BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

Kota Bandung telah menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

Gambar II.1 bis sekolah gratis kota Bandung (Sumber : Dokumen pribadi 2014)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan transportasi semakin lama semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat kota Padang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sangat tinggi.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 15 SERI E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI MULAI. Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. pintu (doorto door service) menyebabkan angkutan umum kurang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (Wahyuni.R, 2008 ).

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

Transkripsi:

Pertumbuhan Ekonomi (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dikenal sebagai salah satu wilayah Metropolitan sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota cukup besar, hal ini disebabkan Kota Bandung merupakan pusat perdagangan bisnis, pusat pendidikan, ataupun pusat pariwisata di Jawa Barat sehingga menarik minat banyak orang berdatangan. Dilihat dari aspek perekonomian Bandung merupakan salah satu Kota dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi diantara Kota/Kabupaten lainnya di Jawa Barat, seperti yang terlihat dari gambar di bawah ini : 8,34 8,45 8,73 8,98 4,19 6,2 6,48 6,21 Kota Bandung Rata-rata Kota/Kabupaten Prov.Jawa Barat Sumber : Pusat Data dan Analisa pembangunan Jawa Barat Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung dengan Kota/Kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2014 Dilihat dari aspek kependudukan, jumlah penduduk yang ada di Kota Bandung setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, hal ini disebabkan 1

Jumlah Penduduk (Jiwa) 2 oleh angka kelahiran dan perpindahan penduduk dengan berbagai tujuan (pendidikan, perdagangan, dan peningkatan perekonomian keluarga), sehingga Bandung menjadi salah satu daerah dengan jumlah penduduk tertinggi di Jawa Barat. 2.437.874 2.458.503 2.461.931 2.470.802 1.591.881 1.618.843,38 1.649.187,23 1.675.341 Kota Bandung Rata-rata Kota/Kabupaten Prov.Jawa Barat Sumber : BPS, Jawa Barat dalam angka 2015 Gambar 1.2 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Kota Bandung dengan Kota/Kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2014 Dua aspek inilah yang menggambarkan bahwa kota Bandung memiliki aktivitas Kota dengan intensitas yang tinggi, seiring dengan tumbuhnya perekonomian dan pertambahan jumlah penduduk mendorong tingginya pergerakan/mobilitas masyarakat untuk bepergian baik dalam rangka kegiatan bisnis, keperluan keluarga, rekreasi ataupun kegiatan sosial lainnya, sehingga meningkatkan kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi sebagai penunjang pergerakan masyarakat. Putra (2013), menjelaskan bahwa semakin tingginya aktifitas perkotaan, maka akan meningkatkan mobilitas manusia maupun barang sehingga akan meningkatkan kebutuhan akan salah satu sarana dan prasarana Kota, yaitu angkutan atau Transportasi.

3 Kota Bandung sebagai Kota besar di Jawa barat memiliki kebutuhan akan alat transportasi yang tinggi seiring dengan padatnya penduduk dan tumbuhnya perekonomian, sehingga menyebabkan meningkatnya penggunaan kendaraan, perkembangan jumlah kendaraan di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 1.1, yaitu sebagai berikut : No Tabel 1.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor Di Kota Bandung Tahun 2011-2013 Jenis Kendaraan 1 Sepeda motor 703.827 784.726 859.411 2 Mobil penumpang Umum 1.582 1.768 1.977 Pribadi 71.014 72.777 74.445 3 Mobil barang Umum 1.409 1.503 1.560 Pribadi 61.440 61.887 63.314 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung Berdasarkan pada tabel di atas terihat bahwa Penggunaan kendaraan bermotor, baik kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi di Kota Bandung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dimana penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor mendominasi jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandung. Tahun (unit) 2011 2012 2013 Pertumbuhan jumlah kendaraan yang Semakin tinggi, sementara kapasitas infrastrukur jalan sebagai sektor penunjang sangat terbatas, kondisi ini dapat berakibat timbulnya permasalahan transportasi yaitu kemacetan lalu lintas. Kemacetan Menimbulkan inefesiensi ekonomi dimana kerugian yang sangat besar dialami oleh pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan waktu, pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga sehingga biaya

4 transportasi semakin besar, hal ini pula akan berdampak rendahnya kenyamanan berlalulintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara (Atika, 2013). Di Kota Bandung sendiri kemacetan merupakan kejadian yang sering dijumpai setiap harinya, apalagi pada akhir pekan dan hari libur nasional yang panjang, kemacetan merata di seluruh bagian wilayah Kota, penyebab utamanya adalah pertumbuhan kendaraan yang tinggi, terutama kendaraan pribadi, tidak diimbangi dengan prasarana dan sarana pendukung transportasi yang memadai yaitu jaringan jalan. Berikut adalah beberapa kawasan atau jalan yang merupakan titik kemacetan tertinggi di Kota Bandung yang diihat berdasarkan tingkat pelayanan jalan : Tabel 1.2 Tingkat Kepadatan Lalulintas di Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service) pada Tahun 2013 No Ruas Jalan Volume Kapasitas V/C ratio Kategori (smp/jam) 1 Jl. Dr. Djundjunan 5176,25 5750,16 0,900 E 2 Jl. Sukajadi 3090,40 5015,09 0,618 C 3 Jl. HOS Cokroaminoto 3169,95 6015,09 0,527 C 4 Jl. Purnawarman 3625,80 4167,82 0,869 E 5 Jl. Merdeka 5347,25 7610,80 0,703 D 6 Jl. Ibrahim Adjie 5199,00 8006,17 0,639 C 7 Jl. Gatot Soebroto 4714,65 5928,00 0,795 D 8 Jl. Cihampelas 3264,30 5337,70 0,612 C 9 Jl. Setiabudi 3765,40 6015,09 0,626 C 10 Jl. Ahmad Yani 4141,10 6320,80 0,650 C 11 Jl. Ir. Juanda 4161,75 6525,09 0,637 C 12 Jl. Asia Afrika 5133,25 7907,33 0,649 C 13 Jl. LL Re Martadinata 3726,90 5397,89 0,690 C Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung (2013) Keterangan : 0,0-0,19 : Kategori A : Arus bebas, volume rendah, kecepatan tinggi 0,20-0,44 : Kategori B : Arus stabil dan mulai ada pembatasan kecepatan 0,45-0,69 : Kategori C : Arus stabil kenyamanan berkendara turun dan pergerakan dibatasi 0,70-0,84 : Kategori D : Arus mendekati tidak stabil, kecepatan mulai terganggu jalan 0,86-100,00: Kategori E : Terjadi kemacetan lalulintas

5 Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemacetan lalu lintas, melakukan berbagai langkah, seperti menyusun kebijakan, menyusun tindakan, maupun menggarap aspek hukum, hasilnya berupa pembangunan dan pengembangan prasarana, optimalisasi penggunaan ruang jalan, serta penerapan peraturan dan hukum. Walaupun demikian, terlepas dari penilaian terhadap efisiensi dan efektifitas kebijakan serta langkah yang diambil, tampaknya kondisi kemacetan di wilayah perkotaan tidak menunjukkan perubahan yang berarti, karena pada dasarnya tingginya penggunaan kendaraan pribadilah yang menjadi penyebab utama terjadinya kemacetan, menurut Susantono (2014:68), masalah kemacetan hanya dapat dipecahkan dengan beralihnya masyarakat menggunakan kendaraan umum. Jika semakin banyak masyarakat menggunakan kendaraan umum, maka akan semakin efektif pula penggunaan jalan raya. Dengan kata lain, kendaraan umum merupakan solusi utama dalam mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas. Oleh karenanya kebijakan pengembangan angkutan umum harus diarahkan kepada pembangunan transportasi publik berbasis massal yang aman, cepat, nyaman, dan terjangkau oleh daya beli seluruh kelompok masyarakat. Penyenggaraan angkutan umum (massal) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan, dimana setiap Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya pelayanan angkutan umum di setiap wilayahnya masing-masing. Di Bandung sendiri sudah ada beberapa moda transportasi massal yang melayani pergerakan lokal dalam kota, seperti mobil angkutan umum yang dikenal dengan sebutan Angkot ataupun moda

6 angkutan umum berbentuk bis seperti TMB (Trans Metro Bandung) dan Perum Damri. Tabel 1.3 Angkutan Umum bersifat massal di Kota Bandung Tahun 2013 No Nama Jenis Angkutan 1 Angkutan Perkotaan Mobil Penumpang (Angkot) 2 TMB Bis Khusus (Trans Metro Bandung) 3 Perum Damri Bis Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung Transportasi publik berbasis angkutan massal memilki ciri khas yaitu mengangkut penumpang sebanyak mungkin dengan mengedepankan layanan yang aman, cepat, murah, dan nyaman (Susantono, 2014:72), Moda transportasi publik utama dan menjadi andalan Kota Bandung saat ini adalah Bis Damri, Faktor biaya yang relatif murah, dan jarak tempuh yang cukup jauh serta kapasitasnya yang cukup banyak menjadikan angkutan umum bis Kota Damri lebih unggul daripada jenis angkutan umum lainnya, contohnya bila dibandingkan dengan moda transportasi Angkot, yang kapasitasnya lebih kecil dimana hanya dapat mengangkut maksimal 17 penumpang, kemudian hal ini diperparah dengan sikap negatif para pengemudi dan juga rendahnya kualitas pengelolaan dan pelayanan Angkutan kota. Untuk lebih jelasnya berikut adalah kesimpulan perbandingan kualitas layanan antara Angkot dengan bis Damri yang dapat dilihat pada tabel 1.4 :

7 Tabel 1.4 Kesimpulan Penelitian Kualitas Pelayanan Angkutan Umum di Kota Bandung pada Tahun 2014 No Variabel Bis Damri Angkutan Kota 1 Kualitas Layanan Cukup rendah Sangat rendah 2 Sikap awak armada Rendah Sangat rendah 3 Kenyamanan Baik Rendah 4 Kondisi keselamatan dan kesehatan armada Cukup baik Sangat rendah 5 Tarif berdasarkan persepsi Cukup mahal Mahal Masyarakat 6 persyaratan yang belum terpenuhi Sumber : Sony Herdiana ( 2014) - Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh perusahaan - Kotak obat dan isinya - Pemakaian seragam yang memenuhi syarat - Nama perusahaan atau nomor urut perusahaan masih sedikit yang sudah memenuhi syarat - Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh perusahaan - Kotak obat dan isinya - Pemakaian kartu pengenal karyawan yang dikeluarkan pegawai oleh perusahaan - Pemakaian seragam yang memenuhi syarat Moda tranportasi publik lainnya di Kota Bandung yaitu TMB (Trans Metro Bandung), yang baru mulai beroperasi pada tahun 2009. TMB merupakan transportasi publik berbasis angkutan massal yang berkonsep bis khusus atau Bus Rapid Transit (BRT), untuk saat ini terdapat tiga koridor layanan TMB, dimana koridor 1 (Cibiru-Elang) dan koridor 2 (Cicaheum- Cibeureum) operator penyelenggaranya adalah Perum Damri sementara yang menjadi operator koridor 3 (Cicaheum-Sarijadi) adalah PT. Trans Metro Bandung. Menurut UPT TMB Dinas Perhubungan alasan keluarnya Perum Damri sebagai pemenang tender operator TMB adalah berpengalamannya Damri sebagai perusahaan jasa transportasi yang sudah sejak lama beroperasi

8 di Kota Bandung, selain itu Perum Damri juga mampu menjaga situasi kondusif dengan moda transportasi lainnya seperti Angkot. Oleh karena itu sangat wajar apabila Perum Damri dikatakan sebagai Transportasi Publik berbasis angkutan massal yang paling baik di Kota Bandung untuk saat ini. PERUM DAMRI (Perusahaan Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia) cabang Bandung merupakan Salah satu perusahaan milik Pemerintah (BUMN) penyedia jasa angkutan umum berbasis angkutan massal berbentuk bis yang sudah lama ada dan berperan dalam menunjang pergerakan penduduk di Kota Bandung, terbitnya surat Keputusan Walikota Bandung No. 10/85/1978/, menjadi cikal bakal beroperasinya Perum Damri di Kota Bandung. Ada beberapa Jenis pelayanan yang dilayani oleh Perum damri, yaitu terdiri dari layanan UABK (Unit Angkutan Bis Kota), layanan antar Kota dalam Provinsi dan juga layanan angkutan pariwisata atau borongan. Untuk layanan pergerakan lokal atau dalam Kota Bandung sendiri saat ini dilayani oleh layanan bis Kota yang terdiri dari beberapa trayek yaitu sebagai berikut : Tabel 1.5 Trayek Bis Damri yang Melayani Pergerakan Lokal Kota Bandung padatahun 2015 Kode Jumlah Panjang Tarif Lintasan Trayek Bis Armada trayek (Km) (Rp) 01 Cicaheum Cibeureum 23 13 3000 02 Ledeng Leuwipanjang 15 14,5 5000 05 Dipati Ukur Leuwipanjang 11 10 5000 09 Cicaheum Leuwipanjang 32 13,5 5000 11 Cibiru Kebon Kalapa 17 15,3 5000 Sumber : Perum Damri UABK Bandung

9 Damri sebagai Perusahaan penyelenggara jasa angkutan umum milik Pemeritah (BUMN) berbentuk bis kota, diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan perekonomian daerah, melayani mobilitas masyarakat dengan frekuensi pelayanan yang cukup tinggi sehingga kegiatan bisnis dan sosial masyarakat di Kota Bandung dapat diakomodasikan dengan baik. Peranan Perum Damri juga diharapkan mendukung kebijakan Pemerintah terkait penyelesaian masalah kemacetan lalu lintas yakni menyerap pengguna transportasi pribadi beralih menggunakan transportasi umum dalam hal ini yaitu bis Damri. Kondisi yang terjadi pada Kenyataannya adalah Kinerja Perum Damri tidak sesuai dengan apa yang diharapakan, alih-alih menjadi solusi dalam pemecahan masalah kemacetan, justru yang terjadi adalah dihadapkan kepada permasalahan yaitu menurunnya jumlah jasa yang diminta terhadap bis Damri yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.6 Perkembangan Jumlah Penumpang Perum Damri UABK Bandung Periode 2008-2015 No Tahun Jumlah Penumpang (%) Penurunan 1 2008 28.837.875 2 2009 20.966.785 27,3 % 3 2010 19.632.700 6,4 % 4 2011 18,714.889 4,7 % 5 2012 18.046.569 3,6 % 6 2013 16.934.255 6,2 % 7 2014 16.130.022 4,7 % 8 2015 15.553.806 3,6 % Sumber : Perum Damri UABK Bandung

10 Berdasarkan tabel 1.6, tercatat pada tahun 2008 jumlah penumpang yang memakai Bis Damri yaitu 28.837.875 orang, angka ini terus mengalami penurunan hingga hanya 15.553.806 orang pada tahun 2015 yang memakai bis Damri, kondisi ini menunjukan menurunnya minat masyarakat untuk menggunakan Transportasi umum dalam hal ini adalah bis Damri, oleh karena itu perlunya analisis guna mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan masyarakat sebagai pengguna dalam memakai jasa angkutan umum bis Damri, agar diketahui penyebab menurunnya pengguna bis Damri, sehingga dapat ditemukan jawaban yang dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan baik bagi Perum Damri maupun pemerintah mengingat pentingnya peran Damri sebagai transportasi massal yaitu menyerap pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan kendaraan umum guna mengatasi kemacetan. Penurunan jumlah permintaan jasa angkutan umum disebabkan oleh beberapa hal, menurut Aprilyani (2013) menurunnya jumlah pengguna angkutan umum disebabkan oleh faktor mudah dan murahnya akses masyarakat untuk mendapatkan kendaraan pribadi, selain itu faktor rendahnnya kualitas layanan transportasi umum semakin membuat para pengguna lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Menurut Rudi Azis (2014) pada dasarnya permintaan dan pemilihan pemakai jasa transportasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat sifat dari muatan (physical characteristics), determinan harga jasa angkutan itu sendiri, harga jasa angkutan lain, tingkat pendapatan (users), dan karakteristk pelayanan. Sementara itu menurut Nasution dalam Aprilyani (2013) faktor-faktor yang

11 mempengaruhi permintaan jasa angkutan adalah harga jasa angkutan, tingkat pendapatan pengguna, dan citra atau image dari moda transportasi tersebut. Penelitian ini akan menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa pada moda transportasi umum bis Damri, dimana objek studi penelitian ini dilakukan pada salah satu trayek Unit Angkutan Bis Kota (UABK) Damri Bandung yang melayani pergerakan lokal dalam kota, yaitu pada trayek 09 jurusan Cicaheum-Leuwipanjang. Trayek ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : - Jumlah armada yang besar, yaitu sebanyak 32 unit bis siap beroperasi, yang merupakan jumlah armada terbanyak bila dibandingkan dengan Trayek UABK Damri lainnya, sehingga trayek ini mempunyai kesempatan untuk mengangkut penumpang lebih besar. - Titik awal (pemberangkatan) dan akhir (tujuan) trayek ini berada pada dua Terminal utama Kota Bandung, yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang yang merupakan terminal tipe A di Kota Bandung, di terminal ini terdapat moda transportasi umum yang terdiri dari Angkutan dalam kota, Angkutan kota dalam Propinsi dan Angkutan Kota antar Propinsi, sehingga mempunyai aktivitas kendaraan dan manusia yang besar, hal ini merupakan potensi yang sangat besar dalam hal jumlah penumpang yang dapat diangkut oleh trayek bis Damri Cicaheum- Leuwipanjang. - Berada pada jalur strategis yang menghubungkan kawasan Bandung timur dengan Bandung selatan, dengan panjang trayek 13,5 Km dimana jalur

12 yang dilewati trayek ini melintasi kawasan pusat kota dengan intensitas kegiatan tinggi seperti kawasan perdagangan, perkantoran, pendidikan, rekreasi, fasilitas umum dan pemukiman. Berikut adalah ruas jalan yang dilewati oleh trayek Damri Cicaheum-Leuwipanjang : Tabel 1.7 Kawasan dan Ruas Jalan yang dilewati Trayek Cicaheum-Leuwipanjang Tahun 2015 Trayek Lintasan Pergi Pulang Terminal Cicaheum Terminal Leuwipanjang Kawasan Cicadas Jl. Kopo Jl. Ahmad Yani Jl. Pasir Koja Jl. Kiara Condong Jl. Pungkur Jl. Jakarta Jl. Kebon Kalapa Kawasan Stadion Persib Jl. Dewi Sartika Kawasan Kosambi Alun-alun Kota Bandung Cicaheum- Jl. Asia Afrika Jl. Banceuy Leuwipanjang Alun-alun Kota Bandung Jl. ABC Jl. Otista Jl. Naripan Jl. BKR Jl. Sunda Kawasan Tegal lega Jl. Veteran Terminal Leuwipanjang Kawasan Kosambi Jl. Ahmad Yani Kawasan Cicadas Terminal Cicaheum Sumber : Perum Damri UABK Bandung Beberapa karakteristik yang sudah dijelaskan sebelumnya menjadi dasar pertimbangan dan alasan penulis dalam menentukan objek studi yang akan diteliti yaitu pada trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Angkutan Umum Bis Damri Cabang Bandung (Studi Kasus : Trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang).

13 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Perum Damri sebagai moda angkutan umum berbasis massal di kota Bandung merupakan bagian penting dalam sistem trasnportasi perkotaan, peran bis Damri tidak hanya melayani mobilitas pergerakan masyarakat yang cukup tinggi saja, melainkan berperan dalam mendukung pemerintah dalam penyelesaian permasalahan kemacetan yakni menyerap pengguna kendaraan pribadi yang merupakan penyebab utama kemacetan, beralih menggunakan angkutan umum Damri. Pada kenyataannya yang terjadi saat ini adalah Damri dihadapkan kepada permasalahan yaitu jumlah permintaan atau jumlah penumpang yang tiap tahun terus mengalami penurunan, tercatat pada tahun 2008 jumlah penumpang yang memakai Bis Damri yaitu 28.837.875 orang, angka ini terus mengalami penurunan hingga hanya 15.553.806 orang pada tahun 2015 yang memakai bis Damri, kondisi ini menunjukan bahwa minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum Damri berkurang. Oleh karena itu penting untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap angkutan umum Damri, hal ini dapat diketahui dengan cara menganalisis aspek yang dapat mempengaruhi permintaan akan penggunaan jasa angkutan umum bis Damri. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa pada angkutan umum bis Damri, dimana trayek yang akan dijadikan studi dalam penelitian ini adalah

14 Trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang, dikarenakan trayek ini memiliki potensi yang besar dalam hal jumlah penumpang seperti karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu harga/tarif angkutan, tarif angkutan umum lain selain bis Damri, pendapatan pengguna, kepuasan pelayanan dan kepemilikan kendaraan pribadi. Faktor harga dapat menjadi salah satu penentu jumlah permintaan, dimana Kenaikan tingkat harga akan mengurangi permintaan akan jasa yang dipakai. Sejalan dengan hukum permintaan yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat harga maka akan semakin sedikit jumlah permintaan akan barang dan jasa. tarif angkutan pada trayek bis Damri Cicaheum-Leuwipanjang adalah tetap untuk jarak jauh maupun dekat yaitu sebesar Rp. 5000,-. Harga atau tarif yang ditawarkan oleh berbagai moda transportasi umum lain yang merupakan pesaing dapat mempengaruhi permintaan dan pemilihan moda transportasi. Moda transportasi umum lain yang dimaksud adalah Trayek Angkutan Kota dan TMB yang berada sejalur dengan trayek Damri Cicaheum-Leuwipanjang. Pendapatan pengguna adalah pemasukan yang diterima seseorang, hasil dari bekerja. pendapatan menggambarkan seberapa banyak kemampuan pengguna untuk mengonsumsi suatu barang karena besarnya pendapatan menjadi batas seseorang dalam mengonsumsi suatu barang dan jasa, sehingga pendapatan dapat menjadi faktor penentu permintaan.

15 Kepuasan pelayanan menggambarkan Persepsi pengguna akan kualitas layanan yang diberikan Bis Damri, aspek ini menjadi determinan penting diluar harga, sebagai penentu banyaknya seseorang untuk menggunakan jasa bis Damri, kualitas layanan menggambarkan selera pengguna dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu. Kepemilikan kendaraan pribadi dapat menjadi penentu banyaknya seseorang menggunakan jasa bis Damri, dimana pengguna yang memiliki kendaraan pribadi akan memiliki kemudahan untuk mengakses alternatif pilihan moda transportasi daripada yang tidak. Maka dari itu seseorang yang memiliki kendaraan pribadi akan lebih mudah berganti moda transportasi daripada orang yang tidak memilik kendaraan pribadi. Beberapa hal yang telah dijelaskan di atas menjadi fokus penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan jasa angkutan umum bis Damri pada trayek 09 Cicaheum- Leuwipanjang. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana Karakteristik pengguna bis Damri pada Trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang? 2. Bagaimana Pengaruh Faktor tarif angkutan, tarif angkutan umum lain, pendapatan pengguna, kepuasan pelayanan dan kepemilikan kendaraan

16 pribadi terhadap permintaan jasa angkutan umum bis Damri pada Trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menjelaskan Karakteristik pengguna bis Damri pada Trayek 09 Cicaheum-Leuwipanjang. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa pada angkutan umum bis Damri trayek Cicaheum-Leuwipanjang ditinjau dari segi tarif angkutan bis Damri, tarif angkutan umum lain, pendapatan pengguna, kepuasan pelayanan dan kepemilikan kendaraan pribadi. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis/Akademis 1. Sebagai tambahan informasi yang bermanfaat bagi setiap pihak yang terkait dan berkepentingan, dan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan praktis bagi penulis dalam rangka menerapkan teori yang diperoleh sebelumnya dan mengenai tempat yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini 1.4.2 Kegunaan Praktis/Empiris 1. Penelitian ini semoga bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak Perum Damri dan institusi pemerintah terkait dalam

17 menentukan kebijakan yang tepat guna menciptakan sistem transportasi publik yang lebih baik yang mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi 2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana 1 (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.