Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

dokumen-dokumen yang mirip
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYIANGAN. Peserta diklat diharapkan mampu menyiang padi sawah dengan benar.

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

III. METODE PENELITIAN

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Pedoman Umum. PTT Jagung

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Dasar agronomy " penanaman"

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

INVENSI PETANI: PENGENDALIAN GULMA MELALUI KOMBINASI HERBISIDA PADA SISTEM USAHATANI LADANG DI KAWASAN KODI-LARATAMA KABUPATEN SUMBA BARAT

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANTAENG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura : Kompetensi Kejuruan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

Ekologi Padang Alang-alang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan PERHATIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI ( Coffea Sp ) Oleh ALI IMRON NIM :

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak hanya di

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

Transkripsi:

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1997

PENDAHULUAN Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma, yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat. Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan berdaun pita, (ii) golongan teki, dan (iii) golongan berdaun lebar. TEKNIK PENGENDALIAN Teknik pengendalian gulma di lahan pasang surut dapat di lakukan dengan berbagai cara, antara lain: 1. kultur teknis 2. cara mekanis 3. cara hayati 4. penggunaan racun rumput (herbisida) 5. pengendalian gulma secara terpadu 1. Kultur teknis a. Penggenangan Air yang berlimpah di lahan pasang surut bermanfaat untuk menekan pertumbuhan gulma. Penggenangan lahan setinggi 5-10 cm, selama 1-2 minggu, mampu menghambat berkecambahnya biji-biji gulma dan membunuh gulma yang sudah tumbuh. Caranya: - Sawah digenangi sesaat setelah panen hingga menjelang pengolahan tanah (1-2 minggu). - Masukkan air pasang ke dalam petakan sawah, satu hari setelah tanam padi kemudian ditutup dan dipertahankan genangan air setinggi 5-10 cm selama 1-2 minggu.

b. Tanam varietas padi yang bentuk pertumbuhannya serak Tanaman padi yang pertumbuhannya serak mempunyai daya naungan yang lebih lebar/luas dapat lebih cepat menutupi dan menaungi gulma sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat. Varietas padi yang pertumbuhannya serak antara lain: Cisanggarung, Kapuas, IR64. c. Memperbanyak jumlah tanaman Salah satu cara untuk mengurangi kesempatan tumbuh bagi gulma adalah dengan memperbanyak jumlah tanaman, sehingga sebagian besar tanah ternaungi. Pada jarak tanam yang optimum, pertumbuhan gulma terhambat, tetapi produksi tetap tinggi. Tanamlah padi dengan jarak tanam: 22,5 cm x 22,5 cm atau 25 cm x 25 cm. d. Tanam gilir dan pola tanam tumpangsari Areal pasang surut yang tidak pernah tergenang dan hanya tergenang bila pasang besar saja, dapat dilakukan tanam gilir dan tumpangsari. Tanam gilir - Menanam palawija setelah padi sawah. Dengan cara ini telah memotong siklus gulma basah karena hanya gulma-gulma darat yang bisa bertahan hidup pada pertanaman palawija. Pola tanam 2 atau 3 kali setahun - Dengan pola tanam 2 atau tiga kali setahun (padi - padi; padi- padipalawija) kesempatan pertumbuhan gulma terbatas, sehingga gulma tidak bisa berkembang dan jumlahnya berkurang. Tumpangsari - Kacang yang ditanam bersamaan dengan jagung akan menutupi tanah di antara jagung, sehingga cahaya matahari sedikit sekali mengenai permukaan tanah. Dengan demikian pertumbuhan gulma terhambat.

2. Cara Mekanis a. Penebasan - Penebasan dapat mengurangi persaingan gulma dengan tanaman, namun bersifat sementara dan akan tumbuh kembali, karena penebasan juga merangsang pertumbuhan gulma. - Penebasan gulma dengan parang/arit umumnya dilakukan pada waktu penyiapan lahan, biasanya 1-2 minggu sebelum tanam padi. Hasil penebasan sebaiknya dihamparkan kembali sebagai mulsa untuk menghambat pertumbuhan gulma baru. b. Pembakaran Membakar gulma merupakan upaya yang paling mudah, murah, dan cepat, tetapi mengandung risiko yang sangat besar. Pembakaran di lahan terbuka sulit dikontrol dan dikendalikan, sehingga dapat meluas dan menyebar ke mana-mana. Pembakaran lahan gambut bisa berakibat fatal karena tanah gambutnya ikut terbakar habis, termasuk jasad hidup di dalamnya seperti cacing tanah, jamur, dan lain-lain. Untuk mengurangi risiko tersebut, terutama di lahan gambut, gulma ditebas terlebih dahulu kemudian dikumpulkan pada suatu tempat yang sudah diisolasi/tempat tertentu lalu dibakar. c. Pengolahan tanah Salah satu tujuan dari pengolahan tanah adalah mengendalikan gulma. Pengolahan tanah dapat dikerjakan dengan menggunakan cangkul, bajak sapi atau traktor. Gulma akan mati karena terpotong-potong, terinjak dan tertimbun pada waktu membalikkan tanah. Semakin baik pengolahan tanahnya akan semakin efektif membasmi gulma. Cara ini sangat efektif, akan tetapi memerlukan banyak tenaga, biaya, dan waktu. d. Penyiangan secara manual Penyiangan manual menggunakan tangan atau alat penyiang lainnya juga sangat efektif untuk mengendalikan gulma, walaupun memerlukan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Penyiangan secara manual pada padi sawah biasanya dilakukan dua kali yaitu pada umur 21 dan 42 hari setelah tanam (HST). Sedangkan pada padi gogo bisa mencapai 3-4 kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam.

3. Cara hayati - Pengendalian gulma secara hayati menggunakan mikroorganisme (baik serangga ataupun cendawan), dan ikan Koan yang masih dalam tahap penelitian. 4. Penggunaan herbisida Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan pasang surut harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu: - Tepat mutu - Tepat waktu - Tepat sasaran - Tepat takaran. - Tepat konsentrasi - Tepat cara aplikasinya Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman bagi lingkungan. Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan: cara kerjanya (kontak atau sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak selektif), dan waktu aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh) a. Cara kerja herbisida Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak. - Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. - Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat. Herbisida Sistemik. Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: - Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif - Cuaca cerah waktu menyemprot. - Tidak menyemprot menjelang hujan. - Keringkan areal yang akan disemprot. - Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut. - Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida Metsulfuron. Selektivitas Herbisida Herbisida ada yang selektif dan tidak selektif. Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh : - Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita. - Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki. Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus tanamannya. Contoh : - Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang mengandung butir hijau daun. Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan. Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya. Waktu Aplikasi Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya. Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan herbisida untuk pemeliharaan (pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda penggunaannya. Pra-tanam adalah herbisida di semprotkan kepada gulma yang sedang tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam. - Jenis herbisida yang digunakan biasanya herbisida tidak selektif, - Aplikasi herbisida dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam padi, contoh herbisida pra-tanam adalah glifosat dan paraquat, dengan takaran sesuai anjuran. Menggunakan herbisida glifosat untuk penyiangan lahan, arealnya harus dikeringkan terlebih dahulu dan sampai dengan 5-7 hari setelah aplikasi.

Dalam suatu petakan lahan dapat dilakukan aplikasi oleh beberapa tenaga kerja, misalnya 4-6 orang sekaligus agar penyemprotan dapat berlangsung rapih dan efektif. Jika menggunakan tenaga penyemprot yang terampil dan terlatih akan mendapatkan hasil semprotan yang baik dan merata dengan hanya satu kali aplikasi. Pra-tumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah (sebelum atau setelah tanam). Contoh : - Herbisida oxifluorfen, takaran 1,Oliter/ha di semprotkan pada padi gogo umur 1-3 hari setelah tanam. - Herbisida oxadiozon, takaran 2,0 liter/h di semprotkan pada padi sawah umur 1-3 hari setelah tanam pindah. Biji -biji gulma akan berkecambah pada umur 3-5 hari setelah pengolahan tanah. Oleh karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh harus dilakukan sebelum 3-4 hari setelah pengolahan tanah. Pasca-tumbuh, aplikasi herbisida ini dilakukan pada gulma dan tanaman sudah tumbuh. - Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiangan dilakukan pada 2-3 minggu setelah tanam padi, - Gulma tumbuh sudah berdaun 2-4 helai. - Contoh : Herbisida 2,4-D amina, takaran 1,5 liter/ha. - Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiapan lahan dilakukan pada 2-4 minggu sebelum tanam padi. Herbisida yang dipakai adalah herbisida tidak selektif, sebagai Contoh adalah herbisida glifosat takaran 4-6 liter/ha. Herbisida pasca-tumbuh yang tidak selektif seperti glifosat bisa juga digunakan untuk pemeliharaan atau penyiangan, asalkan dalam penyemprotannya tidak boleh mengenai tanaman padi (harus menggunakan corong), karena bila terkena akan menimbulkan keracunan dan bahkan tanaman padinya bisa mati. Keuntungan penggunaan herbisida Menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya Pengendalian gulma dapat dipilih saatnya yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Areal pertanaman dapat diperluas. Herbisida mengurangi gangguan terhadap struktur tanah, bahkan gulma yang mati berfungsi sebagai mulsa yang bermanfaat mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, menekan pertumbuhan gulma baru, dan berfungsi sebagai sumber bahan organik dan hara.

Akibat sampingan penggunaan herbisida - Gangguan kesehatan bagi penyemprot - Keracunan karena residu yang termakan - Keracunan pada tanaman dan hewan peliharaan - Pencemaran terhadap lingkungan. 5. Pengendalian Gulma Secara Terpadu Alternatif lain yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian gulma di lahan pasang surut dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan mengkombinasikan berbagai cara pengendalian gulma. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa. Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi. b. Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi. Penyemprot Punggung Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Nosel Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.

Warna Lebar Kesesuaian penggunaan dalam nosel semprotan penyemprotan (m) Merah 2,0 Seluruh areal (total) Biru 1,5 Pada barisan tanaman Hijau 1,0 Pada barisan tanaman Kuning 0,5 Pada barisan tanaman dan setempat Kalibrasi alat semprot (sprayer) Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah - Menghindari pemborosan herbisida - Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida - Memperkecil pencemaran lingkungan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi: - Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m - Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter - Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh - Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis. - Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut. - Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut. Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan nosel polijet warna biru. Ulangan Panjang (m) Luas (m2) I 33 49,5 II 33 49,5 III 34 51 Rata - rata 33,3 50

Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m 2 ), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah: Volume air = 10.000 m 2 x 2,5 liter air 1,5 mx33,3m = 10.000 m2 x 2 5 liter air 50 M 2 = 500 liter/ha. Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah: Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml 500 liter = 90 ml herbisida /15 liter air Cara penggunaan herbisida Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai petunjuk, yaitu: - Merata ke seluruh areal sasaran - Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air Penyemprotan - Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar - Aduk hingga tercampur rata - Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah penyemprotan. Pengusapan Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma tersebut.

Penggunaan herbisida tanpa bahan pelarut Bentuk cair yang siap untuk digunakan: - Tidak memerlukan alat semprot - Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm - Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan - Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air - Pertahankan genangan air selama 4 hari. Bentuk butiran - Dapat digunakan pada padi sawah - Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari - Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah - Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah Catatan: