PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN PEMUAIAN MELALUI WORKSHOP MODEL TMK

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. dengan Classsroom Action Research, yang disingkat CAR yang berarti

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dari namanya sudah

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENEBEL

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jika akar permasalahan sudah diketahui, alternatif berikutnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang. Adapun alasan pemilhan lokasi PTK ini dikarenakan:

BAB III METODELOGI PENELITIAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metodologi penelitian menurut Sukardi (2004: 19) adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS. peneliti adalah penelitian tindakan kelas, hal itu didasarkan karena masalahmasalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan.

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2.

BAB III METODE PENELITIAN

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Student Team Achievement Division (STAD), yang merupakan suatu variasi

ABSTRAK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XII IPA 2 SMA NEGERI 3 BANJARMASIN PADA KONSEP REPRODUKSI SEL MELALUI PENGGUNAAN PETA KONSEP

Oleh: Bakim SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas berkolaborasi dengan guru kelas.

BAB III METODE PENELITIAN

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

itu Mudah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm 8-9 Bumi Aksara, 2009), hlm 3 hlm Masnur Muskich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang sistematis dan

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

JURNAL WAHANA PENDIDIKAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN

ANALISIS KOMPETENSI GURU GEOGRAFI DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI SMA NEGERI KOTA BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan suatu siklus dan digambarkan pada diagram berikut : Gambar2. Alur Pelaksanaan PTK

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

PENELITIAN TINDAKAN BAGI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ISSN 0852-0151 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20(2): 129-138, 2014 PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN Rasmin Simbolon Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Medan Diterima 12 Juli 2014, disetujui untuk publikasi 22 Agustus 2014 Abstrak, ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kompetensi guru membuat Tindakan Kelas (PTK). Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah kompetensi guru membuat Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkat melalui Workshop Model P2FR. ini dilaksanakan di SMP Negeri 43 Medan. Subyek penelitian adalah guru-guru SMP Negeri 43 Medan sebanyak 13 orang. Untuk membuat PTK dilakukan melalui Workshop Model P2FR. Hasil penelitian untuk membuat PTK yaitu membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 31,75% (kurang), pertemuan 2 sebesar 35,24% (kurang), dan pertemuan 3 sebesar 38,46% (kurang). Membuat Bab III Metodologi, dan Instrumen pada siklus 2 pertemuan 1 sebesar 47,80% (cukup), pertemuan 2 sebesar 54,40% (cukup), dan pertemuan 3 sebesar 58,42% (cukup). Membuat Bab IV Hasil dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan pada siklus 3 pertemuan 1 sebesar 70,35% (baik), pertemuan 2 sebesar 73,99% (baik), dan pertemuan 3 sebesar 84,90% (sangat baik). Nilai rata-rata kompetensi guru membuat PTK, meningkat dari siklus 1 pertemuan ke 1 ke siklus 3 pertemuan ke 3 yaitu: 31,75 menjadi 84,90. Peningkatan nilai ratarata kompetensi guru adalah = 53,15%. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa guru SMP Negeri 43 Medan 96,92% sangat setuju membuat PTK melalui Workshop Model P2FR yang dilakukan oleh peneliti karena kompetensi mereka meningkat. Kata kunci: Kompetensi Guru, Tindakan Kelas, dan Workshop. Pendahuluan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bukti pengakuan terhadap profesionalitas pekerjaan guru dan dosen semakin mantap. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya Lembaga Universitas Negeri Medan sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus diwujudkan dengan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya mengajar maupun membimbing peserta didik. 129

Rasmin Simbolon Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Tindakan Kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai pembimbing atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran. Berdasarkan data awal hasil supervisi yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru di SMP Negeri 43 Medan diperoleh data awal: 100 % guru-guru belum pernah membuat proposal Tindakan Kelas (PTK). 100 % guruguru belum pernah memperoleh bimbingan membuat PTK. 100 % guru-guru belum pernah melakukan PTK. Dari data awal hasil supervisi tersebut ternyata bahwa guru belum mampu memahami cara membuat PTK. Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru SMP Negeri 43 Medan membuat Tindakan Kelas adalah sosialisasi, penataran maupun mengadakan workshop. Selama ini yang pernah diadakan untuk meningkatkan kompetensi guru di SMP Negeri 43 Medan adalah melalui sosialisasi tetapi hasilnya kurang maksimal. Pada sosialisasi narasumber hanya menjelaskan pengertian, manfaat dan perlunya membuat PTK. Hal ini dijelaskan narasumber secara ceramah sedangkan guru hanya mendengarkan dan bertanya jika ada yang kurang jelas dimengerti oleh guru tersebut. Cara membuat PTK dibahas melalui tanya jawab antara peserta dengan nara sumber, guru tidak dibimbing membuat PTK. Kenyataannya setelah selesai sosialisasi maka guru tetap tidak mampu membuat PTK. Penataran guru selama ini dilakukan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pada MGMP tersebut narasumber ditugasi untuk membimbing guru membuat prangkat pembelajaran yaitu Program Semester, Silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan membimbing cara melakukan Model Pembelajaran. Pelaksanaan MGMP belum pernah membuat PTK. Kenyataannya setelah selesai MGMP maka guru tetap belum mampu membuat PTK. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah upaya meningkatkan kompetensi guru membuat Tindakan Kelas melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. Guza (2008) mengatakan bahwa standar kompetensi guru meliputi empat kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Jika diperhatikan kompetensi guru tersebut ternyata kompetensi yang harus dimiliki oleh guru mempunyai hubungan yang saling berkaitan agar terwujud kompetensi guru yang optimal. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) untuk memperbaiki praktik, (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya, serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu + Tindakan + Kelas. Makna 130 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014

Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR setiap kata tersebut adalah sebagai berikut. : kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan : sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas : sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar di tempat lain dalam bimbingan dan arahan guru. Menurut Suprijanto (2008) workshop adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri. Peran serta diharapkan untuk dapat menghasilkan produk tertentu. Sedangkan menurut Soeharto (2005) bahwa workshop adalah pertemuan khusus yang dihadiri sekelompok manusia yang bergerak dalam lingkungan bidang kerja yang sejenis. Ciri-ciri workshop yaitu: (1) Masalah yang dibahas bersifat life centred dan muncul dari masalah peserta sendiri. (2) Selalu berusaha menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula. Terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan workshop. (3) Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan. (4) Diadakan dalam kebutuhan bersama. (5) Menggunakan narasumber resource person dan resource material yang memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil. (6) Senantiasa memelihara kehidupan yang seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku. Tujuan workshop adalah memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru agar meningkat kompetensinya membuat media pembelajaran. Berbagai pengalaman yang digali dari para peserta akan dijadikan sumber inspirasi, manakala para peserta diajak untuk berdiskusi berdasarkan pada pengalaman. Proses workshop dibentuk sedemikian rupa, seperti yang terlihat pada gambar 1 PENGETAHUAN + PENGALAMAN AKTIVITAS PRAKTIK/APLIKASI REFLEKSI/EVALUASI Gambar 1. Proses Pembelajaran Dalam Workshop Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014 131

Rasmin Simbolon Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam workshop yang dilaksanakan adalah mamadukan antara pengetahuan dan pengalaman, baik yang dimiliki oleh peserta maupun peneliti. Dari perpaduan antara kedua itu, peserta diminta untuk merefleksi atau menimbang-nimbang perihal apa yang mereka dapatkan ketika mengikuti workshop. Oleh sebab itu, untuk menerima atau menolak semua yang diberikan selama workshop, dilakukan setelah melalui pemikiran dan perenungan. Sebagai konsekuensi logis dari pendekatan yang dilakukan dalam workshop, metode ceramah digunakan seminimal mungkin. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat prefessional judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Tindakan Kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai resources person atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus ditingkatkan kompetensinya membuat Tindakan Kelas (PTK). Selama ini karena kurangnya pemahaman guru membuat Tindakan Kelas (PTK) menjadi alasan bagi guru SMP Negeri 43 Medan tidak membuat penelitian tersebut, padahal yang diharapkan guru harus mampu membuat Tindakan Kelas (PTK). Oleh karena itu, peneliti melalui workshop membimbing guru SMP Negeri 43 Medan membuat Tindakan Kelas (PTK). Metode ini dilaksanakan di SMP Negeri 43 Medan yang beralamat di Jl. Kota Bangun Medan. Subyek penelitian adalah guru SMP Negeri 43 Medan sebanyak 13 (tiga belas) orang. Obyek penelitian adalah Tindakan Kelas (PTK). Untuk membuat Tindakan Kelas (PTK) dilakukan melalui Workshop Model P2FR. Model yang digunakan dalam workshop ini adalah Model Kemmis yang dirancang dengan proses siklus (cylical) yang terdiri dati 4 (empat) fase kegiatan yaitu: merencanakan (planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observatian), dan merefleksi (reflektif). Tahap-tahapan ini terus berulang sampai permasalahan dianggap telah teratasi. Gambar 2. Siklus Model Kemmis (Sukardi, 2005) 132 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014

Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 1 workshop ini, peneliti beserta kepala SMP Negeri 43 Medan mengadakan pertemuan untuk merencanakan workshop membuat Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan peneliti. Kepala sekolah akan menugaskan guru SMP Negeri 43 Medan mengikuti workshop sesuai dengan waktu yang disepakati. Peneliti menyiapkan materi cara membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka yang akan dipaparkan pada saat pelaksanaan workshop. Peneliti merencanakan untuk menugaskan guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk memberikan penugasan tersebut. Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 2 workshop ini, peneliti merencanakan feed back pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru tentang tugas membuat Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Menjelaskan apa yang sudah bagus dan apa yang belum bagus. Menanyakan apa kendala yang dialami oleh masing-masing guru dan peneliti memberikan solusi untuk mengatasinya. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan feed back tersebut. Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 3 workshop ini, peneliti merencanakan revisi pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Revisi tersebut adalah untuk memperbaiki apa yang belum bagus tentang Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan revisi tersebut. Pada tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 workshop ini, peneliti melakukan feed back tentang tugas guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru tentang tugas membuat Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Menjelaskan apa yang sudah bagus dan apa yang belum bagus. Menanyakan apa kendala yang dialami oleh masing-masing guru dan peneliti memberikan solusi untuk mengatasinya. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan feed back tersebut. Pada tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 3 workshop ini, peneliti melakukan Revisi pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Revisi tersebut adalah untuk memperbaiki apa yang belum bagus tentang Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan revisi tersebut. Pada tahap observasi siklus 1 pertemuan 1 workshop ini, peneliti bersama pengawas sekolah melakukan observasi mengamati guru-guru SMP Negeri 43 Medan membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Mencatat semua pelaksanaan pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka tersebut. Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan terhadap tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus penelitian menggunakan dua indikator, yaitu : Indikator pertama yang digunakan untuk menunjukkan suksesnya proses membuat Tindakan Kelas (PTK) adalah hasil kompetensi guru. Rencana tindakan dianggap sukses untuk meningkatkan kompetensi guru apabila nilai rata-rata guru SMP Negari 43 Medan membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka; Membuat Bab III Metode, dan Instrumen ; dan Bab IV Hasil dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka Dan Penulisan Laporan adalah skor 75,00 dan yang memperoleh skor Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014 133

Rasmin Simbolon 75,00. Hal ini mengacu kepada kriteria ketuntasan minimal sebagaimana yang dikatakan Arikunto (2007). Indikator kedua yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan proses pembuatan PTK adalah suksesnya seorang guru dalam melaksanakan proses membuat Tindakan Kelas. Hal ini dapat dilihat dari terlaksananya rencana tindakan. Rencana tindakan dianggap terlaksana, apabila pelaksanaan guru selama kegiatan dengan lancar. Guru tidak menjumpai masalah yang serius berkaitan dengan fasilitas, materi, dan prosedur. Suksesnya guru dalam mengikuti kegiatan membuat Tindakan Kelas tersebut dilihat dari senang tidaknya guru dalam mengikuti kegiatan tersebut. Di dalam workshop yang dilaksanakan tidak dikenal istilah lulus dan tidak lulus. Untuk mengetahui apakah peserta telah mengikuti kegiatan dengan baik atau tidak, digunakan evaluasi atas hasil kerja peserta dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti. Agar evaluasi ini dapat dipahami dengan baik oleh peserta, semua penjelasan disampaikan di awal pertemuan, yaitu semua peserta diharuskan membuat Tindakan Kelas sehingga dapat dilihat tingkat kompetensinya. Penilaian membuat Tindakan Kelas pada workshop ini ada dua macam, yaitu: (1) Penilaian kompetensi membuat Tindakan Kelas (PTK). Siklus 1 workshop ini dilakukan membuat BAB I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka ada 11 (sebelas) aspek, yang jumlah skornya 55 (lima puluh lima). Maka skor maksimal adalah 55. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Skor perolehan Nilai = X 100 % Skor maksimal Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Judul PTK 2 = Kemampuan membuat Latar Belakang Masalah 3 = Kemampuan membuat Identifikasi Masalah 4 = Kemampuan membuat Pembatasan Masalah 5 = Kemampuan membuat Rumusan Masalah 6 = Kemampuan membuat Tujuan 7 = Kemampuan membuat Manfaat 8 = Kemampuan membuat Kajian Teoretis 9 = Kemampuan membuat Temuan Hasil yang Relevan 10 = Kemampuan membuat Kerangka Berpikir 11 = Kemampuan membuat Hipotesis Tindakan Skor: Nilai: 5 = Sangat baik = 81-100 4 = Baik = 61-80 3 = Cukup = 41-60 2 = Kurang = 21-40 1 = Sangat Kurang = 1-20 Siklus 2 workshop ini dilakukan membuat Bab III Metodologi, dan Instrumen ada 9 aspek, yang jumlah skornya 42. Maka skor maksimal adalah 42. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari ke lima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Skor perolehan Nilai = X 100 % 42 Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Lokasi dan Waktu Tindakan 2 = Kemampuan membuat Subyek dan Obyek 3 = Kemampuan membuat Desain 4 = Kemampuan membuat Teknik dan Alat Pengumpul Data 5 = Kemampuan membuat Analisis Data 134 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014

Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR 6 = Kemampuan membuat Prosedur 7 = Kemampuan membuat Indikator Keberhasilan 8 = Kemampuan membuat dan menggunakan Evaluasi 9 = Kemampuan membuat Instrumen Siklus 3 workshop ini dilakukan membuat Bab IV Hasil dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka Dan Penulisan Laporan ada 11 aspek, yang jumlah skornya 69. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti di atas. Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus I 2 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus I 3 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus II 4 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus II 5 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus III 6 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus III 7 = Kemampuan membuat Hasil 8 = Kemampuan membuat Simpulan 9 = Kemampuan membuat Saran 10 = Kemampuan membuat Daftar Pustaka 11 = Kemampuan membuat Laporan Nilai kompetensi masing-masing guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2 (Feed back), dan siklus 3 (revisi). Nilai kompetensi masing-masing guru membuat Bab III Metode, dan Instrumen 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2 (feed back), dan siklus 3 (revisi). Begitu pula Nilai kompetensi masingmasing guru membuat Bab IV Hasil dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan 1(satu) siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2 (feed back), dan siklus 3 (revisi). Penilaian sikap guru membuat Tindakan Kelas (PTK). Penilaian sikap guru membuat Tindakan Kelas ada 4 aspek, masing-masing aspek skornya 5 (lima). Maka skor maksimal adalah 20 (dua puluh). Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Aspek yang diamati terhadap sikap guru membuat Tindakan Kelas adalah : a) Menarik untuk dilakukan b) Mudah melakukannya c) Menyenangkan d) Termotivasi untuk membuat beberapa Tindakan Kelas (PTK) Banyaknya guru yang ikut workshop pada SMP Negeri 43 Medan ada 13 orang, maka nilai sikap adalah rata-rata nilai dari tiga belas orang guru tersebut. Hasil dan Pembahasan Dari hasil observasi, kompetensi guru membuat Tindakan Kelas dengan mengadakan workshop Model P2FR, dari 13 orang guru SMP Negeri 43 Medan peserta workshop adalah seperti Tabel 1 berikut ini: Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014 135

Rasmin Simbolon Tabel 1. Data Kompetensi Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan No Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka Bab III Metode, dan Instrumen Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 27,27 29,09 30,91 38,10 47,62 52,38 65,45 72,73 81,82 2 38,18 45,45 47,27 64,29 71,43 73,81 85,45 85,45 94,55 3 25,45 27,27 30,91 35,71 50,00 52,38 63,64 70,91 80,00 4 32,73 34,55 36,36 45,24 52,38 54,76 65,45 69.09 81,82 5 36,36 41,82 43,64 54,76 57,14 61,90 76,36 78,18 87,27 6 27,27 29,09 30,91 38,10 42,86 47,62 65,45 69,09 78,18 7 34,55 40,00 41,82 52,38 52,38 59,52 74,55 74,55 87,27 8 21,82 27,27 32,73 38,10 50,00 52,38 60,00 67,27 78,18 9 36,36 41,82 43,64 52,38 59,52 61,90 74,55 78,18 89,09 10 30,91 30,91 34,55 42,86 50,00 54,76 63,64 70,91 81,82 11 29,09 29,09 38,18 45,24 47,62 52,38 67,27 69,09 81,82 12 36,36 40,00 45,45 59,52 64,29 69,05 74,55 76,36 92,73 13 36,36 41,82 43,64 54,76 61,90 66,67 78,18 80,00 89,09 Jlh 412,71 458,18 500,01 621,44 707,14 759,51 914,54 961,81 1.103,64 Rt 31,75 35,24 38,46 47,80 54,40 58,42 70,35 73,99 84,90 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Gambar 3. Kompetensi Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. 136 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014

Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR Hasil angket sikap guru membuat PTK dari 13 (tiga belas) orang guru SMP Negeri 43 Medan peserta workshop adalah seperti Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Data Sikap Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. Guru Aspek Sikap No. 1 2 3 4 Jumlah 1 5 5 5 5 20 2 5 5 5 5 18 3 4 4 5 5 18 4 5 5 5 5 20 5 5 5 5 5 20 6 5 5 5 5 20 7 5 5 5 5 20 8 5 5 5 5 20 9 4 4 5 5 18 10 5 5 5 5 20 11 4 4 5 5 18 12 5 5 5 5 20 13 4 4 5 5 18 Jumlah 61 61 65 65 252 Nilai maximal 65 65 65 65 260 Presentase (%) 93,85 93,85 100 100 96,92 Keterangan aspek sikap : 1. Menarik untuk dilakukan 2. Mudah melakukannya 3. Menyenangkan 4. Termotivasi untuk membuat beberapa Tindakan Kelas (PTK) Gambar 4 Data Sikap Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014 137

Rasmin Simbolon Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan sekolah ini yaitu kompetensi guru membuat Tindakan Kelas meningkat setelah mengikuti Workshop Model P2FR. Nilai rata-rata kompetensi guru dalam membuat PTK meningkat dari siklus 1 sebesar 31,75 menjadi 84,90 pada siklus 3. Sikap Guru SMP Negeri 43 Medan 96,92% sangat setuju membuat Tindakan Kelas melalui workshop Model P2FR. Saran agar semua guru dapat membuat Tindakan Kelas yang akan digunakan untuk perbaikan dalam mengajar. Semua kepala SMP dapat memfasilitasi guru untuk membuat Tindakan Kelas melalui workshop Model P2FR bekerja sama dengan Pengawas Sekolah. Daftar Pustaka Aqib Zainal. 2008. Standar Kualifikasi- Kompetensi- Sertifikasi Guru- Kepala Sekolah- Pengawas. Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto S., Suhardjono dan Supardi. 2007. Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Depdikbud. 1994. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Guza Afnil. 2008. Himpunan Permendiknas Tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakart: Penerbit Asa Mandiri. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Predana Media Group. Sukardi. 2005. Metodologi Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Zaini, dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: CYDS IAIN Sunan Kali Jaga. 138 Jurnal Bidang Pendidikan Volume 20 Nomor 2 September 2014