BAB I PENDAHULUAN. peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah sebagai organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

BAB I INTRODUKSI. Bab I merupakan pendahuluan, berisi mengenai latar belakang yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik melalui peningkatan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616); 2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN I N S P E K T O R A T

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu kegiatan pemerintah yang berhubungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dari pelaksanaan hak-hak asasi

2013, No Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

2016, No ); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Repu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI DI DAERAH

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah yang diteliti dan

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Propper dan Wilson (2003), Manajemen

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam satuan moneter yang mengestimasikan mengenai apa yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan pula semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan. meningkatkan nilai tambah sumber daya keuangan.

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tata kelola pemerintah yang baik dalam suatu Negara merupakan

PENDAHULUAN. menciptakan good governance. Hal ini ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32

BAGIAN III : PENGUATAN MONITORING KINERJA PENGANGGARAN

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pemeriksa Keuangan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) SEMARANG II

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

MENTERIPERHUBUNGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENGUMPULAN DATA KINERJA 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi di bidang keuangan Negara yang telah dilaksanakan sejak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

MEKANISME PERSETUJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DAN TUNJANGAN KINERJA BAGI KEMENTERIAN/ LEMBAGA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotis

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

21 Universitas Indonesia

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Siklus Anggaran. Pertemuan 6 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem Manajemen Strategik Balanced Scorecard (BSC) : Memonitor dan Meningkatkan Kinerja Strategis Dan Keberhasilan Reformasi Birokrasi

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja (performance measurement)

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

MEKANISME PERSETUJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DAN TUNJANGAN KINERJA BAGI KEMENTERIAN/ LEMBAGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan penelitian yang diajukan, motivasi peneliti dan kontribusi yang peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan tahapan tahapan yang peneliti lakukan selama penelitian dilakukan. 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik khususnya organisasi pemerintah sering digambarkan sebagai organisasi dengan produktivitas rendah dan tidak efisien jika dibandingkan dengan sektor privat. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan haknya sebagai warga negara, tuntutan untuk mereformasi pemerintah semakin menguat. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah mengapa organisasi pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan sebagaimana organisasi privat memberikan pelayanan kepada konsumennya padahal pemerintah memiliki sumber daya yang jauh lebih besar dari perusahaan perusahaan yang ada. Berangkat dari tuntutan tersebut, beberapa negara mulai mengembangkan konsep yang dikenal dengan New Public Management (NPM). NPM berangkat dari anggapan bahwa manajemen sektor privat adalah lebih baik dari manajemen yang saat ini dipakai dalam sektor publik. Oleh karena itu konsep NPM dibentuk dengan mengadopsi best practices pada sektor sektor privat dengan beberapa 1

2 penyesuaian sesuai dengan karakteristik sektor publik dan disesuaikan dengan kondisi masing masing negara yang mengadopsinya. Konsep NPM dikenal dengan beberapa nama misalnya post bureaucratic paradigm (Barzelay, 1992) atau entrepreneurial government (Osborne, 1992). Kesemua istilah tersebut umumnya bermuara pada pandangan umum yang serupa seperti pergeseran model administrasi publik tradisional menjadi sistem manajemen publik modern, peningkatan efisiensi, pengadopsian sistem pengukuran kinerja, pembentukan organisasi yang lebih fleksibel, dan pengurangan beberapa fungsi pemerintah melalui privatisasi. 1.1.1. Reformasi Birokrasi di Indonesia Reformasi birokrasi merupakan bagian penting dari reformasi politik di Indonesia pada tahun 1998 yang ditandai dengan mundurnya mantan presiden Soeharto dari kursi kekuasaan. Reformasi birokrasi diawali dengan reformasi keuangan negara yang ditandai dengan terbitnya paket undang undang keuangan negara yang terdiri dari Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Bentuk reformasi birokrasi semakin jelas dengan diterbitkannya Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025. Perpres tersebut berisi acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam melakukan reformasi birokrasi di instansi masing masing. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB)

3 menetapkan aturan untuk melaksanakan Perpres tersebut yang dituangkan dalam road map reformasi birokrasi yang ditetapkan setiap lima tahun oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Tahap pertama implementasi reformasi birokrasi diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014. 1.1.2. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Salah upaya reformasi birokrasi yang dilakukan adalah dengan mewujudkan akuntabilitas dan transparansi keuangan dan kinerja di lingkungan pemerintah. Oleh karena itu setiap pengelola keuangan negara diwajibkan menyusun laporan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara. Laporan pertanggungjawaban tersebut dikelompokan menjadi dua bagian yaitu laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan pemerintah terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan sedangkan laporan kinerja berupa laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) sebagaimana diatur dalam PP nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah. LAKIP tersebut kemudian disampaikan secara terbuka kepada masyarakat sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dan merupakan objek audit Badan Pemeriksa Keuangan. Kewajiban menyusun LAKIP bagi semua instansi pemerintah diharapkan semakin memotivasi instansi tersebut semakin fokus pada peningkatan hasil (outcome) bukan sekedar tercapainya keluaran ( output) atau bahkan masukan (input). Untuk itu diperlukan suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat

4 memberikan nilai terhadap pencapaian hasil dari setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintah. 1.1.3. Pengelolaan Kinerja di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan mulai menggunakan Balanced Scorecard (BSC) dalam pengelolaan kinerja sejak tahun 2007 meskipun implementasinya berjalan efektif mulai tahun 2012 dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian Keuangan. Peraturan tersebut mengatur pengelolaan kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan hingga ke level individu. Direktorat Jenderal Perbedaharaan menindaklanjuti PMK tersebut dengan menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan (Kepdirjen) Nomor Kep-107/PB/2012 Tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai dasar pengelolaan kinerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 1.2. Rumusan Permasalahan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPB) dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) yang berkedudukan di Pro vinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Tugas dan fungsi KPPN adalah melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum negara sedangkan Kanwil DJPB menjalankan fungsi koordinasi, pembinaan dan pengawasan KPPN yang berada dalam wilayah kerjanya. KPPN memiliki peran yang sangat strategis mengingat salah satu fungsi perbendaharaan negara adalah

5 melakukan pembayaran atas beban APBN. KPPN juga bertugas melakukan penatausahaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara. Fungsi pembayaran atas beban APBN yang dimiliki KPPN tentu berpengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah yang berada dalam lingkup KPPN. Kinerja KPPN dalam menyalurkan dana APBN yang optimal diharapkan mampu mendorong pelaksanaan fungsi unit-unit organisasi pemerintah yang mendapat alokasi dana dari APBN dengan optimal. Oleh karena itu sistem pengukuran kinerja pada KPPN perlu menjadi perhatian untuk mendorong peningkatan kinerja KPPN Sesuai dengan PMK Nomor 454/KMK.01/2011 saat ini Kanwil DJPB dan KPPN menggunakan pendekatan BSC dalam menyusun rencana strategis sekaligus sebagai alat untuk mengukur kinerja organisasi dan individu. Pengukuran kinerja tersebut diharapkan dapat menjadi barometer pencapaian tujuan organisasi sekaligus sebagai pendorong peningkatan kinerja organisasi dan individu melalui mekanisme pemberian hukuman atau penghargaan. Rencana strategis KPPN terdiri dari beberapa sasaran strategis yang merupakan turunan ( cascading) dari sasaran strategis DJPB. Masing masing sasaran strategis diukur dengan beberapa indikator kinerja utama (IKU). Indikator tersebut yang kemudian dijadikan tolak ukur pengukuran kinerja KPPN baik kinerja organisasi maupun kinerja individu. Untuk memastikan indikator-indikator yang digunakan telah benar benar mengukur sasaran strategis yang ditetapkan maka perlu dilakukan evaluasi ketepatan indikator mengukur pencapaian sasaran strategis.

6 Pada kenyataannya implementasi BSC sebagai sistem pengukuran kinerja dirasakan belum optimal. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa beberapa pegawai menganggap pengukuran kinerja yang baru hanya menambah beban pekerjaan saja disamping pengukuran kinerja yang selama ini berjalan melalui formulir DP3. Terlebih lagi laporan informasi kinerja yang baru dilakukan melalui aplikasi komputer yang bagi sebagian pegawai cukup membingungkan. Sebagian lagi merasa bahwa pengisian laporan kinerja hanya bersifat formalitas karena dalam pelaksanaanya pengisian indikator kinerja sebagian besar tidak didasarkan bukti yang nyata dan bersifat estimasi. Informasi kinerja BSC juga dirasakan belum memberikan manfaat yang optimal bagi organisasi. Penyusunan anggaran kegiatan sebagian besar masih bersifat inkremental ( incremental) dan belum menggunakan informasi kinerja sebagai bahan pertimbangan penyusunan program dan kegiatan sebagaimana yang diharapkan dari sistem pengukuran kinerja yang baik. 1.3. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan permasalahan di atas maka pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah sistem pengukuran kinerja dengan pendekatan BSC di KPPN telah akurat dan memberikan manfaat bagi organisasi dan individu di KPPN? 2. Apakah indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja telah menggambarkan kinerja KPPN sebenarnya? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk

7 1. Menilai keakuratan dan kemanfaatan sistem pengukuran kinerja pada KPPN 2. Menjelaskan kualitas indikator kinerja yang digunakan pada KPPN untuk mengukur kinerja organisasi dan individu. 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini dilandasi motivasi peneliti untuk memberikan sumbangsih pemikiran secara ilmiah terkait dengan implementasi BSC dan penyusunan indikator kinerja pada KPPN khususnya KPPN Yogyakarta. 1.6. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan dalam merumuskan kebijakan pengukuran kinerja pada unit unit kerja yang ada khususnya unit vertikal KPPN. 1.7. Proses Penelitian berikut: Penelitian yang dilakukan melalui lima tahapan proses penelitian sebagai 1. Perumusan pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini peneliti merumuskan pertanyaan penelitian berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. 2. Tujuan penelitian. Tujuan penelitian menjawab apa yang akan dicapai oleh peneliti dalam investigasi di obyek penelitian berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.

8 3. Landasan teoritikal penelitian studi kasus. Landasan teoritikal memberikan pondasi bagi peneliti untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi. 4. Penyusunan metode penelitian studi kasus. Metode penelitian menentukan teknik yang digunakan penulis dalam melaksanakan tahapan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan studi kasus dalam melaksanakan penelitian. 5. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian akan dianalisis lalu ditarik kesimpulan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Dari kesimpulan tersebut penulis akan menyampaikan rekomendasi terkait atas kesimpulan yang dibuat. Proses penelitian studi kasus dapat dilihat pada gambar 1 2. Tujuan Penelitian 4. Metode Penelitian Kasus 1. Pertanyaan Penelitian 3. Pondasi Teoritikal Penelitian Studi kasus 5. Temuan dan Analisis Gambar 1 Tahapan Penelitian Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis Maksi FEB UGM 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II membahas dasar teori yang melandasi pembahasan terkait pengukuran kinerja. Dasar teori tersebut meliputi teori model logis (logic models) dan penilaian indikator kinerja. Bab ini juga membahas teori Balanced Scorecard (BSC) sebagai suatu sistem pengukuran kinerja. 2.1.Model logis Salah satu alat yang dapat digunakan menyusun suatu perencanaan yang logis dan dapat dipahami oleh banyak orang adalah Model Logis. Knowlton & Phillips (2013) mendefinisikan Model logis sebagai suatu cara untuk untuk mengorganisasi informasi dan menggambarkan pemikiran secara visual. Model logis menjelaskan rencana tindakan dan hasil yang diharapkan akan terjadi dari tindakan tersebut. Model logis standar dapat diilustrasikan dengan gambar 2. Masukan Aktivitas Keluaran Hasil Gambar 2 Model Logis Standar Sumber: Knowlton & Phillips (2013) Model logis dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu teori perubahan dan program model logis (Knowlton & Phillips, 2013). Teori perubahan merupakan gambaran perubahan apa yang diyakini akan terjadi sedangkan program model logis merupakan rincian sumber daya, aktivitas yang 9