ANALISIS KADAR NIKOTIN ROKOK HERBAL INDONESIA. Rahmat Nur Hidayat, Adam M. Ramadhan, Rolan Rusli ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) DENGAN METODE FRAP (FERRIC REDUCING ANTIOXIDANT POWER)

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. BAHAN DAN METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 1.1 Alat dan bahan yang digunakan Alat yang digunakan. 1. Spektrofotometri Visible. 2. Magnetic Stirer. 3.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Transkripsi:

i

ANALISIS KADAR NIKOTIN ROKOK HERBAL INDONESIA Rahmat Nur Hidayat, Adam M. Ramadhan, Rolan Rusli ABSTRACT The phenomenon in society today is believing that herbal cigarettes do not have nicotine. To obtain the appropriate information on the content of nicotine in herbal cigarettes, research identification of secondary metabolites, and analysis of nicotine levels in herbal cigarettes conducted using UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 262 nm. The results showed that the content of secondary metabolites in 5 types of herbal cigarettes studied among other alkaloids, phenols, and terpenoids, whereas saponin obtained only on one single type of herbal cigarettes. The nicotine content of herbal cigarettes per each samples A, B, C, D, and E are at 1.127 mg, 0.592 mg, C: 1.538 mg, 0.706 mg, and 1,213 mg. This indicates that samples B and D of herbal cigarettes contain nicotine which is almost the same as the one of a conventional cigarette, while the herbal cigarettes A, C, and E have a nicotine content greater than the conventional cigarette. Key word: herbal cigarette, conventional cigarette, content of nikotin ABSTRAK Fenomena di masyarakat saat ini adalah meyakini bahwa rokok herbal tidak memiliki kandungan nikotin. Untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai kandungan nikotin pada rokok herbal, dilakukan penelitian identifikasi senyawa metabolit sekunder dan analisis kadar nikotin pada rokok herbal dilakukan dengan metode spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 262 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan metabolit sekunder pada 5 jenis rokok herbal yang diteliti antara lain alkaloid, fenol, dan terpenoid, sedangkan saponin hanya diperoleh pada satu jenis rokok herbal. Kandungan nikotin perbatang rokok herbal A, B, C, D, dan E adalah berturut-berturut sebesar 1,127 mg, 0,592 mg, 1,538 mg, 0,706 mg, dan 1,213 mg. Hal ini menunjukkan bahwa rokok herbal B dan D memiliki kandungan nikotin yang hampir sama dengan salah satu rokok konvensional yaitu 0,629 mg. Sementara rokok herbal A, C, dan E memiliki kandungan nikotin yang lebih besar dibandingkan dengan rokok konvensional. Kata kunci: Rokok herbal, rokok konvensional, kadar nikotin PENDAHULUAN Perokok aktif sulit meninggalkan kebiasaan merokok karena kandungan nikotin yang memiliki daya adiktif. Rokok dapat memaksa perokok untuk ketagihan. Bila konsumsi rokok dihentikan, perokok bukannya merasa sehat, melainkan akan timbul rasa sakit dan tidak enak yang disebut withdrawal effect atau sakaw (Subagyo, 2011). Nikotin (C10H14N2), merupakan komponen aktif farmakologis yang utama dari tembakau, Nicotiana tabacum, dan juga ditemukan dalam jumlah banyak pada spesies lain dalam famili Solanaceae. Pada konsentrasi rendah nikotin bersifat merangsang (stimulan) yakni nikotin meningkatkan aktivitas, kewaspadaan, dan memori, dan inilah yang 72

merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada sifat ketergantungan pada rokok tembakau. Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengurangi nafsu makan. Pada dosis yang tinggi nikotin beraksi sebagai depresan/penekan (Satyajit, 2009). Rokok berbahan dasar tembakau mengandung nikotin dengan kadar yang cukup tinggi, oleh sebab itu banyak cara dilakukan untuk mengurangi atau meminimalkan kandungan nikotin tersebut. Salah satu inovasi terbaru ialah rokok herbal yang diolah dengan bahan dasar rempah-rempah dengan kadar nikotin yang diklaim sangat kecil atau bahkan tidak ada. METODE PENELITIAN Alat Peralatan yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Vis, centrifuge, hotplate, magnetic stirer, labu takar, gelas kimia, corong pisah, micropipet digunakan untuk memindahkan, dan timbangan digital. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain sampel rokok herbal dan rokok konvensional, metanol, aquadest, petroleum eter, NaOH 2 M, Zink asetat, dan kalium ferrosianida. Prosedur penelitian Ekstraksi rokok dilakukan dengan metanol yang kemudian diaduk selama 30 menit. Selanjutnya ditambah NaOH 2 M dan aquadest dan diaduk kembali selama 5-10 menit diatas hotplate dengan suhu 70 C. Ditambahkan zink asetat dan kalium ferrosianida sebelum disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang diperoleh ditambah petroleum eter dan dipisahkan menggunakan corong pisah dan diambil fraksi petroleum eter. Penetapan kadar nikotin sampel rokok dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 262 nm. Hasil absorbansi yang diperoleh selanjutnya dapat dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan linier. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari proses pemisahan menggunakan corong pisah, fraksi petroleum eter ditampung dalam vial dan diuapkan pelarutnya sampai habis dan diperoleh nikotin tanpa pelarut. Untuk tahap analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis digunakan metanol sebagai pelarut. Persamaan regresi linier yang diperoleh dari kurva baku nikotin standar dapat dilihat pada gambar 1. Persamaan ini kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi nikotin dan kadar nikotin perbatang rokok. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Peter M. Claiton dkk, absorbansi maksimum nikotin berkisar antara 236-264 nm tergantung kondisi lingkungan asam atau basa. Sehingga dalam penelitian ini digunakan panjang gelombang 262 nm didapat dari hasil running nikotin standar yang digunakan sebagai pembanding. Hasil perhitungan kadar nikotin perbatang rokok dapat dilihat pada tabel 1. 73

Gambar 1. grafik serapan standar nikotin Tabel 1. hasil analisis kadar nikotin Sampel Berat (g) Kadar (mg) M 0,5813 0,629 A 1,4789 1,127 B 0,7328 0,592 C 2,3163 1,538 D 0,8175 0,706 E 1,5009 1,213 Dari data tabel 1 dapat diketahui bahwa berat perbatang rokok tidak mempengaruhi secara linier kadar nikotin yang terkandung dalam setiap kemasan. Hal ini dapat disebabkan oleh simplisia yang digunakan sebagai bahan dasar rokok terdiri dari beberapa campuran herbal dan bentuknya tidak halus sehingga tidak dapat dihomogenkan. Kadar nikotin rokok herbal yang lebih rendah atau mendekati kadar nikotin rokok konvensional hanya sampel B dan D, sedangkan sampel A, C dan E lebih tinggi daripada rokok herbal. PENUTUP Berdasarkan hasil penetapan kadar nikotin diperoleh hasil bahwa rokok herbal B dan D memiliki kandungan nikotin yang hampir sama dengan hasil pengujian kandungan nikotin salah satu rokok konvensional yaitu 0,629 mg. Sementara rokok herbal A, C, dan E memiliki kandungan nikotin yang lebih tinggi dibandingkan rokok konvensional. Padahal kadar nikotin yang tertera pada kemasan rokok herbal sangat rendah bahkan mendekati 0. DAFTAR PUSTAKA 1. Subagyo, Partodiharjo. 2009. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Esensi: Jakarta. 2. Peter M. Clayton, dkk. 2013. Spectroscopic Studies On Nicotine and Nornicotine in the UV Region. CHIRALITY 25:288-293. 74

163