MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

dokumen-dokumen yang mirip
Triani Widyaningrum, Triyanto, Endang Sarmini, Umi Nur Sholikhah, Sunarhadijoso Soenarjo.

PEMISAHAN RADIOISOTOP MEDIS 177 Lu DARI MATRIK Yb-Lu PASKA IRADIASI MELALUI RESIN PENUKAR ION DENGAN ELUEN α-hiba DAN LARUTAN HNO 3

Kata kunci: Lutesium-177, Yterbium-176, DOTA-TOC, bebas pengemban, radioterapi

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

PEMISAHAN FRAKSI OSMIUM DAN IRIDIUM DALAM MATRIKS OSMIUM ALAM PASCA IRADIASI DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI PELARUT

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

PROTOTIPE GENERATOR RADIOISOTOP TERAPI 188 W/ 188 Re BERBASIS ALUMINA. PROTOTYPE OF THERAPEUTIC RADIOISOTOPE 188 W/ 188 Re GENERATOR BASED ALUMINA

BERBASIS REAKSI INTI AX (n;y) MiX -+ A+ly +,,-

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

PENINGKATAN EFISIENSI PEMISAHAN RADIOISOTOP TERBIUM-161 BERBASIS KROMATOGRAFI KOLOM UNTUK APLIKASI TERAPI KANKER. Azmairit Aziz

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMISAHAN RADIOISOTOP 161 Tb HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA DIPERKAYA ISOTOP 160 Gd MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI EKSTRAKSI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN GADOLINIUM OKSIDA ALAM RADIOISOTOPE FROM IRRADIATED NATURAL GADOLINIUM OXIDE TARGET

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMISAHAN RADIOISOTOP 115m In MENGGUNAKAN KOLOM KROMATOGRAFI DENGAN RESIN AG 1X8 (Cl - )

PEMBUATAN DAN ANALISIS FISIKO-KIMIA RADIOISOTOP SKANDIUM-47 ( 47 Sc) DARI BAHAN SASARAN TITANIUM OKSIDA ALAM. Duyeh Setiawan, Titin Sri Mulyati

STUDI PERBANDINGAN METODE AKTIVASI NEUTRON DAN ELEKTRODEPOSISI PADA PENENTUAN URANIUM DAN THORIUM DALAM CONTOH URIN

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : ISSN

Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

PEMBUATAN RADIOISOTOP 64 Cu BERBASIS REAKSI NUKLIR 64 Ni (p,n) 64 Cu : SIMULASI PREPARASI TARGET DAN PEMISAHAN RADIONUKLIDA

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32 P [(Y 32 P)ATP]

PEMISAHAN RADIONUKLIDA 137 CS DENGAN METODA PENGENDAPAN CSCLO 4

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION

5026 Oksidasi antrasena menjadi antrakuinon

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

EVALUASI PEMBUATAN 99 Mo HASIL REAKSI (n, ) TERHADAP SASARAN MoO 3 ALAM DI PRR BATAN PERIODE TAHUN

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

PEMBUATAN RADIONUKLIDA 188 W MELALUI REAKSI AKTIVASI NEUTRON TERHADAP SASARAN LOGAM TUNGSTEN DIPERKAYA

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PERHITUNGAN RADIOAKTIVITAS SESIUM-137 PADA PEMBUATAN IODIUM-125

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS AEROSOL RADIOAKTIF DI BALAI OPERASI RSG GAS

RADIOAKTIVITAS JENIS DAN KEMURNIAN RADIONUKLIDA LUTESIUM-177 DIPRODUKSI MENGGUNAKAN REAKTOR G.A. SIWABESSV

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PEMISAHAN DAN PEMURNIAN 99m Tc DARI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM ALUMINA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

KIMIA (2-1)

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

DENGAN AKTIV ASI NEUTRON UNTUK PARTIKEL NANO RADIOAKTIF

UJI PRODUKSI 99 Mo HASIL FISI DENGAN BAHAN SASARAN FOIL LEU BUATAN P2TBDU-BATAN

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

5001 Nitrasi fenol menjadi 2-nitrofenol dan 4-nitrofenol

5009 Sintesis tembaga ftalosianin

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

III. METODE PENELITIAN

Pujiyanto [1] ABSTRAK

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

PEMBUA T AN RADIOISOTOP GADOLINIUM-153 DENGAN SASARAN GdZ03 MELALUI REAKSI AKTIV ASI NEUTRON. Hotman Lubis, Herlina, Sriyono dan Abidin PRR-BATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

5. Diagnosis dengan Radioisotop

PEMISAHAN MATRIKS 90 Sr/ 90 Y MENGGUNAKAN ELEKTROKROMATOGRAFI BERBASIS FASA DIAM CAMPURAN ALUMINA-SILIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Zirkonium (Zr) merupakan unsur golongan IVB bersama-sama dengan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E PEMBUATAN SUMBER RADIOSIOTOP SEED BRAKITERAPI I- 125 UNTUK PENGOBATAN KANKER

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP PEMISAHAN ISOTOP 137 Cs DALAM PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al PASCA IRADIASI

SIMULASI PEMISAHAN RADIOISOTOP I-123 DARI TARGET TELURIUM MENGGUNAKAN TRACER I-131

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

FISIKA ATOM & RADIASI

5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam salisilat dan asetat anhidrida

3 Metodologi Penelitian

Transkripsi:

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 31 Maret 2012 PEMISAHAN RADIOISOTOP 177 Lu DARI MATRIK TARGET Yb ALAM BERBASIS REAKSI NUKLIR 176 Yb (n,g) 177 Ybà 177 Lu+b Triani W. 1, Endang S., Sriyono, Umi NS., Triyanto, Sunarhadijoso S. 1 Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan 15314 Telp. 021 7563141 Fax. 021 7563141 1 roem_82@yahoo.com ABSTRAK Lutesium-177 adalah radioisotop golongan lantanida yang banyak digunakan untuk tujuan terapi di kedokteran nuklir. Radioisotop merupakan pemancar radiasi b dengan energi 497 kev (78%) yang sesuai untuk penanganan terapi pada tumor jaringan lunak, terutama yang masih berukuran kecil, dan juga memancarkan radiasi g dengan energi utama 208 kev (12%) yang cukup ideal untuk penggunaan dalam teknik imaging (pencitraan).dengan melalui reaksi inti Yb-176(n,g)Yb-177 à +b, radioisotop yang dihasilkan tidak saja bebas pengemban (keradioaktivan jenis sangat tinggi), tetapi juga bebas dari pengotoran radioisomerik m yang terjadi pada reaksi inti Lu-176(n,g). Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sediaan radioisotop bebas pengemban dari target Yb-176 alam dalam bentuk Yb 2 O 3. Metode yang digunakan adalah teknik pemisahan dari matriks Yb 2 O 3 paska iradiasi menggunakan kolom kromatografi berpemanas, menggunakan fasa diam resin LN dan fasa gerak larutan HNO 3. Dari hasil percobaan didapat teknik yang tepat untuk memisahkan dan, yaitu target Yb 2 O 3 alam paska iradiasi diloading ke dalam kolom kromatografi dan dipertahankan semalam serta selama proses kolom kromatografi dijaga suhunya 50 o C. Meskipun terpisah namun masalah utama dalam pemisahan ini adalah kuantitas yang besar sementara sebagai produknya masih kecil yaitu 0,225%. dominan keluar dengan fasa gerak HNO 3 2M pada fraksi18 dan keluar dengan fasa gerak HNO 3 3M pada fraksi 42. Keberadaan yang lebih dominan dapat dicegah dengan penggunaan target Yb-176 diperkaya. Kata Kunci : Ytterbium-177, Lutesium-177, bebas pengemban, kromatografi kolom, sediaan radiofarmaka PENDAHULUAN Pada periode awal abad 20, unsurunsur radioaktif dari golongan lantanida yang merupakan pemancar b dan g mulai banyak menjadi obyek riset untuk tujuan aplikasi radioterapi dan sekaligus radiodiagnosis berdasarkan sifat biologisnya yang mirip dengan unsur kalsium dengan keunggulan pembentukan muatan ion dan kapasitas bilangan koordinasi yang lebih besar [1]. Bahkan dengan karakter interaksinya dengan sistem kekebalan, potensi aplikasi radioisotop lantanida untuk diagnosis menjadi semakin luas [1,2]. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Lutesium-177 () telah menjadi salah satu radioisotop golongan tanah jarang (lantanida) yang banyak digunakan untuk tujuan terapi dengan teknik nuklir. Radioisotop merupakan pemancar radiasi b dengan energi 497keV (78%) Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 359

yang ideal untuk penanganan terapi pada tumor jaringan lunak, terutama yang masih berukuran kecil, dan juga memancarkan radiasi g dengan energi utama 208keV (12%) yang cukup ideal untuk penggunaan dalam teknik imaging (pencitraan). Karakter energi radiasi ini didukung pula dengan karakteristik waktu paruh yaitu 6,65 hari menjadikan radioisotop sebagai radioisotop pilihan dalam bidang kedokteran nuklir, khususnya dalam penggunaan bersama dengan senyawa biologis aktif, misalnyaantibody bertanda yang mempunyai karakter kinetika up-take yang lambat [3,4]. Waktu paruh ini juga cukup sesuai untuk mengantisipasi permasalahan yang berkaitan dengan waktu penyimpanan dan pendistribusian sediaan sejak selesainya proses preparasi sediaan sampai saat penggunaannya [5].Tidak kurang dari 30 macam aplikasi klinis, termasuk perlakuan pada kanker colon, kanker tulang metastasis, limpoma non-hodgkin dan kanker paru-paru, telah dipelajari penanganannya dengan menggunakan radiofarmaka bertanda Lu- 177[6,7]. Radioisotop dapat tersedia dalam keradioaktivan jenis rendah, melalui reaksi inti Lu-176(n,g), ataupun keradioaktivan jenis tinggi, melalui reaksi inti Yb-176(n,g) Yb-177 à [4,8]. Cara yang pertama merupakan cara langsung, tidak memerlukan tahapan pemisahan yang komplek, tetapi keradioaktifan jenis produk akan rendah, karena matrik sasaran dan produk adalah unsur yang sama sehingga mempunyai sifat kimia yang persis sama. Cara yang kedua merupakan cara tak langsung yang menghasilkan produk radioisotop bebas pengemban, memerlukan tahapan pemisahan radionuklida yang mungkin sekali tidak sederhana karena sebagai sesama unsur lantanida maka Yb dan Lu mempunyai kemiripan sifat kimia satu sama lainnya. Dalam banyak hal aplikasi sediaan radiofarmaka bertanda, terutama untuk penandaan reseptor biomolekul dengan ketersediaan reseptor dalam jumlah kimiawi yang kecil, diperlukan penggunaan keradioaktifan jenis tinggi, sehingga cara tak langsung lebih menjadi pilihan. Secara umum bahkan dapat dikatakan bahwa ketersediaan radiolantanida dengan keradioaktifan jenis tinggi menjadi kunci menuju pengembangan penggunaan radiofarmaka berbasis radiolantanida untuk tujuan radioimunoterapi [9]. Di sisi lain, reaksi inti Lu-176(n,g) akan disertai dengan pembentukan radioisotop m yang mempunyai waktu paruh lebih panjang (160 hari) dan menjadi pengotor radioisomerik dari Lu- 177. Dengan melalui reaksi inti Yb-176(n,g) Yb-177 à, radioisotop yang dihasilkan tidak saja bebas pengemban (keradioaktifan jenis sangat tinggi), tetapi juga bebas dari pengotoran radioisomerik m [5]. Persoalan utama dari teknik tak langsung ini adalah pemisahan dalam jumlah runutan dari matrik sasaran Yb yang berada dalam jumlah makro. Potensi kebutuhan akan ketersediaan radiofarmaka bertanda di lingkungan fasilitas kedokteran nuklir domestik mendorong pentingnya dilakukan pembuatan radioisotop secara lokal dengan menggunakan fasilitas reaktor G.A. Siwabessy. Karena itu dalam penelitian ini dipelajari teknologi pemisahan radioisotop bebas pengemban dari matrik berbasis reaksi nuklir Yb-176(n,g)Yb-177 à. Dengan pertimbangan ekonomi, dalam percobaan yang dilakukan tidak digunakan target Yb-176 pengkayaan tinggi, tetapi digunakan Yb alam dalam bentuk senyawa oksidanya yaitu Yb 2 O 3. Diharapkan hasil penelitian inidapat menjadi satu landasan bagi peningkatan kapabilitas domestik dalam teknologi produksi radioisotop serta perluasan layanan penyediaan preparat radioisotop dan radiofarmaka berbasis reaktor nuklir, khususnya sediaan radioisotop dan radiofarmaka untuk tujuan diagnosis maupun terapi berbagai kasus kanker dan tumor. PROSEDUR PERCOBAAN Target yang digunakan adalah Yb 2 O 3 alam dari Sigma-Aldrich. Ampul iradiasi target yang digunakan adalah tabung kuarsa dan kapsul iradiasi (inner capsule dan outer capsule) dari bahan aluminium. Kolom kromatografi untuk proses pemisahan berupa kolom berpemanas berbahan gelas yang dihubungkan dengan selang, pompa dan bejana air hangat. Kolom kromatografi berisi fasa diam berupa resin LN dari Eichrom ukuran 50-100 µm yang sudah dikondisikan sebelumnya dan fasa gerak berupa larutan HNO 3. Dose calibrator ATOMLAB 100 Plus BIODEX digunakan untuk pengukuran aktivitas eluat hasil fraksinasi. Untuk pemeriksaan radionuklida digunakan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 360

perangkat spektrometer gammax-cooler dengandetektor HPGe. Target Yb 2 O 3 dimasukkan kedalam ampul kuarsa kemudian ditutup dengan teknik pengelasan dalam kapsul iradiasi dan dilakukan uji kebocoran dengan cara uji gelembung (bubble test). Selanjutnya target diiradiasi di dalam fasilitas Central Irradiation Position (CIP) reaktor G.A. Siwabessy selama ± 4 hari. Target paska iradiasi dipindah ke dalam bejana gelas 100 ml dan dilarutkan dengan larutan HCl pekat, kemudian dipanaskan sampai kisat, kemudian residunya dilarutkan dalam HCl 0,1 M hingga larutan berwarna putih jernih. Resin LN produk Eichrom ditimbang sebanyak 1,5 gram, kemudian resin tersebut dimasukkan ke dalam bejana gelas dan dicuci dengan HNO 3 0,1 M. Resin yang sudah dicuci dipanaskan pada suhu 50 o C selama 2,5 jam menggunakan bejana air hangat. Setelah dipanaskan, resin LN dimasukkan kedalam kolom kromatografi sepanjang 5 cm. Pembasahan resin tetap dilakukan dengan mengalirkan HNO 3 0,1 M selama 2,5 jam atau sepanjang malam sampai target siap diloading. Kolom kromatografi yang sudah diisi resin LN dihubungkan dengan bejana air hangat, pompa,selang dan dijaga kondisinya 50 o C selama proses [10,11]. Target Yb hasil iradiasi diloading ke dalam kolom kromatografi dan dipertahankan semalam. Targetyang sudah dipertahankan semalam ditampung serta disisihkan sebagai limbah. Kolom kromatografi kemudian dibilas dengan 5 ml 0,1 M HNO 3 dan ditampung sebagai limbah cucian. Selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan elusi secara gravitasi dengan fase gerak HNO 3 tiap 5 m. Secara gradual dilakukan peningkatan konsentrasi HNO 3 yang digunakan sebagai fasa gerak 1,5 M; 2 M; dan 3 M HNO 3 seperti terlibat pada Gambar 1 [10]. Masing-masing fraksi eluat diukur dengan dose calibrator pada dial 105 (dial ). HASIL DAN PEMBAHASAN Isotop alam Yb mengandung 7 isotop stabil dengan nomor massa berturutturut 168 (kelimpahan di alam 0,13%), 170 (3,05%), 171 (14,3%), 172 (21,9%), 173 (16,12%), 174 (31,8%) dan 176 (12,7%). Sedangkan isotop alam Lu hanya mempunyai 2 buah isotop stabil, yaitu Lu- 175 (97,41%) dan Lu-176 (2,59 %) [12,13].Produk reaksi nuklir (n,γ) dari masing-masing isotop tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa aktivasi (n,g) terhadap bahan sasaran Yb alam akan menghasilkan 4 macam isotop stabil Yb ( 170 Yb, 171 Yb, 172 Yb, 173 Yb) dan 3 macam radioisotop Yb ( 169 Yb, 175 Yb, 177 Yb). Gabungan karakteristik kelimpahan isotop sasaran, penampang lintang reaksi (n,g) dan waktu paruh menunjukkan produk radioisotop 175 Yb merupakan radioisotop Yb yang paling utama. Di sisi lain, aktivasi (n,g) terhadap bahan sasaran Lu alam menghasilkan 4 macam radioisotop Lu ( 176 Lu, 176m Lu, 177 Lu, 177m Lu). Data pada Tabel 1 dijadikan dasar pertimbangan untuk memilih radioisotop dan yang akan diidentifikasi setelah dilakukan pemisahan matrik sasaran paska iradiasi. Proses Pemisahan dan Untuk pemisahan radioisotop dengan dilakukan dengan cara fraksinasi mengunakan kolom kromatografi, fasa diam resin LN yang sudah dilakukan preparasi sebelumnya dan fasa gerak berupa larutan HNO 3. Resin LN adalah resin Lantanida yang digunakan khusus untuk pemisahan unsur-unsur golongan lantanida. Sebelum dimasukkan ke dalam kolom, resin LN dicuci dan dipanaskan terlebih dahulu. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mengeluarkan gas-gas yang terperangkap dalam resin. Target Yb hasil iradiasi diloading ke dalam kolom kromatografi dan dipertahankan semalam dengan tujuan untuk mendapatkan periode peluruhan Yb-177 yang menghasilkan keradioaktifan optimal dari radioisotop. Fraksinasi pertama digunakanfasa gerakhno 3 1,5 M dan masing-masing fraksi diukur dengan dose calibrator, hasilnya hanya berupa background sampai sepuluh fraksi pertama. Fraksinasi dilanjutkan dengan menggunakan fasa gerakhno 3 2 M, hasilnya terlihat adanya kenaikan aktivitas, dan pada fraksi 18 adalah aktivitas tertinggi. Fraksinasi tetap dilanjutkan menggunakan fasa gerakhno 3 2 M sampai aktivitas flat, penggantian fasa gerak dilakukan saat aktivitas sudah stabil dan mencapai background. Mulai fraksi 40 fasa gerak diganti menggunakan HNO 3 3 M dan hasil yang didapat pada fraksi 42 terjadi kenaikan aktivitas lagi.yang dapat teramati dengan perbesaran skala secara parsial karena aktivitas yang diperoleh sangat kecil dibandingkan aktivitas. Keadaan ini dapat dihindari dengan menggunakan target Yb- Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 361

176 diperkaya. Hasil fraksinasi dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis Fraksi Masing-masing fraksi eluat diukur aktivitasnya dengan dose calibrator. Fraksi yang mempunyai aktivitas tertinggi dicuplik dan dilakukan analisa radionuklida dengan spektrometer gamma. Pada fraksi ke-18 dan fraksi ke-42 yang merupakan puncak aktivitas tertinggi dari hasil fraksinasi, dicuplik dan diambil sebanyak 5 µl dan ditotolkan pada kertas saring kemudian dikeringkan dan dicacah selama 300 detik menggunakan spektrometer gamma, hasilnya pada fraksi ke-18 terdapat dan pada fraksi ke-42 terdapat. Dari hasil fraksinasi, fraksi Yb selalu lebih besar dibanding fraksi Lu, namun Yb yang terdeteksi adalah (t ½ = 4,2 hari) bukan Yb-177 (t ½ = 1,9 jam) padahal Lu- 177 berasal dari peluruhan Yb-177. Hasil spektrometer gamma dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dari Gambar 1 terlihat bahwa puncak yang berada di fraksi 18 mulai naik pada fraksi 14 dan turun pada fraksi 28, sehingga dari fraksi 14 sampai fraksi 28 dicampur dan dicacah kembali dengan spektrometer gamma untuk melihat kemurnian puncak pertama, apakah benarbenar hanya saja yang keluar dipuncak ini, hal yang sama dilakukan pula pada puncak pada fraksi 42. Puncak tertinggi kedua yaitu pada fraksi 42 yang merupakan puncak terlihat pada gambar puncaknya mulai naik pada fraksi 41 dan turun kembali pada fraksi 44 sehingga dari fraksi 41 hingga fraksi 44 dicampur dan dicacah kembali dengan spektrometer gamma. Dari hasil spektrometer gamma terlihat pada campuran fraksi 14 sampai fraksi 28, terlihat adanya spektrum gamma tapi terdapat pula spektrum gamma nya sedangkan pada campuran fraksi 41sampai fraksi 44, hanya terlihat spektrum gamma dan bersih dari. Hasil spektrometer gamma terlihat bahwa pada campuran fraksi 14 sampai fraksi 28 muncul energi gamma 282 kev dan 396 kev yang merupakan energi gamma Yb- 175 dan energi 208 kev yang merupakan energi gamma, hal ini menunjukkan bahwa pada puncak fraksi 18, keluar dominan tapi tidak bersih dari Lu- 177. Sedangkan dari hasil spektrometer gamma campuran fraksi 41 sampai fraksi 44 terlihat hanya terdapat energi gamma 113 kev dan 208 kev, hal ini menunjukkan bahwa puncak fraksi 42, keluar bersih dan bebas dari. Hasil spektrometer gamma campuran fraksi 14 sampai fraksi 28 dan campuran fraksi 41 sampai fraksi 44 dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Selain pencacahan kemurnian radionuklida dari produk menggunakan spektrometer gamma juga dilakukan pencacahan berulang terhadap campuran fraksi 14 sampai fraksi 28 dan campuran fraksi 41 sampai fraksi 44 menggunakan dose calibrator ATOMLAB- 100 untuk menentukan waktu paruh apakah radioisotop yang dihasilkan benar-benar dan. Hasil dari pencacahan berulang dihitung menggunakan rumus peluruhan : A t = A o.e -lt. Dari hasil perhitungan diperoleh t ½ (waktu paruh) Yb- 175 adalah 6,3 hari sedangkan menurut pustaka waktu paruh adalah 6,7 hari dan waktu paruh hasil perhitungan Lu- 177 adalah 3,9 hari sedangkan menurut pustaka waktu paruh adalah 4,2 hari. Kurva peluruhan (campuran fraksi 14-28) dan (campuran fraksi 41-44) dapat dilihat pada Gambar 6. KESIMPULAN Pemisahan dari matriks Yb 2 O 3 paska iradiasi telah berhasil dilakukan, menggunakan kolom kromatografi berpemanas yang dihubungkan dengan bejana air hangat, pompa, selang dan suhu selama proses dijaga 50 o C. Fraksinasi dilakukan dengan fasa diam resin LN dan fasa gerak larutan HNO 3 1,5 M; 2 M; 3 M. Dari hasil fraksinasi, dominan keluar dengan fasa gerak HNO 3 2 M pada fraksi 18 dan keluar dengan fasa gerak HNO 3 3 M pada fraksi 42. Keberadaan ini dapat dicegah bila digunakan target Yb-176 pengkayaan tinggi. Dari pengukuran didapat waktu paruh adalah 6,3 hari sedangkan menurut pustaka 6,7 hari dan waktu paruh adalah 3,9 hari sedangkan menurut pustaka 4,2 hari, terjadi sedikit perbedaan namun sudah mendekati, hal ini menunjukkan bahwa radioisotop yang dihasilkan adalah benar-benar dan. DAFTAR RUJUKAN [1] S.P. Fricker, The therapeutic application of lanthanides, Chem. Soc. Rev., 35 (2006) 524 533. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 362

[2]C.H. Evans, Interesting and useful biochemical properties of lanthanides, Trends in Biochem. Sci, 8[12] (1983) 445-449. [3]Anonymous, Fact Sheet, Lutetium-177 radiochemical chloride solution, MDSNordion, Canada (2008). [4]Knapp, Jr., F.F., Ambrose, K.R., Beets, A.L., et al, Nuclear medicine program progress report for quarter ending september30, 1995, ORNL-TM13107, Oak Ridge National Laboratory, Oak Ridge Tennessee 37831-6285 (1995). [5]Rutty solá, G.A., Argüelles, M.G., Bottazzini, D.L., et al, Lutetium-177- EDTMP for bone pain pallation. Preparation, Biodistribution and Preclinical studies, Publicado en Radiochim, 88, no. 3-4 (2000) 157-161. [6]http://www.inpharmatechnologist.com/pr ocessing-qc/new-lutetium-177-sourcefor-cancer-drugs, diakses 28 juli (2009). [7]http://www.radiologytoday.net/archive/rt_ 112204p20.shtml : Promising Isotopes - Looking at Lutetium-177 and Other Targeted Rradiotherapy Isotopes, diakses 20 januari (2009). [8] Bensimon, C., Oelsner, S., Danks, P., et al, A Comparison of High and Low Specific Activity Lutetium-177 for Radiolabeling Peptides and Proteins,European Journal of Nuclear Medicine, 31/2 (2004), S391. [9] D. Ma, A.R. Ketring, G.J. Ehrhardt, et al, Production of Radiolanthanides and Radiotherapy Research at MURR, J. of Radioanal. and Nucl. Chem., Art., 206[1] (1996) 119-126. [10] Horwitz, E.P., McAlister, D.R., Bond, A.H., et al, A process for the separation of 177 Lu from neutron irradiated 176 Yb targets, Applied Radiation and Isotopes 63 (2005) 23 36. [11]Mirzadeh, S., DU, M., Beets, A.L., Knapp,Jr., F.F., Method for Preparing High Specific Activity 177 Lu, United States Patent No. USP 6716353 (2004). [12]a). S.F Mughabghab, M. Divadeenam and N.E. Holden, Neutron Cross Sections from Neutron Resonance Parameters and Thermal Cross Sections, Academic Press (1981), in : http://ie.lbl.gov/ng.html Oktober 2011). (diakses b). T. Asami, N. Ikeda, T. Ichinomiya,et al, Notebook of Radioisotopes, Japan Radioisotopes Association, Maruzen Press, Tokyo (1996). [13]Chu, S.Y.F., Ekström, L.P., and Firestone, R.B., The Lund/LBNL Nuclear Data Search, version 2., in : http://nucleardata.nuclear.lu.se/nuclear data/toi (1999). Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 363

LAMPIRAN Tabel 1 Isotop alam Yb dan Lu serta produk hasil reaksi nuklir (n,g) ISOTOP DAN KELIMPAHAN Yb-168; 0,13 % Yb-170; 3,05 % Yb-171; 14,3 % Yb-172; 21,9 % Yb-173; 16,12 % Yb-174; 31,8 % Yb-176; 12,7 % Lu-175; 97,41 % REAKSI NUKLIR DAN PRODUKNYA [(n,g) dan (n,p)] Tampang Radiasi g utama Waktu paruh Reaksi nuklir lintang produk Intensita (barn) E g (kev) s (%) 168 Yb(n, g) 169 Yb 2300 32,026 hari 63,12 44,2 170 Yb(n, g) 171 Yb 11,4 stabil -- -- 171 Yb(n, g) 172 Yb 48,6 stabil -- -- 172 Yb(n, g) 173 Yb 1,3 stabil -- --- 173 Yb(n, g) 174 Yb 17,1 stabil -- -- 174 Yb(n, g) 175 Yb 69,4 4,185 hari 396,33 6,4 176 Yb(n, g) 177 Yb 2,85 1,911 jam 150,39 20,3 175 Lu(n, g) 176 Lu 6,9 3,78 x 10 10 thn 306,78 94 201,83 86 175 Lu(n,g) 176m Lu 16,2 3,635 jam 88,34 8,9 176 Lu(n, g) 177 Lu 2090 6,734 hari 208,37 11,0 Lu-176; 2,59 % 176 Lu(n, g) 177m Lu 2,8 160,4 hari 378,51 29,7 418,54 21,3 25000.00 Aktivitas (µci/5ml) 20000.00 15000.00 10000.00 5000.00 HNO 3 1,5M HNO 3 2M HNO 3 3M 0.00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 Nomor Fraksi Gambar 1 Hasil fraksinasi Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 364

396 kev 208 kev Gambar 2 Hasil Spektometer gamma pada fraksi 18 gamma 396 kev ( ) Gambar 3 Hasil Spektometer gamma pada fraksi 42 gamma 208 kev ( ) 208 kev 282 kev 396 kev 113 kev 208 kev Gambar 4 Hasil spektrometer gamma pada campuran fraksi 14-28, masih mengandung Gambar 5 Hasil spektrometer gamma pada campuran fraksi 41-44, bersih dari Ln (cacahan) 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 t 1/2 =6,3 hari t 1/2 =3,9 hari 0 4 8 12 16 20 24 28 Waktu peluruhan (hari) Gambar 6 Kurva peluruhan dan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV 365