BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

TREND PREVALENSI PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CILACAP TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit DM tipe 2 di

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American


BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara


BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik pada sistem endokrin yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah melebihi kadar normal disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar pankreas memproduksi insulin secara maksimal (Hastuti, 2008; Wicaksono, 2011). DM merupakan masalah kesehatan nasional yang dihadapi masa sekarang ini karena berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 DM mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang dan menempati urutan ke-4 terbesar di dunia. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes UK, 2010). Berdasarkan profil kesehatan RI Tahun 2013, DM terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2013, DM meningkat sebesar 2,1 % dari tahun 2007 dengan prevalensi usia > 15 tahun. Prevalensi penyakit DM berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 0,8%, secara keseluruhan adalah 1,3% dan prevalensi tertinggi terdapat di Kabupaten Cilacap (3,9%), dikuti Kabupaten Tegal Kota (3,1%), Surakarta (2,8%), dan Pemalang (2,1%) (Riskesda, 2007). 1

DM telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian dan pengeluaran biaya kesehatan untuk DM telah mencapai 6,5 triliun rupiah (Setyorogo & Trisnawati, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% (Rohmah, Bakar, Wahyuni, 2012). Peningkatan penderita DM disebabkan berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi DM meliputi berbagai macam faktor. Setyorogo & Trisnawati (2012) dan Wicaksono (2011), menyebutkan faktor yang mempengaruhi kejadian DM adalah jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, stress, kadar kolestrol dan tekanan darah. Jenis kelamin wanita lebih beresiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan Indek Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita DM tipe 2 (Irawan, 2010). Usia diatas 40 tahun beresiko terkena DM disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Seseorang yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria disel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak diotot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi

3 insulin (Setyorogo dan Trisnawati, 2013), selain itu aktivitas fisik juga mempengaruhi terjadinya DM. Riwayat keluarga dengan DM memiliki resiko menderita DM sebesar 15%. Jika kedua orangtua memiliki DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Resiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM (Diabetes UK, 2010). Aktivitas olah raga pada individu mempengaruhi kejadian DM. Wicaksono (2011) menyatakan seorang yang melakukan aktivitas olah raga kurang dari 3 kali dalam seminggu selama 30 menit menunjukan terkena DM. Aktifitas olah raga meningkatkan metabolisme tubuh dan merangsang produksi insulin meningkat dan kadar gula dalam darah berkurang. Aktivitas olah raga dipengaruhi oleh pola hidup dan lingkungan tempat tinggal. Kondisi stress meningkatkan resiko untuk terkena DM karena dalam kondisi stress tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan sehingga akan sulit tidur, depresi, hipertensi merosot dan nafsu makan berlebih. Klien dengan stres berkepanjangan beresiko terkena DM (Siagian, 2012 dalam Setyorogo, 2013). Kadar kolesterol yang tinggi beresiko terhadap penyakit DM Tipe 2. Kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity (toksin dari trigliserida dan asam lemak bebas yang berlebihan terhadap sel sehat). Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta

4 pankreas yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 (Kemenkes, 2010). Hipertensi mempengaruhi kejadian DM. Hal tersebut disebabkan karena pada kasus dengan hipertensi terjadi penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2012). Thelin & Holmberg (2014) menyatakan faktor penyebab DM adalah tempat tinggal. Seorang yang tinggal di daerah kota lebih berresiko terkena DM dibandingkan di daerah pedesaan. Masyarakat di pedesaan lebih banyak aktifitas dan konsumsi makanan yang baik dibandingkan didaerah perkotaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana trend prevalensi penyakit DM di RSUD Cilacap tahun 2009 sampai dengan 2015 karena RSUD Cilacap merupakan rumah sakit rujukan pertama setelah Puskesmas dengan kabupaten terluas di Jawa Tengan yang terdiri dari 24 kecamatan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah Trend Prevalensi Penyakit DM di RSUD Cilacap tahun 2009-2015?

5 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend prevalensi penyakit DM di RSUD Cilacap tahun 2009-2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui trend penyakit DM di RSUD Cilacap dari tahun 2009 sampai dengan 2015 berdasarkan jenis kelamin. b. Mengetahui trend penyakit DM di RSUD Cilacap dari tahun 2009 sampai dengan 2015 berdasarkan faktor usia. c. Mengetahui trend penyakit DM di RSUD Cilacap dari tahun 2009 sampai dengan 2015 berdasarkan faktor kolesterol. d. Mengetahui trend penyakit DM di RSUD Cilacap dari tahun 2009 sampai dengan 2015 berdasarkan faktor hipertensi. e. Mengetahui trend penyakit DM di RSUD Cilacap dari tahun 2009 sampai dengan 2015 berdasarkan faktor tempat tinggal. D. Manfaat penelitian a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana trends penyakit DM selama 7 tahun terakhir.

6 b. Bagi keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan asuhan keperawatan pasien DM khususnya dalam pengembangan strategi edukasi. c. Bagi Rumah Sakit atau pemerintah Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan suatu informasi kepada Rumah Sakit atau pemerintahan terkait kejadian DM untuk dijadikan sebagai bahan kebijakan membuat peraturan. E. Penelitian terkait 1. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DM Tipe 2 yang dilakukan oleh Radio Putro Wicaksono Tahun 2011. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi observasional analitik yang bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM, dengan melakukan pengamatan terhadap. Subyek penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol. Penderita DM tipe 2 yang didiagnosis dokter yang bertugas di Poliklinik Penyakit Dalam RSDK sebagai kasus dan penderita yang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSDK yang tidak menderita DM sebagai kontrol. Lokasi penelitian di RSUP dr Karyadi Semarang. Hasil:Faktor resiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah usia 45 tahun (OR=9,3; 95%CI 2,8-30,6), inaktivitas (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), dan riwayat keluarga (OR=42,3; 95%CI 9,5-187,2).

7 Regresi logistik menunjukkan riwayat keluarga dan kebiasaan merokok mempunyai pengaruh sebesar 75% terhadap kejadian DM tipe 2. Perbedaan :Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 2. Faktor Resiko Kejadian DM Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Oleh Ari Fatmawati Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik. Penelitian survei analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kasus kontrol (case control study) yaitu penelitian epidemiologi analitik observasional yang mengkaji hubungan antara efek (dapat berupa penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor resiko tertentu. Subjek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit, kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek memiliki riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Populasi: seluruh pasien rawat jalan di bagian poliklinik penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak tahun 2010. Hasil disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan DM tipe 2: biografi keluarga (p value = 0,005); OR = 2,97), usia (p value = 0,03; OR = 2,781), tingkat pendidikan (p value = 0,02; OR = 0,325), tingkat pendapatan (p value = 0,0001; OR = 3,353), obesitas (p value = 0,03 ; OR = 0,356), aktivitas fisik (p value = 0,005; OR = 0,391), aktivitas merokok (p value =

8 0,0001; OR = 0,196 dan konsumsi softdrink (p value = 0,0001; OR = 0,280), pengetahuan (p value = 0,0001; OR = 0,224), praktek (p value = 0,0001;. OR = 0,258) Tidak ada faktor yang berhubungan terjadi diebetes melitus tipe 2 adalah seks (p value = 0,733; OR = 0,89), sikap (p value =. 0,366; OR = 0,240) Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 3. Trends in the Epidemiology of Patients with Diabetes in Japan oleh TAJIMA, dkk tahun 2010. Penelitian ini menggunakan Survei. Hasil Diabetes Nasional antara tahun 1997 dan 2007 di Jepang. Hasil menunjukkan orang yang diduga kuat memiliki diabetes meningkat dari 9,9% menjadi 15,3% pada laki-laki dan dari 7,1% menjadi 7,3% pada wanita dan (pradiabetes) meningkat dari 8,0% menjadi 14,0% pada laki-laki dan dari 7,9% menjadi 15,9% pada wanita. Tingkat kejadian diabetes tipe 2 pada anak-anak (per 100.000 orang-tahun) lebih tinggi di antara siswa SMP (6.73) dari kalangan siswa sekolah dasar (0,75), dan 80% dari anak-anak diabetes yang obesitas. 60 % anak-anak diabetes memiliki diabetes relatif dalam hubungan pertama atau gelar kedua. Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu.

9 4. Trends in Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of DM in Mainland China from 1979 to 2012 oleh Lian Gu,dkk tahun 2012. Metode penelitian menggunakan survei cross-sectional studi longitudinal. Hasil: prevalensi lebih tinggi dari DM ditemukan di perkotaan (7,48%, 95% CI = 5.45~9.50) dari pedesaan (6.53%, 95% CI = 4.30~8.76) daerah. Selanjutnya, kecenderungan meningkat kronologis ditunjukkan dalam sub kelompok yang berbeda usia berkaitan dengan prevalensi diabetes. Sebuah kesadaran yang lebih tinggi dari DM ditemukan di perkotaan (44,25%, 95% CI = 32.60~55.90) dari pedesaan (34,27%, 95% CI = 21.00~47.54). Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 5. Faktor Resiko Kejadian DM Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012 oleh Shara Kurnia Trisnawati, Soedijono Setyorogo. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain sudi cross sectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden yang merupakan pasien DM Tipe 2 di Puskemas Kecamatan Cengkareng. Sebagai variabel independen adalah sosiodemografi, riwayat DM, kondisi klinis dan mental serta pola hidup. Sedangkan variabel dependen adalah kejadian penyakit DM tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan umur, riwayat keluarga, aktfivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejadian DM

10 Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 95% CI 0,037-0,524). Orang yang memiliki obesitas lebih beresiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 6. Faktor-Faktor Resiko Pasien DM oleh Zahtamal, Chandra, Suyanto, Tuti Restuastuti tahun 2007 di Rumah Sakit Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, dengan desain kasus-kontrol yaitu penelitian analitik observasional untuk mempelajari hubungan antara penyakit DM dengan beberapa faktor resiko. Hasil: Ada hubungan antara beberapa faktor resiko dan kejadian DM, meliputi; usia [odds ratio (OR) = 6, 45; p = 0,000, PAR = 0, 84], riwayat keluarga DM (OR = 3, 75; p = 0,001, PAR = 0, 73), pengetahuan tentang DM (OR = 0, 13; p = 0,000, PAR = - 6, 7 / sebagai faktor protektif). Namun, ada bukti dari tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dan kejadian DM (OR = 50,4; p = 0.479, PAR = 0, 98) dan kebiasaan juga diet (OR = 1, 06; p = 0.896, PAR = 0 06) Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan interaksi yang kompleks antara faktor usia, riwayat keluarga diabetes, pengetahuan tentang DM, kebiasaan makan dan jenis kepribadian dengan kejadian DM di Rumah Sakit Daerah Arifin Achmad.

11 Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 7. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya DM Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Di puskesmas Wawonasa oleh Richardo Betteng, Damayanti Pangemanan, Nelly Mayulu tahun 2014. Metode Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan hasil dari wawancara pada informan. Penetapan informan dengan cara consecutive sampling dengan kriteria wanita usia produktif > 20 tahun dan > 65 tahun, terdiagnosis DM tipe 2 dan bersedia menjadi informan. Hasil : Usia termuda informan dalam penelitian ini adalah 36 tahun dan yang tertua adalah 61 tahun. 2. Dari kesepuluh informan didapatkan 3 orang informan dengan IMT normal, 1 orang informan dengan berat badan berlebih. 2 orang informan dengan IMT yang beresiko, 2 orang informan dengan IMT obesitas 1, sedangkan 1 orang informan dengan obesitas 2. 3. Hampir dari kesepuluh informan mengonsumsi nasi, lauk (ikan), dan sayur setiap hari, dengan rata rata makan 2 kali sehari. 4. Dominasi aktivitas fisik kesepuluh informan adalah memasak dan mencuci, dimana menurut The Netherland Nutrition Council kedua aktivitas tersebut tergolong dalam aktivitas ringan. 5. Gaya hidup terdiri dari makanan beresiko, merokok, dan alkohol, dimana terdapat 1 informan yang mengonsumsi alkohol, dan 1 informan dengan

12 riwayat merokok. 6. Kelima faktor resiko yang diteliti memiliki hubungan dengan kejadian DM tipe 2 pada wanita usia produktif di puskesmas wawonasa. Perbedaan:Variabel, metode, desain penelitianya,waktu. 8. Hubungan Obesitas, Aktivitas Fisik, Dan Kebiasaan Merokok Dengan Penyakit DM tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar oleh Anugrah, Hasbullah, dan Suarnianti tahun 2014 Desain penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 yang berobat di rawat jalan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jumlah pasien dengan penyakit DM tipe 2 di rawat jalan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Sepanjang Tahun 2011 Hasil : ada hubungan obesitas dan aktifitas fisik dengan DM tipe2 dengan nilai obsesitas (p= 0,01) dan aktifitas fisik (p= 0,04). Dan tidak ada hubungan jumlah dan lama merokok dengan DM tipe 2 dengan nilai jumlah merokok (p=0,08), lama merokok (p=0,09). Persamaan : Melihat faktor yang berhubungan dengan DM Perbedaan :Variabel, metode, desain penelitianya, waktu.

13 13