BAB I PENDAHULUAN. Bising didefinisikan sebagai bunyi tidak dikehendaki yang merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penguasaan pemahaman mereka terhadap setiap materi yang diajarkan.

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (Mahfuddin, 2009). Menurut

ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

Pengertian Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

BAB I PENDAHULUAN. segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan dewasa ini sangat pesat.

Topik Makalah. Budaya Masyarakat Indonesia Mudik Lebaran. Kelas : 1-KA24

BAB. I PENDAHULUAN. membuat kota ini terdiri dari lima wilayah kecamatan (Distric), yaitu

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

ANALYSIS OF TRAFFIC NOISE IN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA HOSPITAL ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALU LINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan. Tujuan transportasi. mempererat hubungan antar bangsa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

SUPADI NIM : NIRM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pengaruh core campuran sampah daun kering, kertas koran dan plastik hdpe pada komposit sandwich UPRS Cantula 3D terhadap nilai sound transmission loss

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa diharapkan dapat memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Peningkatan arus lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising didefinisikan sebagai bunyi tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam atau buatan manusia. Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap sangat mengganggu. Bising yang didengar sehari-hari berasal dari banyak sumber baik dekat maupun jauh. Pada tahun-tahun terakhir ini diberitakan bahwa sekitar 14,7 juta penduduk Amerika Serikat terpajan kebisingan yang mengancam pendengaran karena pekerjaan, sedangkan 13,5 juta orang tanpa disadari terpajan kebisingan pada tingkat berbahaya, seperti bising dari pesawat terbang, truk, bis, mobil, sepeda motor, alat-alat musik, pemotong rumput dan alat-alat dapur. Menurut Kryter (1996), tingkat kebisingan di jalan raya dapat mencapai 70-80 db, sedangkan di sekitar jalur kereta api mencapai 90 db dan di sepanjang jalur take off pesawat dapat mencapai 110 db. Basirudin (2003) pada penelitiannya mendapatkan bahwa rerata intensitas bising kendaraan bajaj adalah sebesar 91 db dan survai Shield (2005) melaporkan bahwa 86% sumber bising di lingkungan sekolah adalah berasal dari mobil. dapat merepresentasikan intensias bising di jalan raya, dengan volume kendaraan yang sangat padat dengan jenisnya yang beragam. Pada suasana kelas yang tenang dan 1

2 jauh dari jalan raya tingkat kebisingannya mencapai 40-50 db; sama dengan yang dilaporkan Jonsdotir (2002) bahwa sebagian besar ruangan kelas mempunyai tingkat kebisingan 50 db. Di bidang THT, bising ini tidak hanya berdampak pada gangguan pendengaran, tetapi dapat juga berdampak pada gangguan komunikasi. Menurut Atmosoewarno (2003), komunikasi verbal (lisan) merupakan sarana informasi dan komunikasi yang paling efektif Suara juga dapat digunakan untuk mengekspresikan berbagai keadaan emosional manusia, untuk meningkatkan kemampuan intelektual, spiritual dan sosial, sehingga suara guru yang tidak mengalami gangguan dibutuhkan untuk menyampaikan informasi yang jelas kepada murid-muridnya. Sekolah harusnya masuk ke Zona B berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 718/MEN.KES/PER/XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan. Persyaratan untuk zona B ditetapkan sebesar 45 db (maksimum yang dianjurkan) sampai 55 db (maksimum yang diperbolehkan). Sayangnya, distribusi lokasi SMA cukup tersebar, mulai dari daerah perkotaan sampai pedesaan, dari pinggir jalan raya sampai ke tengah perumahan, bahkan di sekitar jalur kereta api dan jalur take off pesawat terbang. Akibat kepadatan volume kendaraan di perkotaan dan pinggir jalan raya yang lebih padat dibandingkan di pedesaan dan di perkampungan, dapat diasumsikan bahwa tingkat kebisingannya juga lebih tinggi. Menurut Gabriel (1990) tingkat kebisingan jalan pada umumnya adalah 60 db sampai 80 db dengan rata-rata 70 db. SMAN 6 Bandung terletak di jalan Pasir Kaliki yang merupakan jalan dengan jalur utama. Arus kendaraan di Jalan Pasir Kaliki ini termasuk kategori

3 padat selain karena merupakan jalan utama juga karena lingkungannya merupakan salah satu lingkungan perekonomian Bandung. Karena arus lalu lintas yang cukup padat maka berdampak pada kebisingan lalu lintas yang cukup tinggi. Karena letak bangunan SMAN 6 Bandung ini terletak tepat di pinggir jalan raya maka kebisingan lalu lintas ini berpengaruh pada proses belajar-mengajar di SMAN 6 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi belajar siswa SMAN 6 Bandung berdasarkan kebisingan arus lalu lintas. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk memperjelas kemungkinan permasalahan yang ditimbul dari penelitian ini. Adapun yang menjadi alasan penulis memilih masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi bangunan SMAN 6 Bandung yang terletak di pinggir jalan raya mengakibatkan tingginya tingkat kebisingan yang diakibatkan arus lalu lintas jalan raya pada lingkungan SMAN 6 Bandung. 2. Kenyamanan pada saat aktivitas belajar dapat menciptakan suatu konsentrasi belajar berdasarkan tingkat kebisingan suatu ruangan 3. Kebisingan merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar

4 C. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Berapa besar tingkat kebisingan ruang kelas SMAN 6 Bandung akibat arus lalu lintas 2. Bagaimana gambaran tingkat konsentrasi belajar siswa di SMAN 6 Bandung 3. Bagaimana perbedaan tingkat konsentrasi belajar siswa di SMAN 6 Bandung berdasarkan tingkat kebisingan ruang kelas. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu : 1. Mengetahui tingkat kebisingan ruang kelas SMAN 6 Bandung akibat arus lalu lintas 2. Mengetahui gambaran tingkat konsentrasi belajar siswa di SMAN 6 Bandung 3. Mengetahui perbedaan konsentrasi belajar siswa di SMAN 6 Bandung berdasarkan tingkat kebisingan ruang kelas E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi SMAN 6 Bandung hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam upaya menanggulangi masalah kebisingan untuk

5 meningkatkan proses belajar, sehingga dapat menjadi suatu bekal/alat dalam meningkatkan kualitas lulusan SMAN 6 Bandung. 2. Bagi penulis penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai teori konsentrasi belajar dan kebisingan suatu ruangan. 3. Bagi mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, dapat menjadi bahan acuan pada penulisan penelitian selanjutnya. E. Penjelasan Judul Penjelasan istilah dalam judul diperlukan guna menghindari kesalahan penafsiran beberapa istilah dalam judul penelitian. Istilah-istilah yang memungkinkan salah tafsir, perlu ditegaskan batas-batasnya. 1. Kebisingan adalah sebagai suara yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Menteri Negara lingkungan hidup dalam keputusan menteri LH, 1996) 2. Lalu lintas adalah gerak kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, pejalan kaki dan hewan di jalan yang merupakan salah satu cabang dari transportasi yang menyangkut operasi dari jalan (wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2006) 3. Konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk memperhatikan atau fokus pada suatu hal (Pricilla, 2006). 4. Belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan (Harold Spears ).

6 Dari penjelasan istilah diatas maka pada penelitian ini mencakup pada kebisingan yang timbul dari akibat arus lalu lintas jalan raya yang terdapat di depan bangunan SMAN 6 Bandung dan pengaruhnya terhadap perbedaan konsentrasi belajar siswa SMAN 6 Bandung.