cane) diperlukan 12.000-18.000 batang bibit setara 2-2,5 ton bagal. Sehingga dalam 1 ha luasan KBD mampu memenuhi kebutuhan areal tanam baru/pc mencapai 29-35 ha. Sementara untuk tanam baru (PC) dari bagal memerlukan 8-10 ton benih bagal per hektar sehingga 1 ha benih dari KBD hanya mencukupi luas tanam baru 7-8 ha. Menurut Gujja et al. (2009) bibit mata tunas

16 tunggal dapat menghasilkan 10 anakan tiap tanaman dibandingkan dengan bibit bagal hanya 5 anakan tiap tanaman. Blotong atau filter cake merupakan kotoran nira tebu dari proses pembuatan gula. Persentase blotong yang dihasilkan setiap hektar pertanaman tebu yaitu 4-5 %. Blotong merupakan limbah yang bermasalah bagi pabrik gula dan masyarakat karena blotong yang basah menimbulkan bau busuk. Namun blotong dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, menurut Kuswuri (2012) kandungan hara -hara tertentu di dalam blotong ternyata cukup tinggi, misalnya mengandung unsur N, P, dan K masingmasing 1,04, 6,142 dan 0,485%. Hal ini berarti bahwa selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kompos blotong juga berguna sebagai sebagai sumber hara yang dapat menguntungkan tanaman. Selain menghemat biaya pengeluaran untuk kebutuhan pupuk anorganik, penggunaan limbah blotong ini merupakan upaya untuk memanfaatkan limbah menuju industri yang zero waste. Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi dan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah. Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun (Fitri, 2013). Ditinjau dari pentingnya jenis bahan tanam tebu bagi industri gula dan banyaknya limbah blotong yang dihasilkan. Maka dalam penelitian ini bibit bagal, budchip, dan budset akan dikaji dengan aplikasi penggunaan blotong yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bahan tanam yaitu budchip, budset, dan bagal terhadap pertumbuhan awal tebu, mengetahui takaran kompos blotong yang tepat terhadap pertumbuhan awal tebu, mengetahui pengaruh jenis bahan tanam tebu yaitu budchip, budset, dan bagal, pada berbagai takaran kompos blotong (filter cake) terhadap pertumbuhan awal tebu.

17 BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada 20 Mei hingga 17 September 2015 di Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tebu ROC 22 dengan bahan bibit budchip, budset dan bagal dua mata tunas, blotong, pupuk urea, pupuk KCL dan fungisida nordox. Untuk alat yang digunakan adalah penggaris, roll meter, jangka sorong, timbangan analitik (Lucky KL), polibag ukuran 35 cm x 35 cm, budchiper, alat pemotong bibit, gunting, kamera digital, alat-alat pertanian seperti cangkul dan alat bantu lainnya, serta alat tulis. Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Percobaan ini terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis bahan tanam yaitu budchip, budset, dan bagal. Faktor kedua adalah dosis blotong atau filter cake yang terdiri dari 4 aras yaitu: 0 (kontrol), 5, 10, dan 15 ton/ha, sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang akan diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing perlakuan terdiri dari 15 tanaman, sehingga diperoleh seluruh tanaman sebanyak 540 tanaman. Persiapan dilakukan dengan pembuatan budchip, budset dan bagal, kemudian ditanam pada media tanam dengan takaran kompos blotong 0 (kontrol), 5, 10, dan 15 ton/ha, kemudian pemeliharaan dan panen. Pengamatan meliputi pengamatan tanaman sampel dan tanaman korban. Jumlah tanaman sampel yang diamati sebanyak 3 tanaman tiap kombinasi faktor dan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai umur 16 minggu setelah tanam. sementara tanaman korban diamati pada umur tanaman 40, 80, dan 120 hari setelah tanam. Pengamatan dan pengukuran parameter pertumbuhan yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, luas daun, bobot segar, bobot kering, luas permukaan akar. Data yang diperoleh dianalisis varian dengan taraf kepercayaan 95%, apabila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT ( Duncan Multiple Range Test).

18 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada parameter tinggi tanaman tebu, tidak terdapat interaksi antara perlakuan takaran kompos blotong dengan perlakuan jenis bahan tanam pada umur tanaman 4, 8, 12, dan 16 mst. Namun terdapat beda nyata pada perlakuan jenis bahan tanam maupun perlakuan takaran kompos blotong. Perlakuan jenis bahan tanam, menunjukan jenis bahan tanam bagal memiliki nilai tinggi tanaman tertinggi pada semua umur tanaman, sementara tinggi tanaman budchip dan budset tidak berbeda nyata pada umur pengematan 8 sampai dengan 16 mst, namun pada umur 2 sampai 6 mst bahan tanam budset berbeda nyata lebih baik daripada budchip. Sedangkan untuk perlakuan takaran kompos blotong perlakuan pemberian kompos blotong takaran 5, 10, dan 15 ton/ha memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, namun memiliki nilai tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan takaran kompos blotong 0 ton/ha. Tabel 1. Tinggi tanaman tebu (cm) Perlakuan Minggu setelah tanam 4 mst 8 mst 12 mst 16 mst Budchip 56,04 c 119,17 b 152,20 b 175,97 b Budset 69,93 b 125,90 b 155,28 b 182,58 b Bagal 81,41 a 135,26 a 162,90 a 189,16 a Takaran kompos blotong (ton/ha) 0 61,47 q 117,25 q 148,40 q 174,61 q 5 65,87 pq 127,39 p 156,77 p 183,93 p 10 73,84 p 131,34 p 161,75 p 189,17 p 15 75,33 p 131,08 p 160,29 p 186,55 p CV 15,50 15,79 14,06 13,27 Interaksi (-) (-) (-) (-) menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa parameter jumlah daun tidak terjadi interaksi nyata antara perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong pada umur pengamatan 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan 16 mst. Akan tetapi terdapat perbedaan nyata pada perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong. Pada perlakuan jenis bahan tanam, seperti budset dan budchip memiliki jumlah daun yang lebih banyak secara nyata daripada bagal pada saat umur 8 sampai dengan 16 mst, pada umur 2 dan 4 mst jenis bahan tanam bagal justru memiliki jumlah daun yang lebih banyak daripada budchip. Jumlah daun perlakuan budchip mulai menyamai bagal pada umur 6 mst dan melebihi bagal pada umur 8 mst. Perlakuan takaran kompos

19 blotong menunjukkan beda nyata pada semua umur pengamatan tanaman kecuali pada minggu ke-8, secara keseluruhan perlakuan takaran blotong 15 ton/ha menunjukkan rata-rata jumlah daun paling banyak meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran blotong 5 dan 10 ton/ha. Tabel 2. Jumlah Daun Perlakuan Minggu setelah tanam 4 mst 8 mst 12 mst 16 mst : Budchip 7,84 c 15,04 a 21,58 a 23,92 a Budset 11,58 a 15,32 a 20,97 a 23,44 a Bagal 9,81 b 12,86 b 17,38 b 19,60 b Takaran kompos blotong (ton/ha) 0 9,17 p 13,94 p 19,15 q 20,74 r 5 9,22 p 14,13 p 19,46 q 22,04 q 10 10,15 p 14,74 p 20,45 p 22,91 pq 15 9,43 p 14,82 p 20,85 p 23,39 p CV 12,36 5,79 9,57 5,14 Interaksi (-) (-) (-) (-) menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Tabel 3. Diameter batang tanaman tebu Perlakuan Minggu setelah tanam 4 mst 8 mst 12 mst 16 mst Budchip 0,67 b 1,25 b 1,76 b 2,30 a Budset 0,80 a 1,32 a 1,85 a 2,32 a Bagal 0,82 a 1,35 a 1,90 a 2,38 a Takaran kompos blotong (ton/ha) 0 0,70 q 1,26 q 1,78 q 2,24 r 5 0,75 pq 1,29 pq 1,83 pq 2,31 qr 10 0,82 p 1,34 p 1,85 pq 2,38 pq 15 0,79 p 1,33 p 1,86 p 2,41 p CV 12,40 5,01 10,04 6,00 Interaksi (-) (-) (-) (-) menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada parameter diameter batang, dapat diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong pada semua umur pengamatan tanaman, akan tetapi terdapat beda nyata pada masing-masing perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong. Pada perlakuan jenis bahan tanam terdapat beda nyata kecuali pada umur pengamatan 16 mst. Pada umur pengamatan 2 mst sampai dengan 14 mst perlakuan jenis bibit bagal dan budset

20 memiliki nilai diameter batang lebih baik dari pada budchip. Namun pada umur tanaman 16 mst perlakuan jenis bahan tanam tidak menunjukan beda nyata. Pada perlakuan takaran kompos blotong menunjukan beda nyata kecuali pada umur pengamatan 4 mst sampai dengan 8 mst. Pada umur 2 mst perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha menunjukan nilai diameter batang tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran kompos blotong 15 ton/ha. Pada umur pengamatan 10 mst sampai dengan 16 mst secara keseluruhan perlakuan 15 ton/ha memiliki nilai diameter batang paling besar, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran kompos blotong 5 dan 10 ton/ha, namun lebih baik secara nyata jika dibandingkan dengan tanaman tebu yang tidak diberi penambahan kompos blotong atau perlakuan takaran kompos blotong 0 ton/ha. Tabel 4. Jumlah anakan tanaman Perlakuan Minggu setelah tanam 4 mst 8 mst 12 mst 16 mst Budchip 1,47 b 4,21 a 5,42 a 5,88 a Budset 1,81 a 3,78 b 4,97 a 5,49 b Bagal 1,03 c 2,24 c 2,92 b 3,42 c Takaran kompos blotong 0 1,28 q 3,19 p 4,17 p 4,65 q 5 1,41 pq 3,30 p 4,32 p 4,78 q 10 1,46 pq 3,35 p 4,48 p 5,17 p 15 1,59 p 3,50 p 4,78 p 5,11 p CV 18,31 13,69 13,74 9,85 Interaksi (-) (-) (-) (-) menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada parameter jumlah anakan, diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong pada setiap umur pengamatan tanaman. Akan tetapi terdapat beda nyata pada perlakuan jenis bahan tanam dan takran kompos blotong. Anakan mulai muncul pada umur tanaman 4 mst. Pada perlakukan jenis bahan tanam secara keseluruhan budchip dan budset memiliki jumlah anakan yang lebih banyak daripada bagal. Pada umur 4 sampai dengan 6 mst budset memiliki jumlah anakan yang paling banyak, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan budchip pada umur 6 mst. Pada umur 8 sampai dengan 16 mst budchip memiliki jumlah anakan paling banyak, namun hanya berbeda nyata dengan budset pada umur 8 dan 16 mst. Sedangkan untuk perlakuan takaran kompos blotong, hampir tidak terdapat beda nyata pada semua umur pengamatan kecuali pada umur 16 mst.

21 Pada umur 16 mst perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha menunjukan jumlah anakan paling banyak, diikuti berturut-turut takaran kompos blotong 15, 5 dan 0 ton /ha. Namun perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran kompos blotong 15 ton/ha. Tabel 5. Jumlah ruas tanaman tebu Perlakuan Minggu setelah tanam 4 mst 8 mst 12 mst 16 mst Budchip 0,00 a 0,57 b 2,17 b 3,68 a Budset 0,00 a 1,01 a 2,50 a 3,85 a Bagal 0,00 a 0,94 a 2,39 a 3,90 a Takaran kompos blotong (ton/ha) 0 0,00 p 0,61 q 2,06 q 3,40 r 5 0,00 p 0,85 pq 2,37 p 3,61 q 10 0,00 p 0,94 p 2,52 p 4,11 p 15 0,00 p 0,96 p 2,46 p 3,98 p CV 29,80 8,48 5,13 Interaksi (-) (-) (-) (-) Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang berbedapada baris dan kolom menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada parameter jumlah ruas tanaman, diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dengan takaran kompos blotong pada semua umur pengamatan tanaman, namun terdapat beda nyata pada masing-masing perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong. Berdasarkan data yang diperoleh tanaman tebu mulai membentuk ruas pada umur 6 mst, pada perlakuan jenis bahan tanam budset dan bagal memiliki jumlah ruas yang lebih banyak daripada budchip hanya pada umur 12 mst tidak terdapat beda nyata. Pada perlakuan takaran kompos blotong, pada umur 6 sampai dengan 14 mst, perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha menunjukan jumlah ruas paling banyak, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan takran kompos blotong 5 dan 15 ton/ha, baru pada umur tanaman 16 mst perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha secara nyata memiliki jumlah ruas paling banyak dibanding perlakuan takaran kompos blotong lainnya. Daun merupakan organ yang sangat penting peranannya, daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya untuk pertumbuhan dan hasil panen tanaman budidaya. Oleh karena itu luas daun menjadi parameter yang penting. Pada parameter luas daun umur tanaman 120 hari (Tabel 6) diketahui bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan takaran kompos blotong. Namun terdapat bedanyata pada perlakuan jenis bahan tanam maupun perlakuan takaran kompos blotong.

22 Tabel 6. Luas daun tebu umur 120 hst Takaran kompos blotong (ton/ha) Budchip Budset Bagal Rerata 0 5266,00 5478,70 5421,30 5388,67 p 5 5807,40 5904,30 5338,60 5683,43 pq 10 6148,80 5842,60 5398,50 5796,70 p 15 5885,90 5902,10 5467,50 5751,83 p Rerata 5777,03 a 5781,93 a 5406,48 b (-) CV 16,00 Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang berbedapada baris dan kolom menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf kesalahan 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada perlakuan jenis bahan tanam luas daun budchip dan budset memiliki daun yang lebih luas daripada perlakuan bagal yaitu tanaman tebu yang berasal dari budchip dan budset memiliki luas daun berturut-turut sebesar 5777,03 dan 5781,93 cm 2, sementara perlakuan bahan tanam bagal memiliki luas daun 5406,48 cm 2. Sedangkan pada perlakuan takaran kompos blotong, tanaman tebu dengan perlakuan takaran kompos blotong 10 ton/ha memiliki daun paling luas yaitu sebesar 5796,70 cm 2, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran kompos blotong 5 dan 15 ton/ha yang nilainya berturut-turut 5751,83 dan 5683,43 cm 2. Luas daun perlakuan takaran kompos blotong Luas daun takaran kompos blotong 10 dan 15 ton/ha berbeda nyata dengan perlakuan 0 ton/ha, sedangkan luas daun perlakuan takaran kompos blotong 5 ton/ha tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran 0 ton/ha yang memiliki luas paling kecil yaitu sebesar 5388,67 cm 2. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos blotong dapat menaikan luas daun tanaman tebu. Tabel 7. Bobot segar total tanaman tebu umur 120 hst Takaran kompos blotong Bobot segar tanaman (g) (ton/ha) Budchip Budset Bagal Rerata 0 331,59 339,97 323,51 331,69 q 5 357,49 376,96 327,29 353,91 q 10 397,96 397,98 350,92 382,29 p 15 402,94 385,94 358,87 382,58 p Rerata 372,50 a 375,21 a 340,15 b (-) CV 18,75 menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%. Tanda ( -) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan bahwa bobot segar tanaman dapat menunjukkan aktivitas metabolisme tanaman. Nilai bobot segar tanaman dipengaruhi oleh kandungan air jaringan, unsur hara dan hasil metabolisme. Pada parameter bobot segar total tanaman umur 120 hst, tidak terdapat interaksi

23 antara perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong, namun terdapat beda nyata pada perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong. Pada perlakuan jenis bahan tanam, tanaman tebu yang berasal dari budchip dan budset memliliki bobot segar paling besar daripada bagal, yaitu bobot segar tanaman tebu yang berasal dari budchip dan budset sebesar 372,50 dan 375,21 g, sementara tanaman tebu yang berasal dari bagal memiliki bobot segar 340,15 g. Sedangkan pada perlakuan takaran kompos blotong, tanaman tebu dengan takaran kompos blotong 10 dan 15 ton/ha memiliki bobot segar paling besar yaitu berturut-turut 382,29 dan 382,58 g, dan berbeda nyata dengan perlakuan takaran kompos blotong 0 dan 5 ton/ha, bobot segar tanaman tebu dengan perlakuan takaran kompos blotong 0 dan 5 ton/ha yang tidak berbeda nyata memiliki bobot segar berturut-turut 331,69 dan 353,91 g. Perlakuan takaran kompos 10 dan 15 ton/ha berbeda nyata dengan perlakuan takaran 0 ton/ha yang memiliki bobot segar paling kecil yaitu sebesar 333,25 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos blotong dapat menaikan bobot segar tanaman tebu. Tabel 8. Bobot kering total (gram) tanaman tebu umur 120 hst Takaran kompos blotong (ton/ha) Budchip Budset Bagal Rerata 0 95,67 98,02 89,97 94,55 r 5 106,21 114,82 94,43 105,15 q 10 117,71 120,60 109,03 115,78 p 15 123,02 114,95 108,37 115,45 p Rerata 110,65 a 112,10 a 100,45 b (-) CV 18,75 menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%. Tanda ( -) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada parameter bobot kering tanaman umur 120 hst, diketahui bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong. Namun terdapat beda nyata pada masing-masing perlakuan baik jenis bahan tanam maupun perlakuan takaran kompos blotong. Pada perlakuan jenis bahan tanam, tanaman tebu yang berasal dari budset dan budchip secara nyata memiliki bobot kering lebih besar daripada tanaman tebu yang berasal dari bagal. tanaman tebu yang berasal dari budset dan budchip memiliki bobot kering berturut-turut 112,10 dan 110,65 g, sementara bobot kering tanaman yang berasal dari bagal memiliki bobot kering yang paling kecil yaitu sebesar 100,45 g. Pada perlakuan takaran kompos blotong, tanaman tebu dengan perlakuan 10 dan 15 ton/ha secara nyata memiliki bobot kering lebih besar dibanding tanaman tebu dengan takaran kompos blotong 0 dan 5 ton/ha.

24 Tanaman tebu dengan perlakuan 10 dan 15 ton/ha memiliki bobot kering berturut-turut 115,78 dan 115,45 ton/ha. Sedangkan perlakuan takaran kompos blotong 5 ton/ha memiliki bobot kering 105,15 ton/ha. Sementara tanaman dengan perlakuan takaran kompos blotong 0 ton/ha (tanpa pemberian kompos blotong) secara nyata memiliki bobot kering tanaman yang paling kecil dibanding perlakuan takaran kompos blotong lainnya yaitu 94,55 g. Hal ini menunjukan bahwa penambahan kompos blotong dapat menaikan bobot kering tanaman tebu. Tabel 9. Luas permukaan akar (cm 2 ) Takaran kompos blotong (ton/ha) Budchip Budset Bagal Rerata 0 2892,70 bc 2699,60 c 2045,00 d 2545,77 5 2985,60 bc 3039,00 bc 2976,20 bc 3000,27 10 3473,50 a 3242,20 ab 3186,80 ab 3300,83 15 3513,10 a 3178,00 ab 3208,80 ab 3299,97 Rerata 3216,20 3039,70 2854,00 (+) CV 15,99 menunjukkan ada beda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%. Tanda ( -) menunjukkan tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut. Luas permukaan akar mencerminkan luas permukaan serapan tanaman terhadap hara dan air di dalam tanah. Semakin luas permukaan akar maka kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan air dalam tanah akan semakin baik juga. Pada parameter luas akar umur tanaman 120 hst, diketahui bahwa ada interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong. Pada perlakuan jenis bahan tanam, luas akar tanaman yang berasal dari budchip dengan kombinasi takaran kompos blotong 15 ton/ha memiliki akar yang paling luas permukaannya yaitu 3513,10 cm 2, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan budset dan bagal pada kombinasi perlakuan takaran kompos blotong 10 dan 15 ton/ha. Tanaman tebu yang berasal dari bagal dengan kombinasi perlakuan takaran kompos blotong 0 ton/ha (t anpa pemberian kompos blotong) secara nyata memiliki akar yang paling sempit permukaannya yaitu 2045 cm 2, Hal ini menunjukan pemberian kompos blotong dapat meningkatkan luas akar. KESIMPULAN Tanaman tebu yang berasal dari budset dan budchip memiliki pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingan bagal, sementara takaran kompos blotong 10 memberikan pertumbuhan awal tebu yang optimal. Pada parameter luas permukaan

25 akar tanaman tebu umur 120 hst terdapat interaksi antara perlakuan jenis bahan tanam dan perlakuan takaran kompos blotong. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. 2013. Pembibitan tebu. <http://balittas.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=a rticle&id=302:tebu&catid=15:benih&itemid=43>. Diakses tanggal 1 maret 2016. Fitri, A. Penyebab kerusakan lahan. <http://ditjenbun.pertanian.go.id>. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016. Gujja, B., Loganandhan N., V. Vinoud G., Manisha A., Sashi B., dan Alwara S. 2009. Sustainable sugarcane initiative: improving sugarcane cultivation in india. Icrishat, Patancheru Indarwanto, C., Purwono, Siswanto, Syakir, M., dan Rumini, W. 2010. Budidaya dan pasca panen tebu. Eska Media, Jakarta. Kuswuri, R. 2012. Proses pemurnian nira. <http://www.risvank.com/tag/nira/>. Diakses pada tanggal 28 Februari 2015. Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.