BAB IV PENUTUP. 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan warisan budaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai artistik dan nilai jual yang tinggi, seperti cerita wayang,

URGENSI PENGATURAN EKSPRESI BUDAYA (FOLKLORE) MASYARAKAT ADAT. Oleh : Simona Bustani *

BAB I PENDAHULUAN. mengalami inovasi dalam bentuk dan fungsinya, tidak semata-mata untuk

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

NILAI STRATEGIS SENI TEATER TRADISIONAL RANDAI KUANTAN SINGINGI RIAU SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA MELAYU (KAJIAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL)

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pandecta. Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan Budaya Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Eksistensi Seni Teater Tradisional Randai Kuantan Singingi Sebagai Salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan isu yang sangat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai materi sampingan, karena dianggap kurang penting atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit

BAB IV PENUTUP. 1. Dasar konstitusi Perlindungan hukum terhadap folkfore di Indonesia adalah:

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA FOLKLOR

HAK CIPTA ATAS FOLKLOR BERUPA KARYA SENI TARI DANGISA COPYRIGHT ON FOLKLORE DANGISA DANCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat serta penelitian yang sudah. dijalani, maka dapat simpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

MODEL PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA MOTIF BATIK JEMBER SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL ABSTRAK

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

SOSIALISASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia merupakan negara yang strategis yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM KARYA CIPTA BATIK SOLO SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL TRADISIONAL DI INDONESIA

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA


PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS MOTIF BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA (STUDI TERHADAP KARYA SENI BATIK TRADISIONAL KRATON SURAKARTA) TESIS

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KEBUDAYAAN KOTA DENPASAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

HAK AKSES INFORMASI PUBLIK. Oleh: Mahyudin Yusdar

BAB I LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. Setelah semua tahap penelitian dilaksanakan, maka peneliti ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

[Type the document subtitle]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemanusiaan dari Indonesia yang merupakan budaya lisan dan nonbendawi oleh

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan warisan budaya yang masih eksis sampai sekarang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau hampir tidak dipengaruhi oleh zaman. Seni teater tradisional randai mempunyai kedudukan yang penting di dalam masyarakat Kuantan Singingi, seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau sering ditampilkan dalam berbagai acara, baik acara resmi seperti perkawinan maupun dalam acara tidak resmi, sehingga dapat diketahui bahwa eksistensi seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau merupakan bagian dari ekspresi budaya (folklore), hal ini dapat dilihat dari nilai jual dan nilai budayanya yang tinggi. Seni teater tradisional Randai Kuantan Singingi telah banyak dipertunjukkan, bahkan telah sampai ke tingkat nasional dan internasional, namun sampai saat ini belum ada pihak yang melindunginya, yaitu dengan melekatkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Untuk itu perlu adanya eksistensi perlindungan terhadap seni teater tradisional randai Kuantan Singingi ini. 2. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau sebagai ekspresi budaya tradisional (folklore) yang tidak diketahui siapa penciptanya, dalam Pasal 10 Ayat (2) UU Hak Cipta Tahun 2002 dijelaskan bahwa atas folklore dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama di mana tidak diketahui siapa penciptanya, maka Hak Ciptanya dipegang oleh negara. Namun dalam implementasi di lapangan, 57

UU Hak Cipta belum bisa mengakomodir perlindungan Hak Cipta atas seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau sebagai bagian dari folklore, hal ini dikarenakan UU Hak Cipta masih mempunyai beberapa kelemahan bila hendak diterapkan dengan konsekuen guna melindungi folklore. Kelemahan pertama, Hak Cipta mempersyaratkan adanya individu pencipta, sementara itu dalam suatu masyarakat lokal, folklore biasanya tidak memiliki pencipta individual. Kedua, rezim Hak Cipta menyangkut perlindungan aspek komersial dari hak yang bersangkutan dalam hitungan waktu yang terbatas (dapat dilihat dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 UUHC Tahun 2002), sedangkan isu perlindungan pengetahuan tradisional merupakan isu perlindungan atas warisan budaya suatu masyarakat tertentu. Ekspresi folklore biasanya terkait dengan cultural identity. Dengan demikian perlindungannya harus bersifat permanen. Ketiga, Hak Cipta mempersyaratkan bentuk formal atau fixation, sementara itu folklore biasanya tidak dalam bentuk tertentu tetapi biasanya diekspresikan secara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Kondisi itulah yang membuat rezim Hak Cipta sulit untuk diterapkan melindungi folklore. Oleh karena itu diperlukan pengaturan secara khusus terhadap folklore, yaitu dengan dibentuknya suatu kerangka pengaturan tersendiri mengenai pengetahuan tradisional/folklore (sui generis). Dari sinilah konsep atau lebih tepatnya istilah HKI sui generis dapat kita gunakan yang sesuai dengan karakteristik Kekayaan Intelektual Tradisional. Selain disusun pengaturan sui generis mengenai folklore, cara lain untuk melakukan perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional (folklore) dapat dilakukan melalui sistem dokumentasi. Dokumentasi yang memadai 58

atas karya seni tradisional Indonesia berfungsi sebagai mekanisme perlindungan defensif untuk menanggulangi penyalahgunaan (misappropriation) instrumen HKI terhadap pengetahuan tradisional Indonesia di luar negeri. Artinya perlindungan hanya akan diberikan bagi pengetahuan tradisional yang telah terdokumentasi. Rezim Hak Kekayaan Intelektual Sui Generis memberikan perlindungan terhadap folklore lewat kerangka yang lebih bersifat utuh dan khusus. Diharapkan melalui perlindungan HKI sui generis, folklore tetap dapat dilindungi dengan memperhatikan nilai filosofis, simbolis, theologis dan kesakralannya. Karena itulah perlindungan HKI sui generis yang memperhatikan karakteristik tradisi dari Ekspresi Budaya Tradisional pada khususnya diperlukan. B. Saran 1. Seni teater tradisional randai Kuantan Singingi Riau tergolong salah satu seni budaya yang eksistensinya terjaga, sehingga diperlukan adanya perlindungan secara khusus, di mana perlindungan ini diberikan terhadap ekspresi budaya tradisional yang lebih bersifat untuk melestarikan warisan budaya dan untuk mencegah terjadinya kepunahan warisan budaya itu. Untuk mendukung perlindungan tersebut, dibutuhkan suatu peraturan perundang-undangan sui generis yang khusus mengatur mengenai ekspresi budaya tradisional (folklore). Mengingat berbagai tantangan dan hambatan terutama berkaitan dengan pembentukan mekanisme perlindungan yang bersifat legal-binding di tingkat internasional, maka diharapkan agar setiap negara membentuk suatu mekanisme perlindungannya sendiri dalam sistem hukum 59

masing-masing yang bersifat khusus untuk memenuhi kebutuhan yang khas dari negara tersebut. 2. Berkaitan dengan perlindungan folklore, Pemerintah Indonesia juga harus melakukan identifikasi tentang folklore dan pengetahuan tradisional yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia dan kemudian dimasukan dalam data base negara. Hal ini juga telah dibuktikan dengan dibentuknya Kelompok Kerja (Pokja) yang disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM No : M.54.PR.09.03 Tahun 2002 tanggal 7 Agustus 2002. Selain itu dalam pelaksanaannya juga diperlukan perangkat hukum lain yang bersifat teknis. Perangkat hukum yang dimaksud dapat berupa Peraturan Pemerintah Daerah yang mengatur tentang perlindungan atas karya cipta seni batik tradisional yang termasuk folklore. Pemerintah juga dapat melakukan beberapa alternatif berkenaan dengan gagasan perlindungan yang dapat diberikan terhadap hak-hak warga masyarakat lokal di Indonesia. Berbagai alternatif yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk perundang-undangan baru (sui generis) atau kemungkinan dengan mengamandemen undang-undang yang sudah ada guna menyesuaikan rezim HKI Hak Cipta dengan tuntutan global dan sekaligus aspirasi dan pandangan warga masyarakat Indonesia. Maka untuk membuat upaya perlindungan terhadap folklore agar dapat berjalan secara lebih optimal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan : a. Pengaturan mengenai folklore harus diperbaiki secara total. Perancangan ulang ketentuan-ketentuan mengenai folklore harus mempertimbangkan penerapan perlindungan dalam format sistem sui generis. 60

b. Pemerintah harus lebih aktif dalam melakukan upaya perlindungan folklore, minimal dengan mengeluarkan pernyataan atau dokumentasi resmi mengenai hal-hal yang dianggap folklore. Dokumentasi tersebut seyogyanya dikeluarkan berdasarkan hasil penelitian ilmiah. c. Pemerintah harus lebih banyak dan lebih kreatif dalam melakukan kegiatan sosialisasi mengenai hak kekayaan intelektual dan khususnya mengenai perlindungan folklore kepada masyarakat, karena sebagian besar masyarakat masih sangat awam dengan itu. d. Pemerintah harus dapat menempatkan diri secara arif di tengah masyarakat, yaitu minimal dengan menjaga netralitasnya dari berbagai konflik sosial atau sengketa hukum yang terkait hak kekayaan intelektual atau perlindungan folklore. 61