BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan suatu keputusan. Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

I. PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu tentu ingin mengejar dan mencapai segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambar Umum Struktur Organisasi KAP. Partner

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pencapaian risiko audit dalam proses audit laporan keuangan sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan agar tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain, serta adanya kejujuran

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Mulyadi, 2002) (Tuanakotta, 2013) (Sukrisno, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang independen dan berkompeten dalam bidang keuangan yang. auditing disebut auditor atau yang sering disebut akuntan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang muncul tentang keadilan, kejujuran, hak dan kewajiban,

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Zainal, 2013). Kecurangan

perusahaan didenda oleh BAPEPAM (Winarno dalam Christiawan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

Unisba.Repository.ac.id. BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapai tantangan kompetisi global dunia usaha yang semakin besar. BUMN diharapkan mampu menaikan efisiensi sehingga menjadi unit usaha yang sehat dan memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus peka terhadap setiap perkembangan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia usaha, sehingga profesionalisme BUMN disegala bidang terus meningkat, baik dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan maupun dalam bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010) BUMN memiliki peran dan wewenang yang sangat besar dalam menggerakan perekonomian suatu Negara yang diharapkan akan mampu mendukung terhadap upaya perwujudan kesejahteraan sosial, karena semua ekonomi, potensi sumber daya alam, dan faktor-faktor produksi yang ada, dikuasi oleh Negara dan dialokasikan pengelolaannya oleh Negara kepada organisasi, badan usaha, dan individu untuk kesejahteraan rakyatnya. Agar harapan ini dapat diwujudkan, maka upaya serius diperlukan dalam mengoptimalkan keberadaan BUMN sebagai pilar ekonomi di Indonesia, Sundayani (2013)

Masyarakat sangat menuntut transparansi atas pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan pemerintah (BUMN/BUMD). Tetapi pada realitasnya semua itu belum memenuhi standar yang berlaku dalam pengelolaan keuangannya. Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Perilaku tidak etis merupakan isu yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Ludigdo,1999). Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al. dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Profesi akuntan tidak terlepas dari etika bisnis yang mana aktivitasnya melibatkan aktivitas bisnis yang perlu pemahaman dan penerapan etika profesi seorang akuntan serta etika bisnis (Ludigdo dan Machfoedz, 1999). Auditor internal sering menghadapi konflik audit yang mengarah pada situasi yang dilematis dalam tugasnya. Seperti hal lainnya kepatuhan terhadap pimpinan tempat ia bekerja dan auditor internal juga menghadapi tuntutan publik agar mampu memberikan laporan yang akuntabel, jujur dan sesuai dengan etika profesi. Disaat itulah timbul konflik audit yang berkembang menjadi dilemma etis, yang mana auditor diharuskan membuat keputusan yang bertentangan dengan

independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi diimbangi dengan tekanan disisi lain (Windsor dan Askhanasy 1995). Konflik dalam sebuah audit akan berkembang pada saat auditor mengungkapkan informasi, tetapi informasi tersebut oleh klien tidak ingin dipublikasikan kepada umum. Menurut Windsor dan Askhanasy (1995) dalam Budi (2004), konflik ini akan menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang menyangkut independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi di sisi lainnya. Arens dan lobecke (2002) mendefinisikan dilema etika sebagai suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana keputusan mengenai perilaku yang layak haru dibuat, karena auditor secara sosial juga bertanggungjawab terhadap masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Sedangkan keputusan etis adalah keputusan yang baik secara legal maupun moral yang dapat diterima oleh masyarakat luas (Trevino 1986 dan Jones 1991). Tekanan sosial mampu mendorong seorang auditor melakukan tindakan etis atau tidak meskipun para pelaku profesi memiliki tanggungjawab dan etika terhadap profesinya masing-masing. Hal ini dikarenakan praktik-praktik dalam dunia bisnis sudah banyak menyimpang dari aktivitas moral bahkan dikatakan bahwa dunia bisnis saat ini merupakan dunia amoral (Nuryatno dan Dewi 2001). Dalam hal ini tekanan sosial tersebut mampu mempengaruhi auditor untuk menandatangani laporan keuangan yang mengalami salah saji yang material (Lord dan Dezoort 2001). Hal semacam ini akan menimbulkan dilema etika yang

menyangkut integritas, independensi dan imbalansi ekonomis di sisi lainnya. Dilema etika ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan auditor menjadi etis atau tidak etis (Abdurrahman dan Yuliani 2011). Pengambilan keputusan etis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya perilaku etis, tekanan ketaatan dan pengalaman auditor. Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan (Griffin dan Ebert, 1998 dalam Zulfahmi, 2005). Agoes (1996:173) mengungkapkan bahwa setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional. Dari fenomena yang didapatkan pada kasus BPK, dengan tertangkapnya anggota BPK perwakilan Jabar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Langkah tegas diambil dengan memberhentikan sementara auditor yang diduga menerima suap dari pejabat Pemkot Bekasi itu. Sebagaimana diwartakan, seorang auditor BPK berinisial S telah ditangkap tim KPK. Diketahui sebagai kepala Auditoriat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jabar III. S ditangkap atas dugaan kasus suap Rp 272 juta yang melibatkan pejabat Pemerintah Kota Bekasi. Selain S, KPK menangkap lima orang lainnya. Yakni, Kabid Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemkot Bekasi berinisial HS dan kepala Bawasda Kota Bekasi berinisial HL.Tiga orang lainnya adalah sopir HS serta dua pegawai Pemkot Bekasi.Meski ditemukan dugaan kasus suap, Hendar menyatakan sistem pengawasan internal di BPK sebenarnya sudah cukup

memadai.apalagi, ada prosedur standar yang harus dijalankan setiap auditor.''selain itu, hasil pemeriksaan atau pemberian opini selalu di-review lagi (Jawa Pos, 24 Juni 2010). Fenomena lain manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Sehingga Direksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001. Sedangkan. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor internal dapat melakukan tindakan yang tidak etis, karena seorang auditor dapat melakukan tindakan yang tidak etis seperti melakukan kecurangan atau korupsi dengan menerima suap dari pejabat pemerintah. Sebagai seorang auditor tidak layak melakukan hal tersebut karena sebagai seorang auditor internal yang baik

harus mengikuti standar kode etik sebagai auditor dan harus independen tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Dengan adanya kasus korupsi tersebut auditor internal memberikan pendapat yang untuk membaguskan laporan keuangan perusahaan tersebut dan hasil yang keluar adalah keputusan yang tidak etis atas dasar auditor internal melakukan kecurangan. Tekanan sosial mampu mendorong seorang auditor melakukan tindakan etis atau tidak meskipun para pelaku profesi memiliki tanggungjawab dan etika terhadap profesinya masing-masing. Hal ini dikarenakan praktik-praktik dalam dunia bisnis sudah banyak menyimpang dari aktivitas moral bahkan dikatakan bahwa dunia bisnis saat ini merupakan dunia amoral (Nuryatno dan Dewi 2001). Dalam hal ini tekanan sosial tersebut mampu mempengaruhi auditor untuk menandatangani laporan keuangan yang mengalami salah saji yang material (Lord dan Dezoort 2001). Hal semacam ini akan menimbulkan dilema etika yang menyangkut integritas, independensi dan imbalansi ekonomis di sisi lainnya. Dilema etika ini akan mempengaruhi keputusan pengambilan auditor menjadi etis atau tidak etis (Abdurrahman dan Yuliani 2011). Auditor seringkali dihadapkan pada situasi adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak dapat independen. Auditor diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga sering kali auditor berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit (Tsui, 1996; Tsui dan Gul, 1996).

Konflik audit ini akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputuan yang bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomi yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya (Windsor dan Askhanasy, 1995). Menurut Griffin dan Ebert, yang dikutip Zulfahmi, (2005:182) bahwa: Pengambilan keputusan etis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya perilaku etis, tekanan ketaatan dan pengalaman auditor. Perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang membahayakan Agoes (1996:173) mengungkapkan bahwa setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional. Kemampuan internal auditor untuk membuat keputusan atau yang akan diambil ketika menghadapi situasi dilemma etika akan sangat bergantung kepada berbagai hal, karena keputusan yang diambil oleh internal auditor juga akan banyak berpengaruh kepada organisasi dan konsultan dimana berada (Arnold dan Ponemon, 1991). Trevino (1986) dalam Sasongko Budi (2001) menyusun sebuah model pengambilan keputusan etis dengan menyatakan bahwa keputusan etis dengan menyatakan bahwa keputusan etis merupakan sebuah interaksi antara factor individu dengan factor situasional (person-situation interactionist model). Pengambilan keputusan etis seseorang akan sangat tergantung kepada faktorfaktor individu (individual moderators)seperti ego strength, field dependence, and locus of control dan faktor situasional seperti immediate job context, organizational culture, and characteristics of the work. Faktor individual dari

seorang auditor dapat berupa pengalaman audit, komitmen professional dan orientasi etika sedangkan faktor situasional berupa nilai etika organisasi (Sasongko Budi, 2001). Konflik audit akan muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas auditing internal, dimana internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manejemen atau obyek audit yang dilakukannya. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai pengaruh faktor-faktor individual dan situasional seorang auditor internal terhadap pengambilan keputusan etis. Pada penelitian ini, penulis ingin melihat sejauh mana pengaruh nilai etika organisasi dan komitmen organisasi terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal, sehingga penulis memilih judul: Pengaruh Nilai Etika Organisasi Dan Komitmen Professional Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor Internal (Studi kasus di 5 BUMN di wilayah Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah nilai etika organisasi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal? 2. Apakah komitmen professional berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal? 3. Apakah nilai etika organisasi dan komitmen professional berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan data-data yang relevan dengan objek penelitian yang penulis kaji, sehingga setelah data yang sudah diolah dan dianalisis dapat dijadikan bahan pengujian teori dan praktek. Tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui apakah nilai etika organisasi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal 2. Untuk mengetahui apakah komitmen professional berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal 3. Untuk mengetahui apakah nilai etika organisasi dan komitmen profesional berpengaruh terhadap pengambilan keputusan etis auditor internal 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Perusahaan, Auditor Internal, dan peneliti lainnya: 1. Bagi Penulis Sebagai pembelajaran awal dalam melakukan penelitian, juga menambah dan pemahaman tentang situasi pengambilan keputusan yang baik ketika dalam situasi dilema etika. 2. Bagi Perusahaan BUMN Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi serta pemikiran Perusahaan BUMN agar memahami pentingnya nilai etika

seorang auditor internal dalam pengambilan keputusandan komitmen seorang auditor intenal dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan mengenai konsep nilai etika dan orientasi etika terhadap pengambilan keputusan auditor internal. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang dibahas, dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada 5 Perusahaan BUMN yang berada diwilayah Kota Bandung dan waktu penelitian dilakukan mulai pada bulan Maret 2015.