PENJELASAN UMUM PENGAWASAN IMPOR DAN EKSPOR SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

Diagram Prosedur Kerja. Proses Aktivasi Resin Dowex 1-X8. Standardisasi Eluen H 2 SO 4. Pembuatan dan Penentuan Kadar Zirkonium dalam Larutan Umpan

LAMPlRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lampiran 1 DIAGRAM BLOK PROSEDUR KERJA. Pengenceran ke dalam labu ukur 50 ml. Pemipetan 0,22 ml,h 2 SO 4 0,08M

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

Tabel berikut ini memuat beberapa contoh unsure dengan jumlah atom pembentuknya. Tabel 5.1 Beberapa nama unsure dan jumlah atom pembentuknya

1. Tentukan Elektron Valensi dari : 100 Fm, 91 Pa, 81 Ti 2. Tentukan Periode dan golongan dari unsur : 72 Hf, 82 Pb, 92 U 3. Bagaimana ikatan Kimia

DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TERHADAP KEAMANAN NUKLIR DI KAWASAN PABEAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

NIP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 5-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

: PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Tabel Periodik Unsur. Sebagian unsur terbentuk. ini. Sudah sejak dahulu para ahli kimia berusaha mengelompokkan unsurunsur

NILAI BATAS LEPASAN RADIOAKTIVITAS KE LINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN 20 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

Aplikasi Teknik Nuklir. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PERIODIK UNSUR

STATUS KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DI INDONESIA

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KO SEP PE GATURA TI GKAT KLIERE S RADIO UKLIDA BAHA PADAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

Sejarah Perkembangan sistem periodik Di alam ada 109 unsur, bagaimana penyusunan unsur tersebut secara logis?

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ISSN Volume 13, Januari 2012

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sesuai dengan jenis permohonan. 8. BAPETEN melakukan penilaian dokumen elektronik permohonan persetujuan

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

U Th He 2

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Sifat-Sifat Umum Unsur Dra. Sri Wardhani, M.Si. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya

Kedua nuklida tersebut mempunyai nomor massa (A) yang sama dengan demikian nuklida-nuklida tersebut merupakan isobar.

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN UNTUK PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

INTI DAN RADIOAKTIVITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif

Pertanyaan Seputar Produk

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengembangan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mekanika Kuantum. Orbital dan Bilangan Kuantum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

Bab I Tabel Periodik Unsur dan Struktur Atom

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.3

X-Ray Fluorescence Analysis. (Analisa XRF)

USAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

FISIKA ATOM & RADIASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Transkripsi:

PENJELASAN UMUM PENGAWASAN IMPOR DAN EKSPOR SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta 10120, Indonesia, PO BOX 4008 JKT 10040 Perizinan Fasilitas Penelitian dan Industri: Telp. (021) 6385 4879 Perizinan Fasilitas Kesehatan: Telp. (021) 6385 4883, 6385 4871 Perizinan Petugas Fasilitas Radiasi: Telp. dan SMS (021) 9747 3600, 9658 8883 Fax: (021) 6385 6613, 6385 9141, Homepage: www.bapeten.go.id, Email: dpfrzr@bapeten.go.id

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, BAPETEN melaksanakan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir yang bertujuan untuk antara lain menjamin kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat, keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Pengawasan tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan peraturan, inspeksi dan perizinan. Dalam melaksanakan tugas pengawasan, BAPETEN berkoordinasi dengan instansi pemerintah lainnya. Sebagai contoh, dalam hal pengawasan pengiriman lintas batas sumber radiasi dan bahan nuklir, BAPETEN telah memantapkan langkah dengan bersinergi dan berkordinasi dengan lembaga pemerintah lain yang juga bertugas melaksanakan pengawasan dalam bidang ekspor-impor antara lain Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, dan Departemen Kesehatan. Kordinasi tersebut diwadahi oleh flagship program pembangunan ekonomi nasional, Indonesia National Single Window (INSW). Dengan keikutsertaan BAPETEN dalam INSW, aspek pengawasan semakin baik sehingga dapat mencegah terjadinya illicit-trafficking sumber radiasi dan bahan nuklir, meningkatkan kepatuhan hukum dan tertib administrasi pemanfaat sumber radiasi dan bahan nuklir dalam melaksanakan ekspor-impor, memberikan diseminasi informasi terhadap pihak cargo handling, DJBC, dan warehouse operator sehingga meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan dalam penanganan kargo, bongkar-muat dan peletakan sumber radiasi dan bahan nuklir di kawasan pabean, serta meningkatkan ketentraman masyarakat. Buku penjelasan umum ini disusun dalam rangka mendiseminasikan informasi mengenai pengawasan terhadap kegiatan impor dan ekspor sumber radiasi dan bahan nuklir. Kami berharap buku penjelasan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran kewajiban hukum pelaku usaha dalam memenuhi seluruh aspek perijinan sebelum kegiatan impor ekspor dilaksanakan, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tertib administrasi juga terlaksana. Kami juga berharap buku ini dapat menjadi referensi bagi instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan pengawasan perpindahan barang baik domestik maupun lintas batas, terutama sebagai referensi mengenai aspek keselamatan sumber radiasi dan bahan nuklir dalam pengangkutan, ekspor / impor dan penyimpanan sementara. Jakarta, 22 Desember 2009 a.n. Kepala, Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif Berthie Isa NIP. 195511211982102001 Halaman 2 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...2 I. DASAR HUKUM...4 II. PENJELASAN UMUM...4 III. PENJELASAN PERIZINAN...10 IV. KLASIFIKASI KODE HS...11 Halaman 3 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir I. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif; 6. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2007 tentang Keamanan Sumber Radioaktif. II. PENJELASAN UMUM Pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir, termasuk di dalamnya kegiatan ekspor dan impor, dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran. Tenaga nuklir di sini didefinisikan sebagai tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi. Sumber radiasi yang dimaksud meliputi kelompok komoditi zat radioaktif dan kelompok komoditi pembangkit radiasi. antara lain meliputi antara lain Cs-137 (Cesium-137), Co-60 (Cobalt-60) dan Ir-192 (Iridium-192). Pembangkit radiasi antara lain meliputi pesawat sinar-x, iradiator dan pemercepat elektron. Selain sumber radiasi, terdapat kelompok komoditi lainnya yang termasuk dalam lingkup tenaga nuklir, yaitu bahan nuklir. Bahan nuklir didefinisikan sebagai bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai atau bahan yang dapat diubah menjadi bahan yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai. Bahan nuklir terdiri atas : a. Bahan galian nuklir, yaitu bahan dasar untuk pembuatan bahan bakar nuklir. Meliputi antara lain bijih uranium (uranium ores) dan monasit (monazite). b. Bahan bakar nuklir, yaitu bahan yang dapat menghasilkan proses transformasi inti Halaman 4 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir berantai. c. Bahan bakar nuklir bekas, yaitu bahan bakar nuklir yang telah digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor nuklir. Ketiga kelompok komoditi di atas termasuk dalam kategori barang pembatasan, dimana berdasarkan Pasal 17 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997, kegiatan ekspor dan impor sumber radiasi dan bahan nuklir wajib memiliki izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Pelarangan diberlakukan hanya terhadap limbah radioaktif yang berasal dari luar negeri kedalam wilayah hukum negara Republik Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif. Limbah radioaktif dimaksud didefinisikan sebagai zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi yang tidak dapat digunakan lagi, termasuk bahan bakar nuklir bekas. Sedangkan zat radioaktif yang diekspor dari Indonesia, apabila sudah menjadi limbah radioaktif dapat dikirim kembali ke wilayah hukum negara Republik Indonesia, setelah dibuktikan dengan adanya dokumen yang menyatakan bahwa zat radioaktif tersebut berasal dari dan diproduksi di Indonesia. Contoh bentuk zat radioaktif dan pembangkit radiasi dapat dilihat pada gambar 1 sampai dengan gambar 6. Gambar 1. Contoh radioactive check-source Halaman 5 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Gambar 2. Sumber radioaktif (source assembly) radiografi industri Gambar 3. Unit perangkak (crawler) industri menggunakan tabung sinar-x Gambar 4. Pesawat teleterapi medik menggunakan zat radioaktif Co-60 (Cobalt) Halaman 6 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Gambar 5. portabel untuk radiografi industri Gambar 6. Pesawat brakhiterapi remote afterloading medik, menggunakan zat radioaktif Ir-192 (Iridium) Halaman 7 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Gambar 7. Pesawat CT-Scan medik menggunakan sinar-x Dalam pengangkutan dan impor - ekspor zat radioaktif, umumnya zat radioaktif tidak terlihat secara langsung karena berada dalam pembungkus. Pengawasan terhadap pengangkutan dan pembungkusan zat radioaktif dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif. Pembungkus dimaksud didefinisikan sebagai perangkat komponen yang diperlukan untuk mengungkung zat radioaktif sepenuhnya, dapat terdiri dari satu wadah atau lebih, bahan penyerap, kerangka, penahan radiasi, peralatan untuk mengisi dan mengosongkan, pengatur ventilasi dan tekanan, dan peralatan untuk pendinginan, peredam goncangan, untuk pengangkutan dan pengokohan, untuk penahan panas, dan peralatan. Pembungkus yang sudah diisi dengan zat radioaktif di dalamnya, yang disiapkan untuk diangkut, disebut dengan bungkusan. Berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 26 Tahun 2002, bungkusan radioaktif wajib dilengkapi dengan label sebagaimana terdapat pada gambar 5, sesuai dengan kategori bungkusan dan isi bungkusan. Berbagai macam contoh bungkusan radioaktif dapat dilihat pada gambar 8 sampai dengan gambar 11. Halaman 8 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Gambar 8. Label bungkusan radioaktif Gambar 9. Bungkusan radioaktif dalam industri migas Halaman 9 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Gambar 10. Bungkus luar (overpack) dalam pengangkutan zat radioaktif Gambar 11. Bungkusan radioaktif untuk bahan bakar nuklir bekas III. PENJELASAN PERIZINAN Ketentuan perizinan terkait ekspor maupun impor bahan nuklir dan sumber radiasi terdapat dalam PP nomor 29 tahun 2008. Salah satu persyaratan untuk memperoleh izin impor atau ekspor sumber radiasi dan bahan nuklir adalah Angka Pengenal Importir, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 12 dan pasal 13 PP tersebut. Setelah mendapatkan izin impor atau ekspor sumber radiasi dan bahan nuklir dari BAPETEN, Pemegang Izin melaksanakan kegiatan impor atau ekspor. Sebelum sumber radiasi atau bahan nuklir dikeluarkan dari kawasan pabean, Pemegang Izin harus mengajukan permohonan Persetujuan Impor atau Ekspor Sumber Radiasi Pengion atau Bahan Nuklir ke Halaman 10 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir BAPETEN, sebagaimana diatur dalam pasal 74 ayat (3) PP tersebut. Persetujuan impor atau ekspor sumber radiasi dan bahan nuklir dari BAPETEN diperlukan untuk setiap kali proses importasi atau eksportasi. Untuk zat radioaktif dan bahan nuklir, terdapat ketentuan lainnya yang wajib dilaksanakan yaitu mengenai keselamatan pengangkutan zat radioaktif sebagaimana dijelaskan dalam PP nomor 26 tahun 2002. Secara definitif, pengangkutan zat radioaktif adalah pemindahan zat radioaktif dari suatu tempat ke tempat lain melalui jaringan lalu lintas umum, dengan menggunakan sarana angkutan darat, air atau udara. Dalam pasal 6 ayat (2) dijelaskan sebelum pengangkutan dilaksanakan, Pengirim harus terlebih dahulu mendapat persetujuan pengiriman dari BAPETEN. Oleh karena itu, untuk setiap proses importasi atau eksportasi zat radioaktif atau bahan nuklir, yang melibatkan pengangkutan zat radioaktif dari instalasi ke pelabuhan atau sebaliknya, importir dan/atau Pengirim wajib memperoleh persetujuan impor atau ekspor sumber radiasi dan bahan nuklir, dan persetujuan pengiriman zat radioaktif dari BAPETEN. IV. KLASIFIKASI KODE HS Klasifikasi kode HS untuk Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir menurut Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) Tahun 2007 terdapat pada Tabel 1. Daftar klasifikasi yang lebih detil, yang menjabarkan klasifikasi kode HS dari setiap zat radioaktif, pembangkit radiasi dan bahan nuklir, diuraikan pada Tabel 2. Tabel 1. Klasifikasi Kode HS No. Kode HS Barang 1 2844.10.10.00 Uranium alam dan senyawanya 2 2844.10.90.00 Lain-lain 3 2844.20.10.00 Uranium dan senyawanya; plutonium dan senyawanya 4 2844.20.90.00 Lain-lain 5 2844.30.10.00 Uranium dan senyawanya; torium dan senyawanya 6 2844.30.90.00 Lain-lain Halaman 11 dari 36 halaman

: Buku Penjelasan Umum : Pengawasan Impor dan Ekspor Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir 7 2844.40.11.00 Radium dan garamnya 8 Lain-lain 9 2844.40.90.00 Lain-lain 10 2844.50.00.00 Unsur bahan bakar dari reaktor nuklir (cartridges) bekas pakai (telah disinari) 11 8543.10.00.00 Akselerator partikel 12 9022.12.00.00 Aparatus computed tomography 13 9022.13.00.00 Lain-lain, untuk keperluan perawatan gigi 14 9022.14.00.00 Lain-lain, untuk keperluan medis, pembedahan atau kedokteran hewan 15 9022.19.10.00 Aparatus sinar-x untuk pemeriksaan fisik sambungan solder pada rakitan printed circuit board / printed wiring board 16 9022.19.90.00 Lain-lain 17 9022.21.00.00 Untuk keperluan medis, pembedahan, perawatan gigi atau kedokteran hewan 18 9022.29.00.00 Untuk keperluan lainnya 19 9022.30.00.00 Tabung sinar-x 20 9022.90.10.00 Bagian dan aksesori aparatus sinar-x untuk pemeriksaan fisik sambungan solder pada printed circuit assemblies 21 9022.90.90.00 Lain-lain Halaman 12 dari 36 halaman

Tabel 2. Daftar Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir Actinium Argentum / Silver Aluminium Americium Argon Arsenic Astatine Ac-228 Ac-225 Ac-227 Ag-105 Ag-108m Ag-110m Ag-111 Al-26 Am-241 Am-242m Am-243 Ar-37 Ar-39 Ar-41 As-72 As-73 As-74 As-76 As-77 At-211 Halaman 13 dari 36 halaman

Aurum / Gold Barium Beryllium Bismuth Berkelium Bromine Carbon Au-198 Au-193 Au-194 Au-195 Au-199 Ba-133 Ba-131 Ba-133m Ba-140 Be-7 Be-10 Bi-210 Bi-205 Bi-206 Bi-210m Bi-212 Bk-247 Bk-249 Br-82 Br-76 Br-77 C-14 Halaman 14 dari 36 halaman

Calcium Cadmium Cerium Californium Chlorine Curium C-11 Ca-45 Ca-41 Ca-47 Cd-109 Cd-113m Cd-115 Cd-115m Ce-141 Ce-139 Ce-143 Ce-144 Cf-252 Cf-248 Cf-249 Cf-250 Cf-251 Cf-253 Cf-254 Cl-36 Cl-38 Cm-242 Halaman 15 dari 36 halaman

Cobalt Chromium Cesium Cm-244 Cm-240 Cm-241 Cm-243 Cm-245 Cm-246 Cm-247 Cm-248 Co-60 Co-55 Co-56 Co-57 Co-58 Co-58m Co-60 Cr-51 Cs-131 Cs-137 Cs-129 Cs-132 Cs-134 Cs-134m Halaman 16 dari 36 halaman

Copper Dysprosium Erbium Einsteinium Europium Fluorine Ferrum / Iron Cs-135 Cs-136 Cu-64 Cu-67 Dy-159 Dy-165 Dy-166 Er-169 Er-171 Es Eu-147 Eu-148 Eu-149 Eu-150 Eu-152 Eu-152m Eu-154 Eu-155 Eu-156 F-18 Fe-55 Fe-59 Halaman 17 dari 36 halaman

Fermium Francium Gallium Gadolinium Germanium Tritium / Hydrogen-3 Hafnium Mercury Fe-52 Fe-60 Fm Fr Ga-67 Ga-68 Ga-72 Gd-153 Gd-146 Gd-148 Gd-159 Ge-68 Ge-71 Ge-77 H-3 Hf-172 Hf-175 Hf-181 Hf-182 Hg-197 Hg-203 Halaman 18 dari 36 halaman

Holmium Iodine Indium Iridium Hg-194 Hg-195m Hg-197m Ho-166 Ho-166m I-125 I-129 I-131 I-132 I-123 I-124 I-126 I-133 I-134 I-135 In-114m In-111 In-113m In-115m Ir-192 Ir-189 Halaman 19 dari 36 halaman

Potassium Krypton Lanthanum Lutetium Magnesium Manganese Ir-190 Ir-194 K-40 K-42 K-43 Kr-85 Kr-81 Kr-85m Kr-87 La-137 La-140 Lu-176 Lu-172 Lu-173 Lu-174 Lu-174m Lu-177 Mg-28 Mn-52 Mn-53 Mn-54 Mn-56 Halaman 20 dari 36 halaman

Molybdenum Nitrogen Sodium Niobium Neodymium Nickel Neptunium Osmium Mo-93 Mo-99 N-13 Na-22 Na-24 Nb-95 Nb-93m Nb-94 Nb-97 Nd-147 Nd-149 Ni-63 Ni-59 Ni-65 Np-235 Np-236 Np-237 Np-239 Os-185 Os-191 Os-191m Os-193 Halaman 21 dari 36 halaman

Phosphorus Protactinium Lead Palladium Promethium Os-194 P-32 P-33 Pa-230 Pa-231 Pa-233 Pb-201 Pb-202 Pb-203 Pb-205 Pb-210 Pb-212 Pd-109 Pd-103 Pd-107 Pm-143 Pm-144 Pm-145 Pm-147 Pm-148m Pm-149 Pm-151 Halaman 22 dari 36 halaman

Polonium Praseodymium Platinum Plutonium Radium Po-210 Po-212 Pr-142 Pr-143 Pt-188 Pt-191 Pt-193 Pt-193m Pt-195m Pt-197 Pt-197m Pu-236 Pu-237 Pu-238 Pu-239 Pu-240 Pu-241 Pu-242 Pu-244 Ra-223 Ra-224 Ra-225 2844.20.10.00 Bahan nuklir Persetujuan impor / ekspor Bahan Nuklir 2844.40.11.00 Halaman 23 dari 36 halaman

Rubidium Rhenium Rhodium Radon Ruthenium Ra-226 Ra-228 Rb-86 Rb-87 Rb-81 Rb-83 Rb-84 Re-184 Re-184m Re-186 Re-187 Re-188 Re-189 Rh-99 Rh-101 Rh-102 Rh-102m Rh-103m Rh-105 Rn-222 Ru-103 Ru-97 Halaman 24 dari 36 halaman

Sulfur Antimony Scandium Selenium Silicon Ru-105 Ru-106 S-35 Sb-122 Sb-124 Sb-125 Sb-126 Sc-46 Sc-44 Sc-47 Sc-48 Se-75 Se-79 Si-31 Si-32 Samarium Tin Sm-147 Sm-153 Sm-145 Sm-151 Sn-113 Sn-117m Halaman 25 dari 36 halaman

Strontium Tantalum Terbium Technetium Sn-119m Sn-121m Sn-123 Sn-125 Sn-126 Sr-85 Sr-90 Sr-82 Sr-85m Sr-87m Sr-89 Sr-90 Sr-91 Sr-92 Ta-178 Ta-179 Ta-182 Tb-157 Tb-158 Tb-160 Tc-99 Tc-99m Halaman 26 dari 36 halaman

Tellurium Thorium Tc-95m Tc-96 Tc-96m Tc-97 Tc-97m Tc-98 Te-121 Te-121m Te-123m Te-125m Te-127 Te-127m Te-129 Te-129m Te-131m Te-132 Th-227 Th-228 Th-229 Th-230 Th-231 Th-232 2844.30.10.00 Bahan nuklir Persetujuan impor / ekspor Bahan Nuklir Halaman 27 dari 36 halaman

Titanium Thallium Thulium Uranium Th-234 Ti-44 Tl-200 Tl-201 Tl-202 Tl-204 Tm-170 Tm-167 Tm-171 Natural Uranium U-230 U-232 U-233 U-234 U-235 U-236 U-238 Uranium enriched in U-235 Uranium depleted in U-235 2844.10.10.00 2844.20.10.00 2844.30.10.00 2844.20.10.00 Bahan nuklir Persetujuan impor / ekspor Bahan Nuklir 2844.30.10.00 Halaman 28 dari 36 halaman

Vanadium Tungsten Xenon-133 Yttrium-90 Ytterbium V-48 V-49 W-178 W-181 W-185 W-187 W-188 Xe-133 Xe-122 Xe-123 Xe-127 Xe-131m Xe-133 Xe-135 Y-90 Y-87 Y-88 Y-91 Y-91m Y-92 Y-93 Yb-169 Halaman 29 dari 36 halaman

Zinc-65 Pesawat sinarx diagnostik / diagnostic apparatus, Xray Yb-175 Zn-65 Zn-69 Zn-69m Terpasang tetap untuk pemeriksaan umum Mobile Tomografi Densitas tulang ESWL C-arm bedah Mamografi Fluoroskopi 9022.14.00.00 9022.14.00.00 9022.12.00.00 9022.14.00.00 9022.14.00.00 9022.14.00.00 9022.14.00.00 9022.14.00.00 Halaman 30 dari 36 halaman

Pesawat sinarx intervensional CT-scan Gigi intraonal konvensional Gigi intraoral digital Gigi ekstraoral konvensional Gigi ekstraoral digital Gigi cone-beam CT scan Fluoroskopi C-arm / U-arm angiografi 9022.12.00.00 9022.13.00.00 9022.13.00.00 9022.14.00.00 9022.13.00.00 9022.13.00.00 9022.13.00.00 9022.14.00.00 Halaman 31 dari 36 halaman

Pesawat radioterapi Pesawat sinarx penunjang radioterapi CT-scan Teleterapi Co-60 Brakhiterapi Low Dose Rate (LDR) Brakhiterapi Medium Dose Rate (MDR) Brakhiterapi High Dose Rate (HDR) Linear accelerator 9022.12.00.00 Sinar-X orthovoltage Sinar-X superficial 9022.14.00.00 simulator CT-Scan simulator Carm brakhiterapi 9022.14.00.00 9022.21.00.00 9022.21.00.00 9022.21.00.00 9022.21.00.00 9022.14.00.00 9022.14.00.00 9022.12.00.00 9022.14.00.00 Halaman 32 dari 36 halaman

Pesawat sinarx penunjang kedokteran nuklir Pesawat kedokteran nuklir diagnostik in vivo dan penelitian medik klinik Peralatan radiografi industri CT-Scan untuk penunjang kedokteran nuklir PET (Positron Emission Tomography) PET-CT 9022.12.00.00 8543.10.00.00 8543.10.00.00 9022.12.00.00 9022.19.90.00 Betatron 9022.90.90.00 Linear accelerator 9022.19.90.00 Gamma Gamma crawler X-ray crawler 9022.29.90.00 9022.29.90.00 9022.19.90.00 Netron Halaman 33 dari 36 halaman

Tabung sinar-x Peralatan fotofluorografi Iradiator Akselerator partikel, bukan untuk pembangkitan sinar-x 9022.30.00.00 Fotofluorografi zat radioaktif Fotofluorografi pembangkit radiasi Iradiator dengan zat radioaktif terbungkus Iradiator dengan pembangkit radiasi Akselerator Van De Graaff Akselerator Cockcroft and Walton Linear accelerator Cyclotron Betatron Synchrocyclotron 9022.19.90.00 9022.29.90.00 8543.10.00.00 8543.10.00.00 Halaman 34 dari 36 halaman

Peralatan fluoroskopi bagasi Detektor bahan peledak Peralatan gauging industri Fuel elements (cartridges) non-irradiated, for nuclear reactors Spent or Synchrotron Akselerator implantasi ion / Ion implanters for doping semiconductor Fluoroskopi bagasi 9022.19.90.00 9022.29.90.00 9022.29.90.00 9022.19.90.00 8401.30.00.00 Bahan nuklir Persetujuan impor / ekspor Bahan Nuklir 2844.50.00.00 Bahan nuklir Persetujuan impor / ekspor Bahan Nuklir Detektor bahan peledak Gauging industri zat radioaktif Gauging industri pembangkit radiasi Halaman 35 dari 36 halaman

irradiated fuel elements (cartridges) Halaman 36 dari 36 halaman