PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

dokumen-dokumen yang mirip
Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Tinjauan Pustaka

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Handout. Bahan Ajar Korosi

Bab IV Hasil dan Pembahasan

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOSISI Al PADA PADUAN Fe-Ni-Al

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

Pengaruh Jarak Anoda-Katoda dan Durasi Pelapisan Terhadap Laju Korosi pada Hasil Electroplating Hard Chrome

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-4) 1. Identitas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia/Kimia

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Ketahanan Korosi Paduan Amorf Berbasis Zirkonium Zr 69.5 Cu 12 Ni 11 Al 7.5 dalam Lingkungan Nacl

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH SUHU HEAT TREATMENT TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL PAGAR.

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB IV HASIL PENELITIAN

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang paling berbahaya., karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Biasanya

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Elektrokimia. Sel Volta

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Transkripsi:

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT Agus Solehudin *) Asep Lukman Koswara **) Intisari ACI CF-8M adalah baja cor paduan tinggi Fe(CrNi) untuk aplikasi media korosif dibawah suhu 650 o C. Karena ketahanan korosinya maka baja cor tersebut banyak digunakan sebagai komponen yang kontak langsung maupun tidak dalam lingkungan korosif, seperti sebagai impeller atau rumah impeller pompa sentrifugal. Metode percobaan uji korosi dilakukan dengan metode polarisasi linier. Tiga jenis bahan uji yaitu bahan uii tanpa perlakuan panas, perlakuan panas dengan pencelupan dalam air (quenching), perlakuan panas dengan pendinginan udara (normalizing) dilakukan proses korosi dalam larutan 1 N larutan asam sulfat dalam keadaan stagnan dan suhu kamar. Dilakukan pengukuran ph awal dan ph akhir dengan ph meter digital. Benda uji berupa elektroda kerja dari baja cor tahan karat tipe ACI CF-8M dengan komposisi kimia sebagai berikut : 0,06%C, 0,6%Mn, 0,013%P, 0,005%S, 17,65%Cr, 9,6%Ni, 2,7%Mo dan sisa Fe. Berdasarkan analisis kurva polarisasi dari ketiga bahan uji tersebut, maka bahan uji yang memiliki pasivasi (lapisan film) yang paling stabil adalah bahan uji yang mendapat perlakuan panas dengan pencelupan dalam air (quenching). Sehingga disimpulkan bahwa baja cor tahan karat ACI CF-8M yang mendapat perlakuan panas dengan pencelupan dalam air (quenching). memiliki ketahanan korosi yang paling baik. Kata kunci : Baja cor, polarisasi, lapisan pasif, korosi, asam sulfat. Abstract ACI CF-8M is the high alloys cast steel of Fe(CrNi) for applications in corrosive environment under temperature of 650 o C. Cast steel is applied as many components that direct and indirect contact in corrosive environment. Among them is used as a centrifugal pump impeller or centrifugal pump impeller home. The method of corrosion test was conducted with the linier polarization method on the three types of materials test. They were treated by water quenching, air normalizing and without solution treatment. They were immersed in 1N of acid sulphate solution under room temperature. The measurement of ph was done early and final with a digital ph meter. Test objects such as working electrode of stainless steel cast of ACI CF-8M type with chemical composition as follows: 0.06% C, 0.6% Mn, 0.013% P, 0.005% S, 17.65% Cr, 9.6 % Ni, 2.7% Mo and the remainder of Fe. Based on the analysis of polarization curve of the tests, the material that has film coating was the most stable material that had been water quench treated. It could be then concluded that stainless cast steel of ACI CF-8M with the condition of solution treatment followed by quench water, corrosion resistance was superior. Keyword : cast steel, polarization curve, passive film, corrosion, sulfate acid PENDAHULUAN ACI CF-8M adalah baja cor paduan tinggi Fe(CrNi) untuk digunakan pada media korosif dibawah temperature 650 o C karena adanya pasivasi 1). Karena ketahanan korosinya tersebut maka baja cor ini banyak diaplikasikan sebagai komponen yang kontak langsung maupun yang tidak kontak langsung dalam lingkungan agresif. Diantaranya digunakan sebagai impeller pompa Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 1

sentrifugal, rumah impeller pompa sentrifugal, dan lain-lain. Melalui perlakuan panas yang tepat akan membuat baja cor tahan terhadap serangan korosi dalam lingkungan agresif. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan percobaan untuk kondisi perlakuan panas yang diikuti pendinginan dalam udara (normalizing) dan perlakuan panas yang diikuti pencelupan dalam air (quenching) serta tanpa perlakuan panas, pada media korosif yang sama yakni dalam larutan asam sulfat. Korosi adalah kerusakan suatu material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan disekililingnya. Jadi korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungan, yang berusaha mencapai kesetimbangan. Daya tahan korosi logam atau paduan tergantung pada beberapa faktor seperti struktur mikro dan lingkungan korosif. Perbedaan struktur mikro dapat disebabkan oleh adanya factor perbedaan solution treatment 2). Pengujian korosi logam atau paduan dapat dilakukan dengan metode kurva polarisasi linier. Pinsipnya adalah jika anaoda dan katoda yang ada dalam suatu elektrolit terhubung singkat, maka reaksi-reaksi anodic dan katodik akan berlangsung dan system sel elektrokimia akan keluar dari kesetimbangan. Jika sel elektrokimia tidak lagi dalam keadaan kesetimbangan, maka potensial kedua elektroda pun akan bergeser dari potensial termodinamikanya. Peristiwa bergesernya potensial elektroda dari potensial kesetimbangannya inilah disebut sebagai polarisasi 2). Hasil dari pengujian korosi dengan metode kurva polarisasi linier akan menghasilkan suatu kurva polarisasi yakni kurva antara potensial terhadap rapat arus (log i). Dari kurva polarisasi bias dihitung laju korosi dengan menentukan rapat arus pertukaran untuk system logam elektrolit. Laju korosi (r) dalam satuan mils per year (miliinchi per tahun ) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini 2) : r = 0,1279 ai/nd (mpy) Dimana a adalah berat atom logam yang terkorosi (gram/mol), i adalah rapat arus korosi (micron amper/cm 2 ), n adalah jumlah electron per mol yang terlibat, dan D adalah berat jenis logam yang terkorosi (gr/cm 3 ). Selain laju korosinya, kecenderungan logam untuk mengalami salah satu bentuk serangan korosi juga dapat diramalkan dari bentuk kurva polarisasinya. Berdasarkan kurva polarisasi tersebut dapat dilihat apakah logam atau paduan tersebut mengalami korosi merata, pasivasi, atau mengalami keduanya. METODE PENELITIAN Benda uji berupa elektroda kerja dari baja cor tahan karat tipe ACI CF-8M dengan komposisi kimia sebagai berikut : 0,06%C, 0,6%Mn, 0,013%P, 0,005%S, 17,65%Cr, 9,6%Ni, 2,7%Mo dan sisa Fe. Sebelum dilakukan pengujian korosi sebagian benda uji dikenai proses perlakuan panas sebagai berikut : No. Uji Dimensi (cm) Waktu Penahanan Suhu Pemanasan Media Pendingin 1 1 x 1 - - - 2 0,95 x 1 1 jam 1100 o C Dicelupkan ke dalam air 3 0,9 x 1 1 jam 1100 o C Didinginkan di udara Percobaan korosi dilakukan pada dalam keadaan stagnan dalam larutan asam sulfat 1 N pada suhu kamar. Dilakukan pengukuran ph awal dan ph akhir dengan ph meter digital. Kurva polarisasi yang didapat dari uji korosi tersebut adalah kurva polarisasi dari bahan uji tanpa perlakuan panas, bahan uji yang mengalami perlakuan panas yang diikuti pencelupan dalam air (quenching) dan bahan uji yang mengalami perlakuan panas yang diikuti pendinginan di udara (normalizing). HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Kurva polarisasi anodik untuk bahan uji (baja cor tahan karat ACI CF-8M) hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 1, 2 dan 3. Kurva polarisasi tersebut dibagi menjadi beberapa daerah. Daerah OA adalah daerah pembentukan hidrogen, indikasinya adalah terbentuknya gelembunggelembung gas pada saat reaksi berlangsung. Daerah A-B adalah daerah aktif dimana terjadi pelarutan logam. Pada daerah ini belum atau tidak terbentuk lapisan pasif, hubungan potensial Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 2

dengan rapat arus akan mengikuti persamaan tafel 2). Daerah B-C adalah daerah transisi aktifpasif atau transpasif. Dalam selang potensial tersebut logam sudah mulai membentuk lapisan pasif meskipun sebagiannya dapat larut kembali. Besar daerah pasif dan daerah transisi menunjukkan tingkat kesukaran logam untuk menjadi pasif. Setelah mencapai potensial C, film pasif protektif telah terbentuk pada seluruh permukaan logam, dan logam menjadi pasif. Pelarutan logam pada daerah ini akan sangat lambat. Pada daerha D-E menunjukkan terjadinya pelarutan film pasif, juga pelarutan logam (daerah transpasif). Setelah mencapai potensial E juga terjadi reaksi pembentukan oksigen (oksida air). disebabkan oleh adsorpsi atom-atom oksigen pada permukaan logam 9). Lapisan film pada benda uji ini relative tipis sekitar 10 50 A, mungkin tidak seragam dan tidak homogen. Umumnya dianggap sebagai oksida dan atau hidroksida. Lapisan film tersebut dapat menghambat proses korosi lebih lanjut, karena film tersebut dapat menghambat pergerakan ion logam yang teroksidasi untuk masuk ke dalam larutan. Film tersebut masih mampu melewatkan elektron sehingga hamper tidak menghalangi reaksi reduksi. Sebagai indikasinya adalah pada saat lapisan film pasif mulai terbentuk (daerah transpasif) terjadi penurunan arus dan potensial tetap naik. Kemudian, pada saat memasuki daerah pasif, arus cenderung stabil pada potensial yang aktif meningkat tajam. Gambar 1. Kurva polarisasi baja cor tahan karat ACI CF-8M pada kondisi As-Cast (tanpa perlakuan panas) diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat. Pada baja paduan Cr-Ni repasifasi dapat terbentuk sebelum terjadi reaksi pembentukan oksigen, karena pelarutan yang terjadi pada daerah transpasif kedua hanya terjadi pada oksida krom, Cr 2 O 3, dan Cr pada potensial diatas atau sama dengan potensial D, sedangkan oksida besi, Fe 2 O 3 masih membentuk film pasif. Pada kasus bahan uji ini terhambatnya proses pelarutan film pasif Cr 2 O 3, dan Cr, pada saat reaksi pembentukan gas oksigen berlangsung, Gambar 2. Kurva polarisasi baja cor tahan karat ACI CF-8M hasil perlakuan panas pada 110 o C, holding time 1 jam, water quench diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat. Dilihat dari kurva polarisasi hasil percobaan pada gambar 1, 2 dan 3, peningkatan potensial yang terukur saat lapisan pasif terbentuk homogeny (daerah pasif) berkisar antara 0,4 0,45 V. Pada selang potensial tersebut dan pada ph 4 7 adalah terjadi reaksi pembentukan Cr 2 O 3 7). Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 3

pasivasi terjadi karena terbentuknya lapisan pasif Cr 2 O 3 dan Fe 2 O 3 6). Perbandingan ketiga kurva poalrisasi hasil percobaan pada gambar 1, 2, dan 3, maka akan terlihat fenomena yang berbeda pada tiap tahap. Pada gambar 1 terlihat daerah aktif dan transisi (daerah pada selang potensial -0,32 0,4 V) lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa pada pada benda uji ini terbentuknya pasivasi lebih sukar. Kemudian, pada daerah pasif (daerah pada selang potensial 0,4 0,92 V) terjadi ketidakstabilan rapat arus, hal ini menunjukkan bahwa film pasif yang terbentuk tidak homogen dan kemungkinan mudah pecah. Pada kurva gambar 1 ini terdapat daerah transpasif setelah daerah pasif (daerah pada selang potensial 0,92 1,0 V). Dari kurva tersebut, rapat arus pasif (i p ) didapat 0,005 ma/cm 2, dan rapat arus kritis (i c ) adalah 0,5 ma/cm 2. Gambar 3. Kurva polarisasi baja cor tahan karat ACI CF-8M hasil perlakuan panas pada 110 o C, holding time 1 jam, air cooling diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat. Pada gambar 2, terlihat daerah aktif dan daerah transisinya lebih sempit dari pada kurva pada gambar 1 yakni berada pada selang potensial -0,3 0,4 V. Hal ini menunjukkan bahwa benda uji tersebut lebih mudah mengalami pasivasi. Daerah pasif berada pada selang potensial 0,4 0,95 V, hal ini menunjukkan bahwa lapisan pasif sangat stabil dan lebih lebar. Kurva hasil percobaan pada gambar 2 ini tidak menunjukkan adanya daerah transisi setelah daerah pasif (daerah transisi kedua). Dari kurva tersebut, rapat arus pasif (i p ) didapat 0,1 ma/cm 2, dan rapat arus kritis (i c ) adalah 3,0 ma/cm 2. Pada gambar 3, terlihat daerah aktif dan daerah transisinya jauh lebih sempit dari pada kurva pada gambar 1 yakni berada pada selang potensial -0,25 0,13 V, akan tetapi daerah pasif berada pada selang potensial 0,13 0,9 V, terjadi peningkatan rapat arus yang mencolok, hal ini menunjukkan bahwa lapisan pasif mengalami pecah di beberapa tempat. Dari kurva tersebut, rapat arus pasif (i p ) didapat 0,095 ma/cm 2, dan rapat arus kritis (i c ) adalah 0,05 ma/cm 2. Penelitian korosi baja cor ACI CF-8M telah dilakukan pada lingkungan 3,5% NaCl oleh Gunawan R (1999) 5). Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi korosi sumuran pada permukaan baja cor yang tidak mengalami solution heatreatment. Hal ini karena pada permukaan material tersebut tidak terjadi lapisan pasif. Korosi sumuran dapat terjadi pada logam atau material yang mampu pasif 2,4). Pada baja cor yang mengalami water quenching tidak terjadi korosi sumuran, tetapi terjadi korosi aktif. Sedangkan dalam lingkungan H 2 SO 4 terjadi pasivasi seperti telah dibahan hasil penelitian di atas. Adapun kemungkinan reaksi yang terjadi pada tiap tahap dalam kurva polarisasi dari gambar 1, 2, dan 3 adalah : Reaksi reduksi oksigen dalam larutan asam : O 2 + 4H + + 4e 2H 2 O Reaksi reduksi terjadi evolusi hydrogen : 2H + + 2e H 2 Reaksi oksidasi terdiri dari : Daerah aktif : Fe Fe 2+ + 2e Cr Cr 3+ + 3e Ni Ni 2+ + 2e Daerah transisi dan daerah pasif : 2Fe 2+ + 3H 2 O Fe 2 O 3 + 6H + +2e 2Cr 3+ + 3H 2 O Cr 2 O 3 + 6H + Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 4

Daerah transisi kedua yakni pelarutan lapisan pasif : Cr 2 O 3 + 5H 2 O 2H 2 CrO 4 + 6H + Cr Cr 3+ + 3e Daerah pembentukan oksigen : H 2 O ½ O 2 + 2H + +2e Hasil pemeriksaan struktur mikro pada permukaan ketiga material benda uji seperti pada gambar 4, 5, dan 6, terlihat bahwa pada permukaan material tersebut tidak terlihat adanya korosi antar butir. Sementara, hasil penelitian Faizal Riza (1999) 3) melaporkan bahwa baja cor ACI CF-8M pada kondisi as-cast dan water quenching yang mengalami proses korosi dalam larutan 10% asam nitrat + 3% asam florida pada 60 o C selama 4 jam, pada permukaan materialnya terjadi korosi antar butir. Hal ini karena terjadi sentisisasi pada batas butir. Sentisisasi dapat terjadi karena adanya zona deplesi Cr akibat terbentuknya karbida-karbida pada batas butir, yang berkonsekuensi terhadap kerawanan korosi batas butir 2). Berdasarkan perbandingan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses korosi material ACI CF-8M dalam lingkungan asam sulfat sangat lambat, sehingga tidak terdeteksi melalui pemeriksaan struktur mikro pada potongan melintang benda uji hasil proses korosi. Gambar 5. Struktur mikro baja cor ACI CF-8M baja cor tahan karat ACI CF-8M hasil perlakuan panas pada 110 o C, holding time 1 jam, water quench diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat (Ferric Chloride Acide, 400x) Gambar 6. Struktur mikro baja cor ACI CF-8M baja cor tahan karat ACI CF-8M hasil perlakuan panas pada 110 o C, holding time 1 jam, Air normalizing diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat (Ferric Chloride Acide, 400x) KESIMPULAN Gambar 4. Struktur mikro baja cor ACI CF-8M kondisi As-Cast (tanpa perlakuan panas) diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat (Ferric Chloride Acide, 400x) 1. Berdasarkan analisis kurva polarisasi dari ketiga bahan uji, maka material yang memiliki pasivasi (lapisan film) yang paling stabil adalah material yang mendapat perlakuan water quench. Hal ini karena daerah aktif dan daerah transisinya lebih sempit dibanding dengan bahan uji yang lainnya dan tidak menunjukkan adanya daerah transisi setelah daerah pasif (daerah transisi kedua). Sehingga baja cor tahan karat ACI CF-8M hasil perlakuan panas pada 110 o C, Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 5

holding time 1 jam, water quench diuji korosi dalam lingkungan 1 N asam sulfat memiliki ketahanan korosi yang paling baik. 2. Hasil pemeriksaan struktur mikro pada potongan melintang benda uji hasil laku korosi terlihat bahwa pada permukaan material tersebut tidak adanya korosi antar butir. 3. Hasil pemeriksaan komposisi kimia, baja cor hasil pengecoran mengandung kadar Cr 17,65%, dan kadar Ni 9,6% membuat baja cor tersebut mampu mengalami pasivasi. Daftar Pustaka 1. Berntain and Peckner, 1977, Handbook of Stainless Steel, Mc. Graw-Hill Book company, New York, USA. halaman 4-63. 2. Denny A Jones, 1992, Principles and Prevention of Corrosion, Mac Millan, New York, USA, halaman 143-148. 3. Faizal Riza, 1999, Proses pengecoran bearing housing pompa sentrifugal dari baja cor tahan karat, Laporan Penelitian, Unjani. 4. Fontana, M.G., 1987, Corrosion Engineering, Mc. Graw-Hill Book company New York, USA. 5. Gunawan Refiadi, 1999, Pembuatan impeter pompa sentrifugal dengan proses pengecoran baja cor tahan karat, Laporan Penelitian, Unjani. 6. Isdiriayani, 1978, Kinetika Korosi Aqueous, Diktat Pelatihan, ITB. 7. Pourbaix, M., 1974, Atlas of Electrochemical Equlibria in Aqueous solution, NACE, Houston, Texas, USA, halaman 311-313. 8. Rubijanto, 2006, Pengaruh proses pendinginan pasca pelakuan panas terhadap kekerasan pada baja tahan karat 304, Traksi, Vol. 4., (1). Unimus, halaman 19. 9. Sunara Purwadaria, 1995, Konsep-konsep dasar Korosi Aqueous, Diktat Pelatihan, ITB. Jl. Sangkuriang 14 Bandung Page 6