RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KE-2 Registrasi Nomor: 74/PUU-X/2012 Tentang Pemberhentian Sementara Pengujian Peraturan Perundang- Undangan Di Bawah Undang-Undang Yang Sedang Dilakukan Mahkamah Agung I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 11 Juli 2012. II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 55 Undang-Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi terhadap UUD 1945. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah: 1. Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar,... 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, Pasal 55 Undang- Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Para Pemohon. IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING ) Para Pemohon adalah Badan Hukum Privat Perkumpulan Tukang Gigi Jawa Timur (PTGI) yang dalam hal ini diwakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya berpotensi dirugikan oleh berlakunya ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Kerugian Konstitusional yang dimaksud oleh Para Pemohon adalah penghentian sementara yang dimaksud dalam Pasal 55 UU MK tersebut menjadikan Mahkamah Agung (MA) bergantung dengan persidangan di MK, dan hal ini menimbulkan ketidakpastian hukum serta menghalangi Para Pemohon yang sedang mengajukan uji materiil peraturan dibawah UU di MA V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah: Pasal 55 Pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undangundang yang sedang dilakukan Mahkamah Agung wajib dihentikan apabila undang-undang yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut sedang dalam proses pengujian Mahkamah Konstitusi sampai ada putusan Mahkamah Konstitusi.
B. NORMA UUD Tahun 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu: - Pasal 24A ayat (1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undangundang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. - Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. - Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. VI. Alasan-alasan Pemohon dengan diterapkan UU a quo bertentangan secara materiil dengan UUD NRI Tahun 1945 karena: 1. Pasal 55 menyatakan Pengujian peraturan perundangundangan di bawah undang-undang yang sedang dilakukan Mahkamah Agung wajib dihentikan apabila undang-undang yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut sedang dalam proses pengujian Mahkamah Konstitusi sampai ada putusan Mahkamah Konstitusi; 2. Bahwa pembentuk Pasal 55 kurang memahami asas-asas tentang materi muatan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan: Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan mengandung asas: a. Pengayoman b. Kemanusiaan c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan e. Kenusantaraan f. Bhineka tunggal ika g. Keadilan h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan i. Ketertiban dan kepastian hukum dan atau j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan Para pemohon menganggap pasal a quo bertentangan dengan beberapa asas di atas; 3. Bahwa, idealnya penghentian proses sidang di MA, terkait pasal UU yang di uji di MK, bukan terkait UU. Sebab pasal dalam undang-undang jumlahnya banyak dan belum tentu semua pasal dalam UU dijadikan dasar batu uji di MA; 4. Pasal 55 ini tidak jelas dan sama sekali mencerminkan ketidakpastian hukum, karena tidak pernah menjelaskan sejak kapan pengujian peraturan di bawah UU harus dihentikan oleh MA, apakah sejak di daftarkan di MA atau sejak adanya pengujian UU di MK yang menjadi dasar uji materiil di MA; 5. Pasal 55 jelas telah mengebiri kewenangan MA, memasung kewenangan MA, dan menjadikan MA tidak independen dalam menguji peraturan dibawah UU, seharusnya pembuat UU sadar dan memahami kewenangan antara MA dan MK berbeda dan tidak boleh tumpang tindih; 6. Pasal 55 rentan dimanfaatkan oleh pemerintah yang mengeluarkan peraturan di bawah undang-undang atau siapapun yang berkepentingan terhadap peraturan dibawah UU; 7. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kelas keberadaan Pasal 55 bertentangan dengan Pasal 24 A ayat (1), 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan pemohon seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 55 UU No 24 Tahun 2003 sebagaimana telah dirubah dalam UU No. 8 Tahun 2011 tentang Tentang Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan Pasal 24 A ayat (1), 27 ayat (1), dan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 55 UU No 24 Tahun 2003 sebagaimana telah dirubah dalam UU No. 8 Tahun 2011 tentang Tentang Mahkamah Konstitusi Konstitusi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; Atau, apabila Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Catatan: - Tidak ada perubahan secara substantif.