Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 8 ISSN : Pekanbaru, 9 November 2016

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Exposure Check (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut *

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC) *

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Postur Kerja di Area Konstruksi CV. Valasindo dengan Metode Quick Exposure Check

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

RANCANGAN PERBAIKAN MEJA KERJA DENGAN METODE (QEC) DAN ANTROPOMETRI DI PABRIK TAHU SUMEDANG

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

STUDI RESIKO KERJA OPERATOR LABORATORIUM PENGUJIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QEC (QUICK EXPOSURE CHECK) (STUDI KASUS PT.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA KARYAWAN CV ATHAM TOY S MAINAN KAYU (ATMK) DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS dan RULA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

RANCANGAN STASIUN KERJA KRITIS PADA BAGIAN ASSEMBLY DI PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk BERDASARKAN ANALISIS PLIBEL CHECKLIST

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

PERANCANGAN ALAT BANTU OPERATOR PADA PROSES PENCETAKAN BATAKO UNTUK MEMINIMASI RESIKO WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders)

PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING YANG TIDAK ERGONOMIS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA GANGGUAN OTOT PADA OPERATOR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

BAB 2 LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) SEBAGAI DASAR KAJIAN PERANCANGAN ALAT BANTU DI PT. ASIA FORESTAMA RAYA

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

RANCANGAN SISTEM PENANGANAN MATERIAL UNTUK MEMINIMASI RISIKO GANGGUAN SISTEM TULANG DAN OTOT

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMINDAHAN GALON AIR MINERAL (STUDI KASUS: DEPOT AIR MINERAL PEKANBARU)

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih)

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid Upper Limb Assessment (Rula) Sebagai Dasar Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO)

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

Transkripsi:

Usulan Perbaikan Postur Dan Fasilitas Kerja Menggunakan Plibel Checklist Dan Quick Exposure Check (Qec) (Studi Kasus: Home Industry Pembuatan Tahu Kusnadi) Nofirza 1, Suci Anisa Hermayu 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau Jl. HR Subrantas No. 155 Km 15 Panam Pekanbaru Riau e-mail: nofirza@uin-suska.ac.id Abstrak Usaha Tahu Kusnadi merupakan industri kecil menengah yang bergerak dibidang produksi tahu, dimana sebagian besar aktivitas produksinya dilakukan secara manual. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi postur kerja operator dan memberikan usulan perbaikan fasilitas kerja, sehingga dapat meminimasi bahaya postur kerja yang tidak baik (awkward posture). Penelitian diawali dengan mengidentifikasi dan menilai postur kerja operator dengan metode PLIBEL Checklist dan Quick Exposure Check (QEC). Berdasarkan hasil dari penilaian kuesioner PLIBEL Checklist, diketahui bahwa bagian leher, bahu dan punggung bagian atas mengalami keluhan musculoskeletal terbesar dengan nilai untuk operator Kusnadi sebesar 34,62% dan operator Dian sebesar 30,77%. Berdasarkan perhitungan QEC, diperoleh nilai exposure level operator pada stasiun pencetakan sebesar 68,18%, pada stasiun penyaringan sebesar 69,31%, dan pada stasiun pemotongan sebesar 56,81%, sehingga postur kerja pada ketiga stasiun kerja tersebut perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan yang diusulkan dengan memunculkan perancangan ulang fasilitas kerja, yaitu perancangan meja kerja operator dan alat bantu berupa balok dan bidang miring pada tong penyaringan memperhatikan data antropometri. Dengan diaplikasikannya hasil perancangan ini, diharapkan aktifitas kerja dengana akward postur dapat dihilangkan, sehingga dapat mengantisipasi munculnya cidera pada operator. Kata kunci: pengukuran beban postur kerja, PLIBEL checklist, Quick Exposure Check (QEC) Abstract Kusnadi's tofu industry is a small-medium industry which engaged in tofu production, where almost all of the production activities doing manually. This research was conducted to evaluate the operator's working posture and make a proposal to repair working facilities towards a working process to minimize the awkward postures. Based on assessment PLIBEL Checklist and Quick Exposure Check (QEC) to operators, it's known that part of neck, shoulders and upper back are having the highest musculoskeletal complaints with 34,62% for Kusnadi's and 30,77% for Dian's. And according to QEC calculation, the score of operator's exposure level at printing station retrieved about 68,18%, at filtering station about 69,31%, and at the cutting station about 56,81%, thus the working posture on that three station need to improve. Results of this research is a proposal in the form of redesign the working facilities, i.e work desk for operators and designing tool in the form of beams and incline at filtering drum using anthropometry data to reduce the occurrence of injury to the operator. Keywords: measurement the load of working posture, PLIBEL checklist, Quick Exposure Check (QEC) 1. Pendahuluan Aktifitas Manual Material Handling dalam pekerjaan industri diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang belakang (low back pain), akibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah dalam bekerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban kerja yang berat, postur kerja yang salah, pengulangan pekerjaan yang tinggi, dan adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh. Faktor- 379

faktor ini jika dilakukan secara terus menerus akan berakibat buruk pada kondisi kesehatan pekerja terutama dalam jangka waktu panjang. Usaha tahu Kusnadi merupakan industri kecil menengah yang memproduksi tahu. Usaha tahu Kusnadi ini merupakan usaha keluarga yang telah berdiri sejak tahun 1996, dengan aktivitas proses produksi tahu yang masih menggunakan tenaga manusia atau sebagian besar aktivitas produksinya dilakukan secara manual, seperti pada proses pencucian dan perendaman kacang kedelai, penyaringan, pencetakan dan proses pemotongan tahu. Usaha tahu Kusnadi memiliki empat operator yang bekerja pada usaha tersebut. Berdasarkan pengamatan pada lantai produksi tahu, operator banyak melakukan pekerjaan yang tidak ergonomi, seperti operator membungkuk (bending) pada saat mengaduk sari kedelai yang sudah disaring di dalam tong. Operator membungkuk (bending) pada saat menyiapkan alat cetakan tahu. Operator membungkuk (bending) dan memutar (twisting) pada saat akan memasukkan sari kedelai yang sudah disaring ke dalam cetakan. Operator membungkuk (bending) pada saat melakukan pemotongan tahu dan pada saat memindahkan tahu ke dalam wadah (jerigen). Operator mengangkat dan menurunkan (lifting and lowering) tiga balok pengepresan dengan berat masing-masing balok sebesar 5 kg yang digunakan untuk mengepres cetakan tahu. Berikut adalah postur kerja operator dibeberapa stasiun kerja. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Contoh awkward posture pada Usaha Tahu Kusnadi Gambar di atas menunjukkan aktivitas membungkuk (bending) lebih banyak dilakukan pada tiga stasiun kerja, yaitu stasiun penyaringan, stasiun pencetakan dan stasiun pemotongan, dengan besar sudut pada stasiun penyaringan yaitu 65, pada stasiun pencetakan sebesar 85 dan besar sudut pada stasiun pemotongan yaitu 40. Postur Kerja Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders dan sistem tubuh yang lain Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut [9]. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini, akan menyebabkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh [6]. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian musculoskeletal [10]. Musculoskeletal Disorder Keluhan musculoskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (musculoskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan musculoskeletal sering juga dinamakan MSDs 380

(Musculoskeletal disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion Injury). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu [5]: 1. Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, diharapkan akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus belanjut. Metode PLIBEL Checklist Metode PLIBEL dibuat oleh Dr. Kemmlert, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya cidera otot yang dapat menimbulkan efek berbahaya. Pada metode PLIBEL terdapat checklist sederhana untuk menilai terjadinya risiko cidera otot saat bekerja yang dihubungkan dengan stasiun kerja. Metode PLIBEL Checklist diterapkan untuk mengetahui bagian tubuh yang mengalami keluhan musculoskeletal terbesar (yaitu neck shoulder, upper back, elbows, forearm, hands, feet, knees and hips, dan low back). Penyebaran kuesioner PLIBEL Checklist dilakukan kepada operator stasiun kerja kritis untuk menentukan bagian tubuh kritis. Kemudian dilakukan analisa faktor risiko cedera musculoskeletal disorders dengan metode PLIBEL Checklis dengan melihat kembali pertanyaan pada data PLIBEL Checklist yang memiliki jawaban ya untuk setiap bagian tubuh, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan bagian tubuh mengalami tingkat risiko cedera, akibat yang dapat ditimbulkan oleh faktor tersebut, dan usulan yang dapat dilakukan [2]. Metode Quick Exposure Check (QEC) Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode pengukuran beban postur yang diperkenalkan oleh Dr.Guanyang Li dan Peter Buckle. Quick Exposure Check (QEC) digunakan untuk mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder) yang menitik beratkan pada tubuh bagian atas yaitu punggung, leher, lengan, bahu, dan pergelangan tangan. Kelebihan dari metode ini adalah mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang pengamat dan juga operator itu sendiri. Hal ini dapat memperkecil bias penilaian subjektif dari pengamat [4]. Quick Exposure Check (QEC) memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC merupakan suatu metode untuk penilaian terhadap risiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot di tempat kerja. Quick Exposure Check (QEC) membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs seperti gerak repetitive, gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja. Konsep dasar dari metode ini adalah mengetahui seberapa besar exposure score untuk bagian tubuh tertentu yang dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Exposure score dihitung untuk masing-masing bagian tubuh dengan mempertimbangkan ± 5 kombinasi atau interaksi, misalnya postur dengan gaya atau beban, pergerakan dengan gaya atau beban, durasi dengan gaya atau beban, postur dengan durasi, pergerakan dengan durasi. Perhitungan Nilai Exposure Level Berdasarkan Metode Quick Exposure Check (QEC). E (%) =. 100% 2. Metodologi Penelitian Pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data-data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: 1. Data Primer, yaitu data hasil observasi mengenai data postur kerja dan data keluhan operator. 2. Data Sekunder, yaitu data pendukung penelitian, seperti profil perusahaan, profil dan jumlah pekerja (4 orang) di Home Industry Pembuatan Tahu Kusnadi di Perawang. Penelitian ini melalui beberapa tahap, seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data diawali dengan menganalisa postur kerja berdasarkan PLIBEL Checklist dan memberikan penilaian Postur Kerja Berdasarkan Quick Exposure Check, 381

sehingga didapatkan nilai Exposure Level Berdasarkan Metode Quick Exposure Check. Nilai ini menjadi dasar untuk tindakan berikutnya, apakah perlu dilakukan tindakan perbaikan atau tidak. Mulai Studi Pendahuluan 1. Observasi 2. Wawancara Pengumpulan Data: 1. Data Primer 2. Data Sekunder - Data Postur Kerja - Profil Perusahaan - Data Keluhan Pekerja - Populasi Penelitian Pengolahan Data Menganalisa postur kerja berdasarkan PLIBEL Checklist Melakukan penilaian postur kerja berdasarkan Quick Exposure Checklist Perhitungan nilai exposure score berdasarkan lembar skor QEC Perhitungan nilai exposure level berdasarkan Metode Quick Exposure Check (QEC) Mengelompokkan postur kerja ke action level metode QEC Perancangan Fasilitas Kerja Analisa Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2. Flowchart Tahapan Penelitian 3. Hasil dan Analisa 3.1. Penyebaran Kuesioner PLIBEL Checklist Kuesioner PLIBEL Checklist disebarkan pada operator kritis (operator yang memiliki keluhan musculoskeletal terbanyak) yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Tabel 1. Contoh rekap hasil Kuesioner PLIBEL Checklist Operator Kusnadi Skor Faktor Resiko Cidera Otot Leher, Bahu, dan Siku, Lengan Lutut dan Punggung Kaki Punggung Bag. Atas Bawah, Tangan Pinggul Bag. Bawah Jumlah Y 9 3 1 0 3 Total Pertanyaan 26 11 8 8 21 Persentase 34,62% 27,27% 12,5% 0% 14,29% Skor Lingkungan/Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Organisasi Jumlah Y 3 Total Pertanyaan 10 Persentase 30% 3.2. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Quick Exposure Check Data dokumentasi yang diperoleh (data postur kerja) dilakukan penilaian menggunakan metode Quick Exposure Check dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Penyebaran Kuesioner Quick Exposure Check kuesioner Quick Exposure Check, yang terdiri dari kuesioner observer (pengamat) dan kuesioner operator kepada empat operator yang bekerja di tiga stasiun kerja pembuatan tahu Kusnadi, yaitu stasiun pencetakan, penyaringan dan pemotongan 382

Stasiun Kerja Pencetakan Pemotongan Stasiun Kerja Pencetakan Pemotongan Tabel 2. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Observer Pergelangan Punggung Bahu/Lengan Operator Tangan 1 2 1 2 1 2 Leher 1 A3 B4 C1 D3 E2 F1 G3 2 A3 B4 C1 D3 E2 F1 G3 3 A3 B3 C3 D3 E2 F2 G3 4 A3 B3 C3 D3 E2 F2 G3 3 A2 B3 C2 D3 E1 F1 G3 4 A2 B3 C2 D3 E1 F1 G3 Tabel 3. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Operator Operator Pertanyaan H I J K L M N O 1 H1 I3 J3 K1 L1 M1 N2 O1 2 H1 I3 J3 K1 L1 M1 N2 O1 3 H1 I3 J2 K1 L1 M1 N2 O1 4 H1 I3 J2 K1 L1 M1 N2 O1 3 H1 I3 J1 K1 L1 M1 N1 O1 4 H1 I3 J1 K1 L1 M1 N1 O1 Berikut ini adalah hasil dari perhitungan nilai exposure score untuk operator 1, yang bekerja pada stasiun pencetakan (Gambar 3). Dari hasil perhitungan nilai exposure score operator 1, diperoleh total skor pada punggung sebesar 36, total skor pada bahu/lengan sebesar 30, total skor pergelangan tangan sebesar 38 dan total skor leher sebesar 16. Exposure Score Operator: 1 Hari/Tanggal: Sabtu, 30 April 2016 Punggung Bahu/Lengan Pergelangan Tangan Leher Posisi Punggung (A) & Beban (H) Tinggi (C) & Beban (H) Gerakan Berulang (F) & Kekuatan (J) Posisi Leher (G) & Durasi (I) A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3 H1 2 4 6 H1 2 4 6 J1 2 4 6 I1 2 4 6 H2 4 6 8 H2 4 6 8 J2 4 6 8 I2 4 6 8 H3 6 8 10 H3 6 8 10 J3 6 8 10 I3 6 8 10 H4 8 10 12 Scor H4 8 10 12 Score Score Score 6 10 6 e 1 2 1 1 1 Posisi Punggung (A)&Durasi (I) Tinggi (C) & Durasi (I) Gerakan Berulang (F) & Durasi (I) Kebutuhan Visual (K) & Durasi (I) A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 K1 K2 I1 2 4 6 I1 2 4 6 I1 2 4 6 I1 2 4 I2 4 6 8 I2 4 6 8 I2 4 6 8 I2 4 6 I3 6 8 10 I3 6 8 10 I3 6 8 10 Score I3 6 8 10 Score 2 6 Score 2 6 2 6 Score 2 Durasi (I) & Beban (H) Durasi (I) & Beban (H) Durasi (I) & Kekuatan (J) Total skor leher = Total skor 1 sampai 2 16 Mengemudi I1 I2 I3 I1 I2 I3 I1 I2 I3 L1 L2 L3 H1 2 4 6 H1 2 4 6 J1 2 4 6 1 4 9 H2 4 6 8 H2 4 6 8 J2 4 6 8 Total Mengemudi 1 H3 6 8 10 H3 6 8 10 J3 6 8 10 H4 8 10 12 H4 8 10 12 10 6 Score 3 6 Score 3 Score 3 Untuk pekerjaan statis gunakan scoring 4 Untuk pekerjaan manual handling gunakan scoring 5 dan 6 Posisi Statis (B) & Durasi (I) Posisi PergelanganTangan (E) & Kekuatan (J) Getaran B1 B2 E1 E2 M1 M2 M3 I1 2 4 J1 2 4 1 4 9 I2 4 6 J2 4 6 Total Getaran 1 I3 6 8 J3 6 8 Score 4 8 Score 4 Frekuensi (B) & Beban (H) Frekuensi (D) & Beban (H) Posisi Pergelangan Tangan (E) & Durasi (I) Kecepatan Bekerja B3 B4 B5 D1 D2 D3 E1 E2 N1 N2 N3 H1 2 4 6 H1 2 4 6 I1 2 4 1 4 9 H2 4 6 8 H2 4 6 8 I2 4 6 Total Kec. Bekerja 4 H3 6 8 10 H3 6 8 10 I3 6 8 H4 8 10 12 H4 8 10 12 8 4 Score 5 6 Score 4 Score 5 Frekuensi (B) & Durasi (I) Frekuensi (D) & Durasi (I) Stress B3 B4 B5 Score 6 D1 D2 D3 Score 5 O1 O2 O3 O4 383

I1 2 4 6 I1 2 4 6 1 4 9 16 I2 4 6 8 I2 4 6 8 Total Stress 1 I3 8 10 12 I3 6 8 10 10 10 Total skor punggung = Total skor 1 sampai 4 atau total skor 1 sampai 3 ditambah skor 5 dan 6 Total skor bahu/lengan = Total skor 1 sampai 5 Total skor pergelangan tangan = Total skor 1 sampai 5 36 30 38 Gambar 3. Lembar Skor QEC Operator 1 pada Stasiun Pencetakan Adapun hasil rekapitulasi nilai exposure score dari keempat operator yang bekerja di Usaha Tahu Kusnadi. Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Exposure Score Nilai Exposure Score di Stasiun Kerja Anggota Tubuh yang Diamati Pencetakan Pemotongan Op. 1 Op. 2 Op. 3 OP. 4 Op. 3 Op. 4 Punggung (Statis) - - - - - - Punggung (Bergerak) 36 36 32 32 28 28 Bahu/Lengan 30 30 38 38 34 34 Pergelangan Tangan 38 38 36 36 22 22 Leher 16 16 16 16 16 16 Total Nilai Exposure Score 120 120 122 122 100 100 b. Perhitungan Nilai Exposure Level Berdasarkan Metode Quick Exposure Check (QEC) Berdasarkan hasil dari nilai exposure score, maka selanjutnya dilakukan perhitungan nilai exposure level. Berikut ini adalah perhitungan nilai exposure level untuk masing-masing operator yang bekerja di Usaha Tahu Kusnadi. Stasiun Pencetakan 1) Operator 1 E (%) = X 100% 0 E (%) = X 100% 76 E (%) = 0,6818 X 100% E (%) = 68,18% Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Exposure Level Stasiun Kerja Operator Nilai Exposure Level Rata-rata Exposure Level Tiap Stasiun Kerja Pencetakan Pemotongan 1 68,18% 2 68,18% 3 69,31% 4 69,31% 3 56,81% 4 56,81% 68,18% 69,31% 56,81% c. Pengelompokkan Postur Kerja ke Action Level Metode QEC Hasil dari nilai exposure level dikelompokkan berdasarkan action level metode Quick Exposure Check (QEC). Adapun action level untuk postur kerja setiap operator yang bekerja di Usaha Tahu Kusnadi adalah sebagai berikut. Stasiun Kerja Pencetakan Pemotongan Tabel 6. Rekapitulasi Action Level Postur Kerja Operator Nilai Operator Exposure Level 1 68,18% 2 68,18% 3 69,31% 4 69,31% 3 56,81% 4 56,81% Rata-rata Exposure Level Tiap Stasiun Kerja 68,18% 69,31% 56,81% Action Level Perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan Perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan Perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan 384

3.3 Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Terdapat enam postur kerja operator pada ketiga stasiun kerja yang perlu dilakukan perbaikan. Adapun postur kerja operator tersebut adalah sebagai berikut. Gambar 4. Kondisi Awal Postur Kerja Stasiun Gambar 5. Kondisi Perbaikan Postur Kerja Stasiun Gambar 5 menunjukkan usulan perbaikan pada postur kerja, yaitu dengan melakukan perancangan alat bantu berupa balok dan bidang miring, sehingga operator tidak lagi bekerja dengan posisi punggung yang membungkuk dan leher yang menunduk. Gambar 6. Kondisi Awal Postur Kerja Stasiun Pencetakan 1 Gambar 7. Kondisi Perbaikan Postur Kerja Stasiun Pencetakan 1 Gambar 7 menunjukkan usulan perbaikan dengan perancangan ulang pada meja kerja dengan menggunakan data antropometri operator sehingga posisi kerja operator tidak membungkuk dan menunduk lagi. Gambar 8. Kondisi Awal Postur Kerja Stasiun Pencetakan 2 Gambar 9. Kondisi Perbaikan Postur Kerja Stasiun Pencetakan 2 Posisi kerja operator pada saat akan memasukkan sari kedelai kedalam cetakan yang terlalu membungkuk dan menunduk, diperbaiki dengan melakukan perancangan alat bantu berupa balok dan bidang miring pada tong penyaringan, sehingga pada saat akan memasukkan sari kedelai kedalam cetakan, operator tidak lagi bekerja dengan posisi kerja yang membungkuk dan menunduk, seperti yang terlihat pada Gambar 9. 385

Gambar 10. Kondisi Awal Postur Kerja Stasiun Pencetakan 3 Gambar 11. Kondisi Perbaikan Postur Kerja Stasiun Pencetakan 3 Posisi kerja operator pada saat menuangkan sari kedelai kedalam cetakan, yang membungkuk dan menunduk, diperbaiki dengan perancangan ulang pada meja kerja yang digunakan mempertimbangkan data antropometri operator. Gambar 12. Kondisi Awal Postur Kerja Stasiun pemotongan Gambar 13. Kondisi Perbaikan Postur Kerja Stasiun Pemotongan Gambar 13. menunjukkan perbaikan sistem pada saat operator memotong tahu, menjadi tidak membungkuk dan posisi leher operator tidak menunduk lagi dengan penambahan meja kerja yang memperhatikan data antropometri. Berdasarkan hasil analisa dan perbaikan yang dilakukan diperoleh usulan rancangan perbaik seperti pada Gambar 14 berikut: (a) (b) Gambar 14. Usulan fasilitas kerja (a) Meja Kerja Ergonomi, (b) Alat Bantu Balok dan Bidang Miring 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai exposure level (postur kerja) operator pada stasiun penyaringan, yaitu 69,31%, pada stasiun pencetakan 68,18%, dan pada stasiun pemotongan 56,81%. Berdasarkan Tabel Action Level, postur kerja pada ketiga stasiun kerja tersebut termasuk dalam kategori perlu dilakukan perbaikan atau perubahan terhadap postur kerja. Berdasarkan hasil pengolahan data, dilakukan perbaikan fasilitas kerja (meja kerja) dengan menggunakan data antropometri dan perancangan alat bantu berupa alas berbentuk 386

balok dan bidang miring (alternatif 1) dan alat bantu berupa balok menggunakan roda (alternatif 2) yang digunakan pada tong sari kedelai. Adapun ukuran meja kerja tersebut, yaitu panjang meja 252,34 252 cm, lebar meja 68 cm dan tinggi meja 99,25 99 cm. Sedangkan ukuran untuk balok, yaitu panjang 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 49,25 49 cm. Ukuran untuk bidang miring, yaitu tinggi bidang miring 49,25 49 cm, alas 80 cm dan panjang sisi miring 93,94 94 cm, dengan besar sudut kemiringan yaitu 3,4. Referensi [1] Adha, E. R., Yuniar., dan Desrianty, A. Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC). Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol. 02 No. 04, pp. 108-120. 2014. [2] Barley, N. R., dan Aribowo, B. Perancangan Perbaikan Stasiun Kerja Pemasangan Granito Menggunakan Analisis Metode PLIBEL Checklist di PT. Louserindo Megah Permai. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2015. [3] Charoonsri R, N., Mardi, S. D., dan Alexander, F. Identifikasi Risiko Ergonomi pada Stasiun Perakitan Daun Sirip Diffuser di PT. X. Jurnal Teknik Industri UNDIP. Vol. III No. 02, pp. 108-117. 2008. [4] Ilman, A., Yuniar., dan Helianty, Y. Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Exposure Check (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol. 01 No. 02, pp. 120-128. 2013. [5] Mas idah, E., Fatmawati, W., dan Ajibta, L. Analisa Manual Material Handling (MMH) dengan Menggunakan Metode Biomekanika untuk Mengidentifikasi Resiko Cidera Tulang Belakang (Musculoskeletal Disorder). Jurnal Fakultas Teknologi Industri UNISSULA. Vol. XLV No. 119, pp. 37-56. 2009. [6] Mufti, D., Suryani, E., dan Sari, N. Kajian Postur Kerja pada Pengrajin Tenun Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol. 12 No. 01, pp. 62-72. 2013. [7] Nurmianto, E. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya. 2008. [8] Oesman, T. I., dan Simanjuntak, R. A. Analisis Postur Kerja dengan Risk Assessment Methods pada Penambang Pasir. Proceeding Se in r N sion l Industri l Services, pp. 72-80. 2011. [9] Simanjuntak, R. A. Penilaian Faktor-faktor Resiko pada Saat Melakukan Pekerjaan dengan Metode Manual Task Risk Assessment. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNASTI) Periode III, pp. 136-143. 2012. [10] Susihono, W., dan Prasetyo, W. Perbaikan Postur Kerja untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal dengan Pendekatan Metode OWAS. Spektrum Industri. Vol. 10 No. 01, pp. 70-81. 2012. [11] Wignjosoebroto, S. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya. Surabaya. 2008. [12] Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., dan Tjakraatmadja, J. H. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri ITB. Bandung. 1979. 387