PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN CAIRAN PEMBERSIH TANGAN ANTISEPTIK (HAND SANITIZER) TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok (one group pre-test post-test design) karena rancangan ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Daya Bunuh Hand Sanitizer Berbahan Aktif Alkohol 59% dalam Kemasan Setelah Penggunaan Berulang terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

1 Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terkumpul dilakukan pengolahan serta analisis data dengan hasil sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Keywords: hand washing demonstration, elementary school students, the incidence of illness.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri farmasi berkembang pesat seiring dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

Transkripsi:

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA Setiani Rahmawati, Liena Sofiana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan E-mail: setianircsmjakal@gmail.com Abstrak Latar Belakang: Indonesia memiliki angka kejadian HAIs mencapai 15.74%, jauh diatas negara maju yang berkisar 4.8-15.5. Angka insidensi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit Yogyakarta secara umum sebesar 5.9%. Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis A dan bahkan flu burung. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode hand wash terhadap penurunan jumlah angka kuman pada perawat. Metode: Penelitian ini merupakan quasi exsperiment dengan rancangan pretest-posttest one group. Subjek penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta sejumlah 30 orang, objek dalam penelitian ini adalah angka kuman sebelum dan sesudah mencuci tangan. Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil: Hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil nilai p value adalah 0.000 <0.005 artinya terdapat pengaruh mencuci tangan dengan menggunakan metode handwash terhadap penurunan jumlah angka kuman pada perawat ruang rawat inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Kesimpulan: Ada pengaruh metode handwash terhadap penurunan jumlah angka kuman. Kata Kunci: hand wash, angka kuman, perawat. 1. PENDAHULUAN Rumah sakit selain untuk rnencari kesembuhan juga merupakan surnber dari berbagai penyakit, baik yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis [1]. Salah satu kompleksitas sebuah rumah sakit adalah adanya sejumlah orang yang secara bersamaan berada di rumah sakit, sehingga rumah sakit menjadi gedung pertemuan sejumlah orang secara serempak. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman, virus akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini di sebut infeksi nosokomial [2]. Di rumah sakit Yogyakarta insidensi terjadi HAIs secara umum sebesar 5,9% [3]. Rumah sakit yang memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi, tingkat infeksi berkurang mendekati 32%. Banyak penyebab dari HAIs, salah satunya terkait dengan proses dan sistem kesehatan, seperti perilaku profesional yang terlibat. Telapak tangan dari petugas kesehatan adalah pembawa mikroorganisme paling umum dari satu pasien ke pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene merupakan ukuran yang paling penting dalam tindakan pencegahan karena lebih efektif dan biaya rendah, 69

diperkirakan dengan melaksanakan hand hygiene dampak pengurangan terhadap HAIs adalah 50% [4]. Salah satu cara yang paling sederhana dan paling umum dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis A dan bahkan flu burung. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri, dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran kuku dan jari-jari pada kedua tangan [5]. RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang mempunyai fasilitas dalam bidang jasa kesehatan. Pada tanggal 31 Mei 2007 RSKIA PKU Muhammadiyah ini telah mendapat izin tetap menjadi rumah sakit Khusus Ibu dan Anak dari Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Telapak tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan dunia luar dan digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas. Hal ini sangat memudahkan terjadinya kontak dengan mikroorganisme dan mentransfernya ke objek lain. Petugas medis dan paramedis di rumah sakit merupakan objek yang memiliki faktor resiko tinggi terkontaminasi bakteri. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada bulan Januari 2016 di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede, kepatuhan petugas medis maupun non medis dalam melakukan hand hygiene sudah mengikuti langkahlangkah mencuci tangan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan quasi exsperiment dengan menggunakan rancangan pretest-posttest one group. Desain quasi exsperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan [6]. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-November 2016 di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta dan Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta untuk pemeriksaan angka kuman. Subjek dalam penelitian ini perawat RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik totality sampling. Analisis bivariat dilakukan terhadap masing-masing variabel untuk mengetahui variabel bebas dengan variabel terikat yaitu pengaruh metode hand wash terhadap penurunan angka kuman, uji statistik yang digunakan uji paired t test (pre-post) untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak. Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% dan p 0,05 yang artinya hipotesis diterima. Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk untuk sampel kurang dari 50, jika data tidak terdistribusi normal maka menggunakan uji alternatif dengan menggunakan uji Wilcoxon. Nilai p 0,05 maka artinya hipotesis diterima. 3. HASIL Analisis univariat dalam penelitian ini di gunakan untuk mengetahui jumlah angka kuman sebelum dan sesudah mencuci tangan dengan menggunakan metode hand wash pada perawat ruang rawat inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. 70

Tabel 1. Jumlah angka kuman sebelum dan sesudah mencuci tangan menggunakan metode handwash pada perawat Angka kuman (CFU/cm 2 ) Sampel Sebelum cuci tangan Sesudah cuci tangan 3788 30 775 Tabel 1 menunjukan jumlah angka kuman sebelum dan sesudah mencuci tangan dengan menggunakan metode handwash, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah angka kuman sebelum mencuci tangan sebesar 3.788 CFU/cm 2 sedangkan rata-rata jumlah angka kuman setelah mencuci tangan menggunakan metode handwash sebesar 775 CFU/cm 2, artinya terjadi penurunan jumlah angka kuman setelah responden melakukan tindakan mencuci tangan menggunakan sabun handwash. Pengaruh Metode Handwash terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman pada Perawat Ruang Rawat Inap RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagde Yogyakarta tersaji dalam tabel 2 berikut: Tabel 2.Pengaruh Metode Handwash terhadap Penurunan Jumlah Angka Kuman pada Perawat Ruang Rawat Inap RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagde Yogyakarta Median Variabel n (MinimumMaksimum) p Angka kuman sebelum cuci tangan 30 120 (1-31.000) 0,000 Angka kuman sesudah mencuci tangan 30 28 (0-14.000) Tabel 2. menunjukan bahwa berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh antara mencuci tangan menggunakan metode Handwash terhadap penurunan jumlah angka kuman pada perawat ruang rawat inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta dengan p value 0,000. Angka kuman terkecil sebelum mencuci tangan berjumlah 1 CFU/cm 2 dan jumlah angka kuman tertinggi sebanyak 31.000 CFU/cm 2 sedangkan jumlah angka kuman terendah sesudah mencuci tangan sebanyak 0 CFU/cm 2 dan jumlah angka kuman tertinggi sebanyak 14.000 CFU/cm 2. 4. PEMBAHASAN 4.1. Jumlah angka kuman sebelum mencuci tangan Pemeriksaan angka kuman dilaksanakan pada pada perawat ruang rawat inap pada bulan Oktober 2016 di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Hasil sampel kemudian di bawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta untuk dilakukan pemeriksaan jumlah angka kuman. Jumlah bakteri yang didapatkan dengan membagi total koloni yang tumbuh pada media Plate Count Agar dengan luas permukaan tangan (cm 2 ). Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium dari 30 responden sebelum mencuci tangan diperoleh hasil jumlah angka kuman rata-rata sebanyak 3.788 CFU/cm 2 dengan jumlah angka kuman terendah sebanyak 1 CFU/cm 2 dan angka kuman tertinggi sebanyak 31.000 CFU/cm 2. Bakteri didapatkan dari hasil usapan pada setengah telapak tangan. Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan dunia luar dan digunakan sehari-hari untuk melakukan berbagai macam aktivitas. Terkontaminasinya tangan oleh bakteri, 71

disebabkan oleh faktor yang berasal dari petugas medis, paramedis dan lingkungan rumah sakit. Rumah sakit sebagai sebuah unit pelayanan medis tentunya tak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita-penderita dengan kasus penyakit infeksi, dengan kemungkinan pula adanya bermacammacam mikroba sebagai penyebabnya. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan medis tidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba bakteri. Tingginya aktivitas petugas medis khusunya bagi perawat yang melakukan kontak langsung dengan pasien merupakan faktor utama terpapar langsung oleh bakteri baik yang berasal dari pasien maupun dari lingkungan rumah sakit. Banyaknya jumlah angka kuman pada telapak tangan selain disebabkan kontak dengan pasien, tangan juga dapat terkontaminasi karena sejumlah benda seperti pakaian pasien, tempat tidur pasien maupun berasal dari peralatan medis yang digunakan. Banyaknya jumlah bakteri pada tangan tergantung oleh beberapa faktor, yaitu waktu sejak terakhir mencuci tangan, mempengaruhi komunitas bakteri ditangan. Faktor selanjutnya adalah derajat kontaminasi sesuai dengan kontak. Apabila semakin banyak melakukan kontak baik dengan pasien, dengan petugas medis lain, maupun kontak dengan alat-alat medis, berarti derajat kontaminasinya semakin tinggi dan jumlah mikroorganisme juga semakin banyak. Faktor lainnya adalah derajat kerentanan seseorang terhadap mikroorganisme. Semakin tinggi derajat kerentanan seseorang terhadap mikroorganisme maka anak semakin banyak jumlah mikroorganisme yang singgah. Pada bagian telapak tangan memiliki flora normal yang terdapat di kulit [7]. 4.2. Jumlah angka kuman sesudah mencuci tangan menggunakan metode hand wash Berdasarkan hasil pemeriksaan angka kuman sesudah mencuci tangan menggunakan metode hand wash yaitu dengan menggunakan sabun cair antibakteri diperoleh jumlah angka kuman sebanyak 23.265 CFU/cm 2 dengan jumlah angka kuman terendah sebanyak 0 CFU/cm 2 dan angka kuman tertinggi sebanyak 14.000 CFU/cm 2. Terjadi penurunan jumlah angka kuman dibandingkan dengan jumlah angka kuman sebelum mencuci tangan. Penurunan jumlah angka kuman disebabkan oleh adanya kandungan antimikroba pada sabun sehingga mampu menghambat pertumbuhan jumlah angka bakteri baik bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pemeriksaan jumlah angka kuman pada perlakuan mencuci tangan salah satunya dengan menggunakan sabun. Dari hasil penelitian menggunakan sabun 3,50 CFU/cm 2 dan kelompok kontrol 32,50 CFU/cm2. Angka kuman pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan menggunakan sabun. Hal ini bisa disebabkan oleh kelompok kontrol tidak mengandung zat anti kuman/desinfektan [8]. Tidak seperti sabun biasa, sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang berfungsi sebagai antibakteri. Di dalam sabun, triclosan dan triclocarban merupakan zat antibakteri yang paling sering ditambahkan. Bahan inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada kulit. Ada juga sabun antiseptik yang menggunakan choroxylenol untuk membunuh bakteri. Sabun antiseptik yang baik harus memiliki standar khusus. Pertama, sabun harus efektif menyingkirkan kotoran. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan kulit, karena kulit yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh [9]. 72

4.3. Pengaruh mencuci tangan menggunakan metode hand wash terhadap penurunan jumlah angka kuman. Berdasarkan Hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil nilai p value adalah 0,000 <0.005 artinya terdapat pengaruh mencuci tangan dengan menggunakan metode hand wash terhadap penurunan jumlah angka kuman pada perawat ruang rawat inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Penghitungan angka kuman dapat dilakukan dengan membiakkan kuman yang akan dihitung pada media agar darah. Agar darah merupakan media kaya yang dapat digunakan untuk pertumbuhan kuman baik kuman gram positif maupun gram negatif. Kuman dihitung berdasar jumlah koloni pada daerah tertentu dengan satuan CFU (Coloni Forming Unit)/cm. Pada penghitungan angka kuman ini tidak dibedakan macam koloni. Tiap koloni berasal dari 1 bakteri, sehingga tiap koloni dianggap Penurunan jumlah angka kuman pada telapak tangan pada perawat dipengaruhi oleh tindakan mencuci tangan dengan baik dan benar artinya mencuci tangan menggunakan langkah-langkah sesuai aturan WHO disertai dengan mencuci tangan menggunakan sabun cair antimikroba. Jumlah angka kuman sebelum mencuci tangan sebanyak dan jumlah angka kuman sesudah mencucui tangan sebanyak. Kebiasaan mencuci tangan tidak dengan sabun merupakan faktor risiko kolonisasi bakteri terutama jenis Staphylococcus. Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminalisir dengan cara selalu menjaga kebersihan tangan salah satunya dengan mencuci tangan dengan sabun, artinya mencuci tangan menggunakan sabun menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus [10]. Mencuci tangan dengan sabun mampu mengurangi jumlah koloni pada telapak tangan. Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah. Dari sudut pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang telah ditularkan melalui tangan. Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme ditangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien lain dan dari lingkungan rumah sakit [11]. 5. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode handwash terhadap penurunan jumlah angka kuman pada prawat ruang rawat Inap di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta. Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi oleh petugas kesehatan secara rutin terkait hand hygiene perawat untuk tetap menjaga kebersihan tangan melalui cara mencuci tangan dengan baik dan benar menggunakan sabun disertai teknik cara mencuci tangan menurut WHO agar kebiasaan ini tetap bisa dipertahankan. 73

DAFTAR PUSTAKA [1]. Anies, 2006, Manajemen Berbasis Lingkungan, Gramedia, Jakarta. Hal. 25 [2]. Darmadi, 2010, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya, Salemba Medika, Jakarta. Hal. 1-239 [3]. Marwoto, Kusnanto, Handono, 2007, Analisis Kinerja Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial Di IRNA I RSUP Dr. Sarjito, KMPK UGM [4]. Madrazo, 2009, Effectiveness Of a Training Programe To Improve Hand Hygiene Compliance In Primary Healthcare, BMC Public Health, 9:469, Hal. 1471-2458 [5]. Radji, Suryadi, Ariyanti., 2007, Uji Efektivitas Antimikroba beberapa Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik, Majalah Kefarmasian No.4 Vol. 1, Hal.1-6 [6]. Sugiyono, 2011, Metodologi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung. Hal. 34 [7]. Fierrer, Costello, Gordon, et.al.,2009, Bacterial Variation in Human Body Habitats Across Space and Time, Science 326, Hal. 1694-1697 [8]. Desiyanto, 2013, Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) terhadap Jumlah Angka Kuman. Jurnal Kesmas Vol.7 No.2 Hal.1 [9]. Rachmawati, FJ.,Triyana, S.Y., 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci tangan dengan Beberapa Bahan sebagai Standarisasi Kerja Di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal Logika, 5 (1), DPPM-UII, Yogyakarta. Hal.1-12. [10]. Broto, Vastu Ario., 2010, Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kolonisasi Staphylococcus aureus pada Atlit Taekwondo di Semarang, Artikel Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. [11]. Kemenkes RI, 2011, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta, Cetakan Ke-3 Hal. 21 74