Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick

USUL UBER HKI METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

Pati ubi kayu (tapioka)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENGARUH PENAMBAHAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas Var. Ayamurasaki) TERHADAP KARAKTERISTIK SUMPING S K R I P S I

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

OPTIMASI PROSES PENGERINGAN GRITS JAGUNG DAN SANTAN SEBAGAI BAHAN BAKU BASSANG INSTAN, MAKANAN TRADISIONAL MAKASSAR HERNAWATY HUSAIN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

I PENDAHULUAN. Pasta sebagai salah satu sumber karbohidrat merupakan jenis produk pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam di daerah perladangan.

TANAMAN PENGHASIL PATI

REKAYASA BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR CAMPURAN TEPUNG TALAS, TEPUNG MAIZENA DAN UBI JALAR

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

KAJIAN PERAN BAHAN PEMUTIH NATRIUM PIROPOSPHATE (Na 2 H 2 P 2 O 7 ) TERHADAP PROSES PEMBUATAN TEPUNG UBI JALAR. Tjatoer Welasih 1) dan Nur Hapsari1 )

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

Transkripsi:

KAJIAN OPTIMASI PROSES PENGOLAHAN PRODUK BERAS INSTAN UBI JALAR (Ipomoea batata L.) VARIETAS SHIROYUTAKA [Optimization of Production Process for Shiroyutaka Sweet Potato Instant Rice] Nurbani Kalsum 1), Beni Hidayat 1) dan Surfiana 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) 703995) ABSTRACT The objective of this research was to optimize the product of Shiroyutaka sweet potato instant rice processing. This research was done in three steps of optimation process. The first step was the addition of water with the ratio of 1:1.5, 1:2, and 1:3, the second step was the temperature of added water, and the third step was the binder compound addition (0, 5, and 10%). The results indicated that the optimal characteristic of instant rice was obtained by addition of 5% tapioca, addition of hot water to form a dough, forming, cooking in rice cooker until it gets cooked, drying in the form of plate, and milling. The product had the composition of 6.68% water, 82,78% of total carbohydrate, 1,73% of protein, 1,38% of fat, 5,84% of fiber, and 1,59% of ash. This product required 5 minute preparation and consumer acceptable score of 3.80. Keywords: Instant rice, sweet potato, Shiroyutaka. PENDAHULUAN Ubi jalar merupakan salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan. Untuk menjadikan ubi jalar sebagai makanan pokok pilihan, tentu perlu dilakukan diversifikasi produk olahan ubi jalar. Produk-produk berbasis tepung dan pasta ubi jalar yang bisa dikembangkan, antara lain mie, french fries, sweet potato flake (SPF), produk bakery, nasi, jus, es krim dan produk-produk lainnya dari ubi jalar. Upaya diversifikasi produk olahan pangan dengan memanfaatkan sumbersumber karbohidrat non beras dapat dilakukan dalam bentuk beras instan yang berbahan baku non beras (Bahar dan Sulandjari, 2003; Hidayat et al., 2004). Beras instan ubi jalar adalah beras ubi jalar yang siap dimasak menjadi nasi ubi jalar instan. Produk ini dibuat melalui proses penggilingan ubi jalar yang diikuti dengan proses pre-gelatinisasi (pre-cooking) dan pengeringan. Produk nasi ubi jalar instan telah diuji dan dapat diterima secara organoleptik oleh konsumen (Heriyanto dan Winanto, 1999). Karakteristik suatu bahan baku sangat menentukan kesesuaian bahan baku tersebut sebagai sumber pangan karbohidrat alternatif. Hasil penelitian Hidayat et al. (2007) menunjukkan tepung ubi jalar jepang (var. Shiroyutaka) memiliki berbagai kesesuaian karakteristik untuk dikembangkan pemanfaatannya lebih lanjut sebagai sumber pangan karbohidrat alternatif. Karakteristik yang dimiliki antara lain kandungan karbohidrat yang tinggi (85,33 % db) dengan kandungan pati 66,27% (db), warna tepung yang cukup putih dengan derajat keputihan sebesar 78,82, kandungan amilosa yang tinggi (rasio amilosa : Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 85

amilopektin = 69,82 : 30,18) serta memiliki daya cerna yang sangat tinggi (84,78%). Pada proses pembuatan beras instan dari ubi jalar jepang, senyawa pengikat (binder) berupa pati merupakan komponen penting agar adonan ubi jalar dapat direstrukturisasi dan dicetak menyerupai beras. Hidayat et al. (2004) melaporkan bahwa penambahan pati ubi kayu (tapioka) sebesar 20% pada pembuatan beras instan dari jagung akan menghasilkan produk dengan karakteristik organoleptik dan eating palatability yang paling disukai. Penelitian bertujuan untuk melakukan optimasi proses pengolahan produk beras instan berbahan baku tepung ubi jalar. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan baku utama yang digunakan adalah tepung ubi jalar var. Shiroyutaka dan pati ubi kayu. Tepung ubi jalar didapatkan dari ubi jalar varietas Shiroyutaka umur panen 4 bulan yang diperoleh dari PT Toyota Bio Indonesia, Lampung sedangkan pati ubi kayu yang digunakan dengan merek dagang Gunung Agung serta bahan-bahan tambahan lainnya, diperoleh dari Toko Sinar Alam Bandar Lampung. Tepung ubi jalar diperoleh melalui tahapan pengupasan kulit, pengecilan ukuran dengan cara pengirisan hingga ketebalannya ± 5 cm, perendaman dalam larutan sulfit 3000 ppm selama 10 menit, pengeringan menggunakan alat pengering kabinet pada suhu 70 0 C dengan kecepatan udara pengering 230-240 m/detik selama 12 jam, penepungan menggunakan alat penepung Hummer Mill, dan pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh. Komposisi kimia dan karakteristik fisikokimia tepung ubi jalar yang digunakan, disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Komposisi kimia tepung ubi jalar varietas Shiroyutaka (per 100 g bahan) Jumlah Jumlah Komponen (basis berat basah) (basis berat kering) Air (g) 11,82 ± 0,30 13,40 ± 0,34 Protein (g) 3,99 ± 0,19 4,52 ± 0,22 Lemak (g) 2,13 ± 0,14 2,42 ± 0,19 Karbohidrat (g) 75,24 ± 1,31 85,33 ± 1,58 Pati (g) 58,42 ± 0,89 66,25 ± 0,92 Serat (g) 2,83 ± 0,27 3,21 ± 0,30 Abu (g) 3,99 ± 0,17 4,52 ± 0,19 Kalsium/Ca (mg) 0,26 ± 0,01 0,29 ± 0,01 Fosfor/P (mg) 0,62 ± 0,05 0,70 ± 0,07 Ferum/Fe (mg) 1,13 ± 0,11 1,28 ± 0,15 Vitamin A (SI) 20,83 ± 0,62 23,62 ± 0,064 Vitamin B1 (mg) 0,22 ± 0,01 0,25 ± 0,01 Vitamin C (mg) 1,94 ± 0,09 2,20 ± 0,10 Energi (kalori per gram) - 3779 ± 5,5 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 86

Tabel 2. Karakteristik fisikokimia tepung ubi jalar Shiroyutaka Parameter Karakteristik Nilai Warna (metode whitenessmeter) 78,82 ± 0,52% Daya serap air (metode sentrifugasi) 1,25 g/g (± 0,12) Rasio amilosa : amilopektin pati (69,82 : 30,18) Profil amilograf pati Suhu gelatinisasi awal 78 o C, suhu gelatinisasi puncak 90 o C, viskositas maksimum 1010 BU Bentuk dan ukuran granula pati Bulat, 2-4 mikron Daya cerna pati (metode invitro) 84,78 ± 0,03% Peralatan yang digunakan antara lain adalah ayakan standar Tyler 80 mesh, alat penepung tipe hummer mill, pengering kabinet, spektrofotometer spectronic 20 (Bauch & Lomb, New York, USA), mikroskop polarisasi Olympus PM-10 ADS, whiteness-meter C-100, dan brabender amilograp tipe 20 DN. Metode Tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut. a. Optimasi proses pembuatan beras instan metode I. Pembuatan beras instan metode I dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : penambahan air dengan perbandingan (1 : 1,5), pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan penggilingan hingga diperoleh nasi ubi jalar instan. b. Optimasi proses pembuatan beras instan metode I (rasio penambahan air 1 : 2). c. Optimasi proses pembuatan beras instan metode I (rasio penambahan air 1 : 3). d. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II. Pembuatan beras instan metode I dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : penambahan air secukupnya hingga bisa dibentuk adonan, pencetakan, pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan penggilingan hingga diperoleh nasi ubi jalar instan. e. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II (air yang digunakan untuk membentuk adonan dalam bentuk air panas). f. Optimasi proses pembuatan beras instan metode II (air yang digunakan untuk membentuk adonan dalam bentuk air panas, dan dilakukan penambahan tapioka dengan prosentase penambahan 0%, 5%, dan 10%). g. Analisis produk, terdiri dari pengujian kesempurnaan gelatinisasi, sensoris dan proksimat. h. Pengujian derajat kesempurnaan gelatinisasi dilakukan dengan metode mikroskop polarisasi dengan cara membandingkan kondisi granula pati tepung (sebelum proses pengolahan) dan granula pati produk beras instan (setelah proses pengolahan). Pemilihan optimasi proses pengolahan terbaik didasarkan pada perlakuan yang memiliki karakteristik orgnoleptik (warna, tekstur, eating quality, dan penampakan) terbaik yang didukung waktu penyiapan yang singkat (instan) dan tingkat kematangan yang baik. Pengujian karakteristik dilakukan dengan metode organoleptik menggunakan uji hedonik. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 87

Pengujian menggunakan 20 panelis terlatih (Soekarto, 1985). Analisis komposisi kimia dilakukan dalam bentuk analisis proksimat (Sudarmadji et al., 1986). HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi Proses Pengolahan Beras Instan Ubi Jalar Metode I Pembuatan beras instan metode I dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : penambahan air dengan perbandingan sesuai perlakuan (1,5, 2, dan 3 kali berat tepung), pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan penggilingan hingga diperoleh nasi ubi jalar instan. Hasil pengujian karakteristik beras instan ubi jalar yang dihasilkan untuk rasio penambahan air 1.5, 2, dan 3 kali berat tepung, disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 3, menyajikan karakteristik instan produk yang diamati berdasarkan tingkat kematangan produk pada waktu penyajian 5, 10, dan 15 menit. Keterangan: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = agak suka; 4 = suka; 5 = sangat suka Gambar 1. Hasil pengujian organoleptik produk beras instan ubi jalar pada berbagai rasio penambahan air Hasil pengujian karakteristik organoleptik beras instan ubi jalar, menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air 2 kali berat tepung akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan skor organoleptik yang lebih disukai panelis. Bahar dan Sulandjari (2003) melaporkan bahwa dalam pembuatan bulir beras instan dari bentul memerlukan penambahan air Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 88

sejumlah 25% untuk mendapatkan produk yang disukai. Tabel 3. Hasil pengujian karakteristik instan produk beras instan ubi jalar pada berbagai rasio penambahan air Rasio penambahan Waktu penyiapan Karakteristik air (menit) 1,5 5 Masih mentah 10 Masih mentah 15 Masih mentah 2 5 Masih mentah 10 Matang, seperti bubur 15 Matang, seperti bubur 3 5 Matang, seperti bubur 10 Matang, seperti bubur 15 Matang, seperti bubur Ditinjau dari skor organoleptik secara keseluruhan (Gambar 1), pengolahan beras instan ubi jalar dengan metode I belum optimal karena rata rata skor organoleptik masih sangat rendah (tidak suka agak suka). Rendahnya skor organoleptik ini juga berkaitan dengan data karakteristik instan produk (Tabel 3) yang menunjukkan bahwa pada rasio penambahan air 1 kali berat tepung, produk masih terasa mentah hingga waktu penyiapan 15 menit. Peningkatan rasio penambahan air 2 kali berat tepung akan meningkatkan tingkat kematangan produk tetapi pada waktu penyiapan 10 menit produk yang dihasilkan akan berbentuk bubur. Penilaian organoleptik secara keseluruhan dari metode I diperlukan perbaikan metode pengolahan untuk memperbaiki karakteristik produk beras instan ubi jalar yang dihasilkan. Optimasi Proses Pengolahan Beras Instan Ubi Jalar Metode II Pembuatan beras instan metode II dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : penambahan air secukupnya (kondisi air sesuai perlakuan) hingga bisa dibentuk adonan, pencetakan, pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan penggilingan hingga diperoleh produk beras instan ubi jalar. Hasil pengujian karakteristik organoleptik beras instan ubi jalar yang dihasilkan untuk perlakuan kondisi air (dingin dan panas), disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 4 menyajikan karakteristik instan produk yang diamati berdasarkan tingkat kematangan produk pada waktu penyajian 5, 10, dan 15 menit. Hasil pengujian karakteristik organoleptik beras instan ubi jalar, menunjukkan bahwa penggunaan air panas untuk membentuk adonan akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan skor organoleptik yang lebih disukai panelis. Ditinjau dari skor organoleptik secara keseluruhan, pengolahan beras instan ubi jalar dengan metode II belum optimal karena rata rata skor organoleptik masih Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 89

sangat rendah (tidak suka agak suka). Hasil pengujian karakteristik instan (Tabel 4), menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air panas akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan tingkat kematangan yang lebih baik. Tingkat kematangan yang lebih baik ini juga didukung oleh data waktu penyiapan yang menunjukkan bahwa mulai dari waktu penyajian 5 menit, telah dihasilkan produk nasi ubi jalar dengan tingkat kematangan yang baik. Keterangan: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = agak suka; 4 = suka; 5 = sangat suka Gambar 2. Hasil pengujian organoleptik produk beras instan ubi jalar Metode II pada berbagai kondisi air yang digunakan Tabel 4. Hasil pengujian karakteristik instan produk beras instan ubi jalar pada berbagai kondisi penambahan air Kondisi air Waktu penyiapan (menit) Karakteristik Dingin 5 Masih mentah, sulit dicetak 10 Masih mentah, sulit dicetak 15 Masih mentah, sulit dicetak Panas 5 Matang menyerupai nasi 10 Matang menyerupai nasi 15 Matang menyerupai nasi Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 90

Hasil penelitian pada Tabel 4, menunjukkan bahwa pengolahan beras instan ubi jalar metode II dengan menggunakan air panas telah mampu menghasilkan produk dengan karaktersistik instan yang cukup baik. Upaya perbaikan formulasi lebih lanjut, diperlukan karena produk beras instan ubi jalar yang dihasilkan masih memiliki karakteristik organoleptik yang kurang disukai konsumen. Upaya perbaikan formulasi dilakukan dalam bentuk penambahan tapioka sebagai senyawa pengikat (binder). Optimasi Prosentase Penambahan Tapioka sebagai Senyawa Pengikat (binder) Hasil pengujian organoleptik produk beras instan ubi jalar yang dihasilkan untuk konsentrasi penambahan tapioka 0%, 5%, dan 10%, disajikan pada Gambar 3, sedangkan hasil pengujian karakteristiknya disajikan pada Tabel 5. Keterangan: 1 = sangat tidak suka; 2 = tidak suka; 3 = agak suka; 4 = suka; 5 = sangat suka Gambar 3. Hasil pengujian organoleptik produk beras instan ubi jalar pada berbagai konsentrasi penambahan tapioka Hasil pengujian karakteristik organoleptik beras instan ubi jalar, menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tapioka pada konsentrasi 5% akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan skor organoleptik yang lebih disukai panelis. Semakin meningkatnya skor organoleptik ini berkaitan dengan kemampuan tapioka untuk berfungsi sebagai senyawa binder (pengikat) sehingga tekstur beras instan dari ubi jalar yang dihasilkan akan lebih baik. Hidayat et al. (2004) Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 91

melaporkan bahwa penambahan pati ubi kayu (tapioka) sebesar 20% pada pembuatan beras instan dari jagung akan menghasilkan produk dengan karakteristik organoleptik dan eating palatability yang paling disukai. Tabel 5. Hasil pengujian karakteristik instan produk beras instan ubi jalar pada berbagai konsentrasi penambahan tapioka Konsentrasi tapioka (%) Waktu penyiapan (menit) Karakteristik 0 5 Masih mentah, sulit dicetak 10 Masih mentah, sulit dicetak 15 Masih mentah, sulit dicetak 5 5 Matang menyerupai nasi 10 Matang menyerupai nasi 15 Matang menyerupai nasi 10 5 Matang menyerupai nasi 10 Matang menyerupai nasi 15 Matang menyerupai nasi Ditinjau dari skor organoleptik secara keseluruhan, beras instan ubi jalar yang dihasilkan telah memiliki karakteristik organoleptik optimal karena rata rata skor organoleptik telah cukup baik (agak suka suka). Hasil pengujian karakteristik instan (Tabel 5), menunjukkan bahwa perlakuan penambahan penambahan tapioka pada konsentrasi 5% akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan tingkat kematangan optimal. Tingkat kematangan yang optimal ini juga didukung oleh data waktu penyiapan yang menunjukkan bahwa mulai dari waktu penyajian 5 menit, telah dihasilkan produk nasi ubi jalar dengan tingkat kematangan yang baik. Hasil pengujian karakteristik secara keseluruhan, menunjukkan bahwa penambahan tapioka pada konsentrasi sebesar 5% akan menghasilkan produk beras instan ubi jalar dengan karakteristik instan yang memenuhi syarat dan karakteristik organoleptik optimal. Pengujian Komposisi Kimia Pengujian komposisi kimia produk beras instan ubi jalar dilakukan pada konsentrasi penambahan tapioka 0%, 5%, dan 10%. Hasil Pengujian disajikan pada Tabel 6. Pengujian Kesempurnaan Derajat Gelatinisasi Pengujian kesempurnaan derajat gelatinisasi produk nasi instan dilakukan dengan metode mikroskop polarisasi dengan cara membandingkan kondisi granula pati produk nasi instan yang diproses dengan metode I dan kondisi granula pati produk nasi instan yang diproses dengan metode I. Hasil pengujian (Gambar 4), menunjukkan bahwa produk nasi instan yang diproses dengan metode II memiliki kesempurnaan derajat gelatinisasi yang lebih baik dibandingkan kondisi metode I. Pada metode I, terlihat masih ada granula yang belum pecah secara sempurna. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 92

Menurut Muchtadi et al. (1988), proses gelatinisasi akan terjadi melalui berbagai tahapan, dan tahapan akhir proses ditandai dengan pecahnya granula dan teperangkapnya amilopektin dalam struktur amilosa. Tabel 6. Hasil pengujian komposisi kimia produk beras instan ubi jalar pada konsentrasi penambahan tapioka 0%, 5%, dan 10% (rata-rata dari tiga ulangan) Konsentrasi Hasil Pengujian (%) tapioka (%) Air Abu Serat Lemak Protein Karbohidrat 0 6,8723 1,8956 6,0124 1,7447 1,8248 81,6501 5 6,6812 1,5895 5,8345 1,3844 1,7332 82,7772 10 6,7985 1,1928 5,4833 1,4707 1,5399 83,8480 Nasi Ubi Jalar Metode I Nasi Ubi Jalar Metode II Gambar 4. Perbandingan kondisi mikroskopis granula nasi ubi jalar metode I dan II Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 93

KESIMPULAN Metode untuk memperoleh produk beras instan ubi jalar dengan karakteristik optimal adalah penambahan tapioka 5%, penambahan air panas untuk membentuk adonan, pencetakan, pemasakan dalam rice cooker hingga tanak, pengeringan dalam bentuk lempengan, dan penggilingan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, atas pendanaan penelitian ini melalui proyek Hibah Pekerti IV/2 tahun 2007. DAFTAR PUSTAKA Bahar, A. dan S. Sulandjari. 2003. Pembuatan Bulir Beras Instant dari Bentul. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia Peranan Industri dalam Pengembangan Produk Pangan Indonesia. Yogyakarta, 22-23 Juli 2003. Heriyanto dan A. Winanto. 1999. Prospek Pemberdayaan Tepung Ubi Jalar sebagai Bahan Baku Industri Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Edisi khusus Balitkabi No. 15-1999. Halaman 17-29. Hidayat, B., Y.R. Widodo, dan S. Akmal. 2004. Pengaruh Jumlah Penambahan Tapioka Terhadap Karakteristik Beras Jagung Instan yang Diproses Dengan Teknologi Beras Ultra. Politeknik Pertanian Negeri Bandar Lampung. Hidayat, B., A. Basuki, dan Sugiyono. 2007. Karakterisasi Tepung Ubi Jalar varietas Shiroyutaka (Ipomoea batatas var. Shiroyutaka) Serta Kajian Potensi Penggunaannya Sebagai Sumber Pangan Karbohidrat Alternatif. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 18: 32 39. Muchtadi, T.R., Purwiyatno, dan A. Basuki, 1988.. Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara. Jakarta. Sudarmadji, S., Suhardi, B. Haryono. 1986. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 13, No. 2, September 2008 94