2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

KERAGAMAN MORFOLOGI POPULASI IKAN BELIDA (Chitala lopis) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAMPAR, PROVINSI RIAU

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

STUDI MORFOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN LALAWAK (Barbodes spp) DI SUNGAI CIKANDUNG DAN KOLAM BUDIDAYA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI IKAN FAMILI MUGILIDAE DI LIMA MUARA SUNGAI DI SULAWESI UTARA

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Reproductive Biology of Featherback Fish (Notopterus notopterus Pallas, 1769) from the Sail River, Pekanbaru Regency, Riau Province

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

II. TINJAUAN PUSTAKA

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

I. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Uji Organoleptik Ikan Mujair

METODE PENELITIAN. Seruai Desa Namu Suro Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. schwanefeldi, Barbus schwanefeldi, Systomus schwanefeldi, Puntius schwanefeldi,

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk.,(1993) adalah sebagai. Nama Sinonim :Hemibagrus nemurus, Macrones nemurus

KARAKTERISTIK HABITAT IKAN BELIDA (Notoptera chitala)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

PERTUMBUHAN IKAN KERALI (Labocheilos falchifer) DI PERAIRAN SUNGAI LEMATANG, SUMATERA SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

Pengenalan Jenis Ikan, Identifikasi dan Pengamatan Ciri-Ciri Seksual Sekunder Pada Ikan Cupang (Betta sp.)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN BUNTAL HIJAU (Tetraodon nigroviridis, Marion de Procé (1822)) DI MUARA PERAIRAN BENGKALIS PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

TINJAUAN PUSTAKA. strain baru ikan maskoki yang tersebar di seluruh dunia (Lingga dan Susanto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

Gambar 3. Karakter morfometrik dan meristik Kryptopterus spp. yang diukur

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

4i 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Spesies 2.1.1. Klasifikasi Ikan Belida (Chitala lopis) Klasifikasi ikan belida (Chitala lopis) menurut Bleeker (1851) in www.fishbase.com (2009) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Osteoglossiformes Famili : Notopteridae Genus : Chitala Spesies : Chitala lopis Sinonim : Notopterus chitala Nama lokal : Pangaju (Jawa), Lopis (Jawa Barat), Belidah/Blidah (Kalimantan Barat), Pipih (Kalimantan Selatan) (Schuster & Djajadiredja 1952), Belido (Palembang) (www.dkp.go.id) Nama umum : Giant featherback Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009) Ikan belida (Chitala lopis) merupakan spesies ikan air tawar yang menghuni perairan umum di Indonesia. Ikan belida tergolong ikan purba dengan bentuk tubuh yang unik. Bersifat predator dan nokturnal pada siang hari mereka

5 bersembunyi di antara vegetasi (Kottelat et al. 1993). Sebagai predator air tawar ikan belida hidup di habitat sungai dan daerah yang sering tergenang banjir di dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 30 m dpl (Widyastuti 1993). Menurut Robert (1913) in Madang (1999) genus Notopterus hanya terdiri dari satu spesies yaitu Notopterus notopterus. Notopterus chitala merupakan anggota genus Chitala dan N. borneensis digolongkan sebagai junior Chitala lopis. Famili Notopteridae telah direvisi oleh Robert (1992b) in Wibowo et al. (2008) yang menyatakan bahwa semua Chitala yang berasal dari Indonesia merupakan satu spesies yaitu Chitala lopis. 2.1.2. Karakter Morfologis Ikan belida memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, kepala kecil dan bungkuk di bagian tengkuk. Sirip ekor langsung bersambungan dengan sirip anal. Mulut dapat disembulkan dengan posisi terminal. Posisi sirip perut terhadap sirip dada abdominal. Sirip dorsal kecil seperti bulu. Tubuh agak licin, bagian atas kehitaman agak kelabu sedangkan bagian bawah keperakan. Garis lurus (linea lateralis) satu buah, lengkap tidak terputus (Direktorat Bina Sumberhayati 1990). Morfologi khusus dari ikan belida (Chitala lopis) antara lain memiliki bentuk kepala dekat punggung cekung, rahang semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampui batas belakang mata. Sisik preoperkulum lebih dari 10 baris, 117-127 jari-jari pada sirip dubur, 43-49 pasang duri kecil di sepanjang perut. Pola warna berkisar dari 3 fase yaitu, fase maculosus (150-270 mm), dimana seluruh badan ditutupi bintik bulat kecil. Fase borneensis, (300-600 mm), banyak baris miring berbintik-bintik pada sirip dubur dan badan bagian belakang, dan sebuah bintik hitam pada pangkal sirip badan. Tidak ada tanda-tanda lain kecuali bintik hitam pada pangkal sirip dada pada fase hypselonotus (> 600 mm) dan beberapa spesimen tidak memiliki tanda-tanda pada badan pada fase lopis dengan kisaran ukuran tidak dikenal (Kottelat et al. 1993). 2.2. Habitat dan Distribusi Ikan belida termasuk kategori spesies yang seluruh daur hidupnya berada di air tawar (Adjie et al. 1999) dan hidup pada perairan bersifat reaksi sekitar netral,

6 bersifat lunak dengan alkalinitas relatif rendah (Adjie dan Utomo 1994). Hidup di dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 30 m dpl (Widyastuti 1993). Sjafei et al. in Madang (1999) menyatakan bahwa ikan Notopteridae merupakan contoh ikan yang berdistribusi di dataran rendah. Gambaran kondisi kualitas perairan yang banyak dijumpai ikan belida, yang paling tidak merupakan habitat ikan belida yaitu: Tabel 1. Keadaan kondisi fisika dan kimia perairan yang banyak ditemukan ikan belida (Chitala lopis) No. Parameter Satuan Nilai 1. Suhu oc 27 30 2. Kecerahan cm 15 45 3. ph unit 5,5 7,5 4. Oksigen terlarut ppm 1,7 9,4 Sumber: Adjie dan Utomo (1994) in Wibowo dan Sunarno (2006) Sebagian besar ikan belida cenderung tinggal di perairan sungai dan sebagian lagi di tempat-tempat terdalam yang tergenangi air, pada saat debit air kecil di musim kemarau, sedangkan pada saat air melimpah di musim hujan mereka menyebar ke rawa banjiran dan persawahan baik untuk memijah maupun mencari makan (Adji dan Utomo 1994 in Wibowo dan Sunarno 2006). Ikan ini menggunakan kayu pohon yang terendam dalam air sebagai tempat pemijahan, induk ikan belida menempelkan telur-telurnya pada benda-benda yang berada 1.5-2 m di bawah permukaan air (Adjie dan Utomo 1994). Dalam perikanan, ikan belida memiliki nilai ekonomis sebagai ikan hias dan konsumsi. Ikan belida hidup pada perairan danau, rawa dan sungai yang banyak hutan rawa dataran rendah (Utomo dan Krismono 2006). Ikan belida di Indonesia menghuni perairan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Penyebaran ikan belida di Sumatra Selatan banyak ditemukan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Muara Enim, Musi Banyu Asin, Musi Rawas, Kotamadya Palembang dan sebagian kecil di Kabupaten Lahat (Widyastuti 1993). 2.3. Karakter Morfometrik, Meristik dan Fluktuasi Asimetri Menurut Imron (1998) perbedaan morfologis antar populasi atau spesies digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau dengan

7 ciri-ciri anatomis tertentu. Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak, dan sebagainya sedangkan meristik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip punggung dan sebagainya (Affandi et al. 1992 in Widiyanto 2008). Afrianto et al. (1996) menyatakan bahwa morfometrik adalah ukuran dalam satuan panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh luar organisme, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk penentuan klasifikasi. Fluktuasi asimetri adalah perbedaan antara karakter sisi kiri dan sisi kanan yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal (van Valen 1962). Fluktuasi asimetri sering digunakan sebagai ukuran ketidakstabilan / ketidaksamaan perkembangan, di bawah asumsi bahwa organisme memiliki mekanisme homeostatik yang mengendalikan sifat perkembangan (van Valen 1962). Pada ikan, peningkatan fluktuasi asimetri dapat diamati melalui jari-jari sirip perut, jari-jari sirip dada, tapis insang atas bagian bawah serta pori-pori rahang atau mandibular pores. Dewantoro (2001) in Widiyanto (2008) menyatakan bahwa perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas, atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan demikian, walaupun umur ikan dari suatu spesies sama, ukuran mutlaknya dapat berbeda. Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda truss morfometrik. Namun metoda baku mengandung kelemahan misalnya pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda truss morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titik-titik homologus tertentu di sepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik tersebut. Dengan cara ini pengukuran lebih konsisten, memberikan informasi yang terinci dengan

8 menggambarkan bentuk ikan dan memperkecil kesalahan pengukuran (Nugroho et al. 1991 in Brojo 1999). 2.4. Hubungan Kekerabatan Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik (Strauss dan Bond 1990 in Imron 1998). Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya (Madang 1999), antara jenis ikan yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan (Sumantadinata dan Taniguchi 1990 in Dewantoro 2001 in Widiyanto 2008). Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan statistik (misalnya ratarata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukuran-ukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik dimana ciri-ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan sampai ukuran tubuh mantap tercapai sedang karakter morfometrik (panjang badan dan bobot badan) berubah secara kontinu seiring dengan ukuran dan umur (Strauss & Bond 1990 in Hidayat 2007). 2.5. Kondisi Umum Perairan Sungai Kampar Sungai Kampar adalah salah satu sungai besar di Sumatera, tepatnya di Provinsi Riau. Sungai Kampar memiliki panjang 400 km dengan kedalaman ratarata sekitar 6 m, hulunya dari pegunungan Bukit Barisan (Lubuk Bangkul, Payakumbuh) dan bermuara di Selat Malaka (Tanjung Alai) (Sunarno et al. 2005). Sungai Kampar mempunyai dua anak sungai utama yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan (Siregar 1989). Salah satu bentuk badan air dari Sungai

9 Kampar adalah rawa banjiran (flood plain) yang merupakan habitat yang sangat sesuai untuk migrasi makan dan reproduksi ikan belida (Adjie dan Utomo 1994 in Sunarno et al. 2005). Daerah Aliran Sungai Kampar terletak antara 0 o 10 LU 0 o 19 LS dan 100 o 38-102 o 34 BT. Perairan umum Sungai Kampar beserta rawa dan danau yang terdapat di sepanjang aliran sungai ini merupakan salah satu sumber utama hasil ikan air tawar daerah Riau, dan memegang peran penting dalam penyediaan protein hewani terutama bagi penduduk di daerah Kabupaten Kampar yang berdiam di bagian pedalaman dan daerah lain yang berdekatan seperti Kotamadya Pekanbaru (Fauzi 1982 in Siregar 1989).