BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa, dalam menampilkan gambaran kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial (1990: 109). Menurut Noor, terdapat tiga istilah penting yang berkaitan dengan sastra, yaitu seni sastra, ilmu sastra dan pengetahuan sastra (2009: 5). Seni sastra, artinya hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik, hasilnya berupa karya sastra, misalnya novel, puisi, cerita pendek, drama, dan lain-lain. Ilmu sastra, artinya sastra mempunyai ciri-ciri keilmuan, yaitu objek, teori, dan metode serta dapat berlaku sebagai objek atau subjek penelitian. Pengetahuan sastra, artinya sebagai informasi seputar teks-teks karya sastra yang berupa keterangan, penjelasan serta fakta-fakta dan data-data tentang suatu teks karya sastra atau hal-hal lain berhubungan dengan sastra (Noor, 2009: 13). Seseorang dapat menuangkan segala ide, pemikiran dan pengalamannya dalam bentuk bahasa sebagai media utamanya ke dalam sebuah karya sastra. Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra 1 Sastra berasal dari akar kata sas (Sanskerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Teeuw, 1988: 23; Ratna, 2010: 4). 1

2 adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra meskipun bersifat rekaan, tetapi tetap mengacu kepada realitas dalam dunia nyata (Noor, 2009: 13). Sebagai pencerminan kehidupan tidak berarti karya sastra itu merupakan gambaran tentang kehidupan, tetapi merupakan pendapat pengarang tentang keseluruhan kehidupan. Meskipun bahan yang diambil pengarang untuk sebuah karya sastra dari dunia nyata, tetapi sudah diolah melalui imajinasi pengarang sehingga realitas karya sastra tidak sama dengan realitas dunia nyata. Kalau pun bahannya diambil dari dunia nyata, pengarang sudah mengolah dengan imajinasi atau rekaan sehingga kebenaran dalam karya sastra itu adalah kebenaran menurut ideal pengarangnya (Noor, 2009: 11). Seorang pengarang melalui karyanya bermaksud untuk menyampaikan gagasan-gagasannya, pandangan hidupnya, dan tanggapannya atas kehidupan sekitar dengan cara yang diusahakan menarik atau menyenangkan. Selain itu, pengarang juga bermaksud untuk menyampaikan nilai-nilai yang menurut keyakinannya bermanfaat bagi para penikmat karyanya. Wellek dan Warren mengatakan bahwa karya sastra itu sebuah lembaga masyarakat yang bermedium bahasa, bahasa sendiri adalah ciptaan masyarakat. Oleh sebab itu, kebanyakan unsur dalam karya sastra bersifat sosial, yaitu normanorma yang tumbuh dalam masyarakat. Karya sastra juga mewakili kehidupan dan kehidupan adalah kenyataan sosial (melalui Noor, 2009:48). Pengarang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain secara tidak langsung melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, termasuk keinginan pengarang itu sendiri sebagai usaha untuk memuaskan diri.

3 Penyampaian berupa penuturan maupun tindakan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita memiliki pesan yang ingin diungkapkan pengarang terhadap pembaca karya sastranya sehingga pengarang yang baik tentu akan merancang pesan yang mengena dalam hati pembaca. Penelitian mengenai jenis karya sastra dari masa ke masa selalu mengalami perkembangan yang seiring dengan perubahan konsep karya sastra. Meskipun begitu, objek studi sastra masih dikatakan tetap sama, yaitu prosa, puisi dan drama. Pada hakikatnya, prosa menceritakan sesuatu hal maka dapat dikatakan prosa bersifat naratif. Noor (2009: 26) mengemukakan bahwa bentuk prosa dalam sastra modern lebih dikenal dengan istilah cerita rekaan (cerkan) 2. Macam-macam cerkan, antara lain novel, cerita pendek (cerpen), dan novela (cerita pendek yang panjang) (Noor, 2009: 26-27). Redyanto Noor (2009: 27) menuturkan bahwa cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek, yang memusatkan diri pada satu situasi dan seketika, intinya adalah konflik (biasanya kurang dari 10.000 kata). Paparan cerpen yang ringkas, dapat langsung selesai sekali dibaca dan langsung sampai pada pesan yang hendak disampaikan pengarang. Tidak heran jika cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang cukup diminati kalangan pembaca. Sastrawan Jepang yang mampu menghasilkan berbagai macam karya sastra termasuk cerpen yang berhasil menyampaikan pesan kepada para pembaca, salah satunya adalah Dazai Osamu 3. Salah satu cerpen terbaiknya yang cukup diminati 2 Cerita rekaan dihasilkan dari pengalaman sendiri atau orang lain yang kemudian digabungkan dengan renungan, imajinasi dan teknik. 3 Dazai Osamu mempunyai nama asli Tsushima Shuji yang merupakan seorang penulis modern Jepang yang hidup pada akhir zaman Meiji sampai pertengahan zaman Showa (1909 1948).

4 oleh pembaca, yaitu Hashire Merosu. Cerpen yang pertama kali diterbitkan pada harian Shinchoo di bulan Mei tahun 1940 ini, pernah dibuat beberapa versi dengan judul yang sama, misalnya versi drama yang ditayangkan oleh NHK pada tahun 1955, versi animasi yang ditayangkan oleh Fuji TV pada tahun 1981, dan versi film animasi pada tahun 1992. Selain itu, terdapat juga beberapa animasi yang menggunakan judul yang berbeda namun masih mengadaptasi dari cerpen Hashire Merosu, yaitu Akai Tori No Kokoro: Nihon Meisaku Douwa Shiirizu Hashire Merosu. Animasi tersebut ditayangkan di stasiun TV Asahi pada tahun 1979 dan terebi ehon 4 yang berjudul Hashire Merosu yang disutradarai Yamamoto Taro pada tahun 2006. Cerpen Hashire Merosu menceritakan tentang seorang pengembala domba bernama Merosu yang dihukum oleh raja Dionisu karena melakukan aksi perlawanan terhadap sang raja. Tujuan kedatangannya di istana adalah untuk menyelidiki dan mengklarifikasi kebenaran informasi dari seorang masyarakat kota mengenai bentuk kekejaman yang dilakukan oleh sang raja. Akan tetapi, misinya tersebut kurang berjalan lancar dikarenakan dia tertangkap oleh penjaga istana akibat dirinya masuk ke istana secara diam-diam dengan membawa sebuah pisau belati. Setelah peristiwa tersebut, muncul berbagai konflik dan interaksi antar tokoh yang membuat cerpen ini terasa lebih hidup dan nyata. Pada hakikatnya, sebagian besar keberhasilan sebuah cerpen tergantung pada teknik menampilkan tokoh, alur, latar dan juga bahasanya. Demi pencapaian hal tersebut, diperlukan adanya teori-teori sebagai sarana atau alat untuk 4 Terebi ehon adalah program televisi pendidikan milik stasiun televisi NHK yang membacakan cerita anak (jenisnya cerita yang populer). Program ini tertuju untuk anak-anak di sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

5 menganalisis dan memecahkan masalah. Dalam menganalisis cerpen Hashire Merosu, peneliti menggunakan kajian struktural dikarenakan bahasan dalam cerpen ini merupakan unsur yang membangun dari dalam karya sastra. Analisis struktural dimaksudkan untuk mengetahui unsur-unsur yang membentuk karya sastra kemudian dijadikan bahan penopang atau langkah dasar untuk mengetahui lebih dalam keterkaitan antara unsur yang terdapat dalam cerpen Hashire Merosu dengan karakteristik kepemimpinan yang terdapat dalam diri tokoh utama. Makna yang terkandung dalam cerpen Hashire Merosu cukup menarik dan cocok menjadi sebuah nilai acuan pengembangan karakter diri khususnya dalam pembentukan jiwa kepemimpinan yang ideal. Terlebih lagi, Dazai Osamu berhasil membangun cerita secara sistematis yang diungkapkan dengan bahasa yang indah, sederhana, dan berkesan dramatis sehingga menarik dan tidak membosankan untuk dibaca. Ciri khas hal tersebut menambah nilai keunggulan karya Dazai Osamu. Maka dari itu, peneliti semakin tertarik untuk menelitinya lebih jauh. 1.1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana unsur struktur yang meliputi tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, tema, sudut pandang, dan amanat yang membangun cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu? 2. Bagaimana karakteristik kepemimpinan yang tercermin pada tokoh utama dalam cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu?

6 1.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti mengidentifikasi tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mengungkapkan unsur struktur yang meliputi tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, tema, sudut pandang, dan amanat yang membangun cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu. 2. Mengungkapkan karakteristik kepemimpinan yang tercermin pada tokoh utama dalam cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau dikenal dengan library research mengingat semua bahan dan data diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan objek material penelitian. Objek material kajian penelitian ini adalah cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu. Cerpen dipilih sebagai objek material penelitian dikarenakan di dalam cerita tersebut banyak diungkapkan karakteristik kepemimpinan yang tercermin melalui sikap dan dialog antar tokoh, khususnya interaksi dengan tokoh utama. Pada penelitian ini, terlebih dahulu peneliti akan membahas unsur struktur cerpen yang menunjang pembahasan karakteristik kepemimpinan pada tokoh utama. Menurut Nurgiyantoro (2012: 166), untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Selanjutnya, Nurgiyantoro menuturkan bahwa pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada

7 dilihat secara fisik (2012: 166). Setelah menggunakan unsur struktur, dilakukan analisis karakteristik kepemimpinan dengan menggunakan teori kepemimpinan. Analisis tersebut menggunakan pendekatan struktural dengan metode deskriptif analisis. Pembatasan masalah penelitian ini hanya pada peranan tokoh utama fiksi Merosu dalam pengembangan karakteristik kepemimpinan terhadap cerita. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan buku Burhan Nurgiyantoro yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi sebagai sumber analisis unsur struktur cerita fiksi dan buku John C. Maxwell yang berjudul The 21 Indispensable Qualities of a Leader yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai sumber analisis karakteristik kepemimpinan pada tokoh utama. 1.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Metode struktural adalah metode penelitian sastra yang bertindak pada prinsip strukturalisme bahwa karya sastra dipandang sebagai peristiwa kesenian (seni bahasa) yang terdiri dari sebuah struktur (Wellek, 1983: 159). Tujuan dari metode struktural adalah untuk meneliti dan memaparkan secara cermat, detail, teliti dan mendalam keterkaitan dan keterjalinan semua unsur-unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1988:135). Penggunaan metode ini dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum sampai pada pembahasan yang lebih rinci dan terstruktur. Metode struktural merupakan pendekatan intrinsik yang menguraikan keterkaitan dan fungsi

8 masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Sesuai dengan metode yang digunakan maka langkah-langkah yang dilakukan adalah diawali pada tahap pengumpulan data, yaitu pembacaan awal dengan mengumpulkan kata-kata atau istilah-istilah yang sulit dipahami arti dan maknanya. Data-data yang terkumpul kemudian dikelompokkan (klasifikasi data) berdasarkan unsur-unsur struktur, yaitu tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, tema, sudut pandang, dan amanat serta unsur karakteristik kepemimpinan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data yang terdapat dalam cerpen Hashire Merosu. Langkah terakhir, yaitu memberikan interpretasi atau penyajian hasil data cerpen Hashire Merosu melalui deskriptif analisis. 1.5. Manfaat Penelitian Ditinjau dari segi manfaat teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan sosial khususnya untuk bidang sastra Jepang yaitu pemahaman pada cerpen Jepang dari sisi karakteristik kepemimpinan yang terdapat dalam cerpen Jepang melalui kajian struktural. Segi manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau acuan dalam penelitian lain yang akan datang sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca mengenai ilmu kesusastraan Jepang yang dipadukan dengan unsur karakteristik kepemimpinan pada tokoh dalam cerita.

9 1.6. Sistematika Penelitian Untuk memudahkan peneliti dalam memahami isi, maka penelitian ini disusun secara sistematis yang terdiri dari empat bab, yaitu : Bab 1 Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. Bab ini terbagi menjadi dua subbab, yaitu subbab penelitian sebelumnya yang sejenis dan kerangka teori mengenai teori struktur ceritafiksi dan teori kepemimpinan. Bab 3 Pemaparan Hasil dan Pembahasan, diawali dengan analisis struktur cerita fiksi dan diakhiri dengan analisis karakteristik kepemimpinan pada tokoh utama dalam cerpen Hashire Merosu karya Dazai Osamu. Bab 4 Penutup, yaitu Simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.