BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT.

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

7.2. PENDEKATAN MASALAH

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Meningkatnya

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Sulaeman, 2015

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

KAJIAN KOPERASI PERSUSUAN DI JAWA BARAT

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat Oleh Achmad Firman 1

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber :

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik itu di darat maupun di laut. Berbagai potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan negara lain yang sumber daya alamnya hanya sedikit. Letak Indonesia yang berada pada garis katulistiwa menjadikan negeri ini memiliki iklim tropis yang mendukung bagi pertumbuhan serta perberkembangan berbagai jenis flora dan fauna. Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada di negeri ini dan telah mengembangkannya ke dalam berbagai sektor. Salah satu sektor yang menjadi andalan di negeri ini adalah sektor pertanian, dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Sektor pertanian di Indonesia ini terbagi-bagi kedalam beberapa bagian seperti pertanian lahan basah dan lahan kering, perkebunan, perladangan, serta peternakan. Saat ini yang penting untuk diperhatikan adalah pada sektor peternakan terutama peternakan sapi perah. Seperti diketahui bahwa peternakan sapi perah di Indonesia belum berkembang secara optimal, dapat dilihat dari produksi susu nasional yang baru mencapai 25-30% kebutuhan konsumsi nasional sementara susu dan produk olahan sisanya masih diimpor dari negara lain seperti Filipina,

2 New Zealand dan Australia. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa faktor yang menghambat berkembangnya usaha ternak sapi perah di Indonesia, antara lain permodalan, pemasaran dan persaingan, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak, serta sarana transportasi (Rukmana, 2009:7). Dalam hal permodalan, di Indonesia khususnya di Jawa Barat usaha peternakan sapi perah mengalami hambatan dari segi pembibitan. Data dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jabar dan Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) menyebutkan bahwa stok bibit pada umumnya dalam kondisi kurang baik serta kepemilikan ternak sapi yang jumlahnya relatif kecil yaitu satu sampai lima ekor/peternak sehingga hal ini mempengaruhi pada produktivitas para peternak sapi perah. Dari potensi bibit, populasi total sapi perah di Jawa Barat terdapat 75.253 ekor, dengan sapi berproduksi berjumlah 35.543 ekor dan dalam setahun mendapatkan sapi pedet 25.000 ekor (80%) yang terdiri dari 50% betina dan 50% jantan. Jawa Barat sendiri per bulannya memproduksi sapi betina sebanyak 12.500 ekor, namun produksinya tetap stagnan, produktivitas masih sulit ditingkatkan dari angka rata-rata 11-12 liter/ekor/hari, meskipun sebagian peternakan sudah ada yang mencapai 30 liter/ekor/hari. Dari segi pamasaran dan persaingan, kendala yang dihadapi adalah daya beli masyarakat yang masih rendah terhadap produk susu, harga jual yang tidak sesuai dengan biaya produksi, serta persaingan dengan pabrik-pabrik susu yang memproduksi susu dalam kemasan kaleng yang kebanyakan produksi susu kaleng ini bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Besarnya impor susu sapi dari luar negeri ini tentunya mengakibatkan berbagai kerugian diantaranya yaitu

3 terkurasnya devisa nasional, hilangnya kesempatan terbaik (opportunity loss) karena tidak memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada untuk perkembangan agribisnis persusuan, serta hilangnya pendapatan yang seharusnya diperoleh pemerintah dari pajak apabila agribisnis persusuan dikembangkan secara baik (Arief Daryanto, 2007). Dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan peternak, di Indonesia pada umumnya para peternak sapi perah masih kurang memiliki bekal ilmu pengetahuan atau skill di bidang peternakan sehingga berpengaruh besar tehadap pengembangan usaha ternak sapi perah. Selain beberapa faktor yang menghambat berkembangnya usaha peternakan sapi perah tersebut, terdapat persoalan lain yang ditimbulkan oleh peternakan sapi perah itu sendiri yaitu usaha peternakan sapi perah memiliki potensi menimbulkan masalah terhadap lingkungan disekitarnya. Seperti yang dinyatakan dalam SK Mentan No.237/Kpts/RC410/1991 tentang batasan usaha peternakan yang harus melakukan evaluasi lingkungan yang menyebutkan bahwa Usaha peternakan sapi perah dengan skala lebih besar dari 20 ekor dan relatif terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Satu ekor sapi dengan bobot badan 400 500 kg dapat menghasilkan limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari. Pengelolaan limbah yang kurang baik akan menjadi masalah serius pada usaha peternakan sapi perah, namun sebaliknya jika limbah ini dikelola dengan baik maka dapat memberikan nilai tambah bagi peternakan itu sendiri baik secara ekonomis maupun secara ekologis.

4 Ternak sapi perah yang ada di Indonesia kebanyakan terkonsentrasi di daerah-daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sumatra Utara yang pada umumnya terdapat di dua tempat yaitu di pinggirpinggir kota dan di luar kota terutama di daerah-daerah pertanian sayuran. Salah satu wilayah dimana usaha peternakan sapi perah berkembang dengan pesat ialah di provinsi Jawa Barat, terdapat lebih dari 10.000 rumah tangga pemelihara dan 8.000 rumah tangga usaha ternak sapi perah di provinsi ini. Jumlah rumah tangga peternakan sapi perah di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini. No. Tabel 1.1 Jumlah peternakan sapi perah di Jawa Barat Kabupaten/Kota Rumah Tangga Pemelihara Sapi Perah Rumah Tangga Usaha Jumlah Kabupaten 1. Bandung 8.008 6.362 14.370 2. Ciamis 258 2 260 3. Cirebon - - - 4. Sumedang 2.249 1.864 4.113 5. Purwakarta - - - 6. Bekasi - - - Kota 7. Bogor - - - 8. Sukabumi 2 1 3 9. Depok 3 3 6 10. Tasikmalaya 6 4 10 Jumlah 10.526 8.236 18.762 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah peternakan sapi perah di Jawa Barat yang paling banyak populasi peternak sapi perahnya adalah di Kabupaten Bandung yaitu sekitar 14.370 peternak. Adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Bandung menjadikan wilayah ini terbagi menjadi dua wilayah

5 pemerintahan yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat sendiri memiliki potensi sumberdaya peternakan sapi perah yang cukup besar, peningkatan jumlah ternak sapi dalam satu tahun mencapai 1089 ekor sapi yaitu 29.316 ekor sapi pada tahun 2008 menjadi 30.405 ekor sapi pada tahun 2009. Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 1.2 Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat No. Kecamatan Populasi ternak sapi perah 1. Batujajar - 2. Cihampelas 146 3. Cikalong Wetan 136 4. Cililin 17 5. Cipatat 14 6. Cipeundeuy 19 7. Cipongkor - 8. Cisarua 6.760 9. Gunung Halu 12 10. Lembang 18.035 11. Ngamprah 107 12. Padalarang - 13. Parongpong 5.159 14. Rongga - 15. Sindangkerta - Jumlah 30.405 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung Barat, 2009 Jumlah populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat seperti yang terlihat pada tabel kebanyakan terdapat di Kecamatan Lembang. Wilayahnya yang cukup luas dan suhu udara yang cocok untuk ternak sapi perah menjadikan banyak berkembang peternakan sapi perah di kecamatan ini, selain itu pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak yaitu hijauan atau rumput banyak tersedia.

6 Usaha peternakan sapi perah yang berkembang di Kecamatan Lembang ini dikelola oleh sebuah koperasi peternakan sapi perah rakyat yang dinamakan dengan Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Perkembangan jumlah populasi ternak sapi perah di Lembang sendiri setiap tahunnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia untuk memenuhi gizi dengan mengkonsumsi susu sapi, serta kebijakan pemerintah yang melalui Departemen Pertanian telah mempunyai program menggalakan peningkatan gizi. Berikut ini merupakan grafik peningkatan populasi ternak sapi perah yang berada di Kecamatan Lembang dari tahun 2005 sampai tahun 2009. 18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000 14500 18035 16946 16741 16533 15947 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah populasi ternak sapi perah Sumber: Data Populasi Sapi Perah Lembang dan Hasil perhitungan, 20100 Grafik 1.1 Peningkatan jumlah populasi ternak sapi perah Kecamatan Lembang Melihat semakin meningkatnya jumlah populasi ternak sapi perah di Kecamatan Lembang ini, maka limbah peternakan yang dihasilkanpun akan semakin banyak. Selain itu, usaha peternakan yang semakin berkembang juga

7 harus disertai dengan peningkatan kualitas dan keterampilan dari para peternak dalam mengelola ternaknya agar kesehatan dan kebersihan lingkungan peternakan tetap terjaga termasuk kehigienisan produknya yaitu susu. Peningkatan jumlah usaha peternakan sapi perah ini akan menimbulkan permasalahan baru jika tidak ditangani dengan benar. Maka sebaiknya ada upaya yang dilakukan oleh para peternak untuk meningkatkan kualitas usaha peternakannya agar dapat pula meningkatkan kesejahteraan peternak itu sendiri, dan limbah peternakan yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Upaya yang dapat dilakukan dan dikembangkan pada peternakan sapi perah salah satunya adalah dengan menerapkan konsep produksi bersih. Dalam peternakan sapi perah konsep produksi bersih ini adalah melalui pengelolaan limbah ternak secara baik sehingga dapat memberikan nilai tambah baik secara ekonomis maupun ekoligis. Dari latar belakang yang dipaparkan di atas mengenai potensi peternakan sapi perah dan permasalahan yang dihadapi serta salah satu upaya yang dapat dilakukan, maka penulis tertarik untuk mengkaji sudah sejauh mana para peternak sapi perah yang berada di Kecamatan Lembang menerapkan produksi bersih, serta bagaimana hubungannya dengan latar belakang peternak itu sendiri dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan peternakan. Terkait dengan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul Penerapan Produksi Bersih Pada Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

8 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi lingkungan peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana penerapan produksi bersih pada peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana hubungan latar belakang sosial ekonomi peternak sapi perah dengan penerapan produksi bersih di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 4. Bagaimana hubungan penerapan produksi bersih dengan kondisi lingkungan peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kondisi lingkungan peternakan sapi perah yang ada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi penerapan produksi bersih pada peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Menganalisis hubungan latar belakang peternak sapi perah dengan penerapan produksi bersih di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 4. Menganalisis hubungan penerapan produksi bersih dengan kondisi lingkungan peternakan sapi perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

9 D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan pengayaan bagi peneliti dalam meningkatkan wawasan dan pemahaman terutama tentang judul skripsi yang dibahas. 2. Sebagai salah satu informasi dan masukan bagi pihak pemerintah untuk mengambil dan menetukan kebijakan dalam hal mengembangkan dan mensejahterakan peternak sapi perah serta menjaga kelestarian lingkungan. 3. Dapat memberikan gambaran bagi masyarakat terutama peternak sapi perah tentang bagaimana cara mengembangkan usaha peternakan yang lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak maupun lingkungannya. 4. Sebagai salah satu bahan pengayaan dalam pengembangan ilmu dan pembelajaran Geografi. 5. Sebagai salah satu bahan bacaan dalam melakukan penelitian lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini. E. Definisi Operasional 1. Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan seseorang secara langsung dalam suatu kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan orang yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini penerapan yang dimaksudkan adalah penerapan produksi bersih oleh peternak sapi perah pada peternakannya.

10 2. Produksi bersih Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003). Dalam penelitian ini produksi bersih yang dimaksudkan adalah pengelolaan lingkungan peternakan oleh para peternak secara baik yang meliputi kebersihan dalam pemeliharaan dan perawatan ternak, produksi susu serta pengelolaan limbah ternaknya. 3. Peternakan sapi perah Peternakan adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat kekayaan biotik berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi perkembangan kebutuhan manusia, dengan memperhatikan keseimbangan ekologis dan kelestarian alam (Atmadilaga dalam Mustopha, 1979). Peternakan sapi perah adalah suatu usaha pemeliharaan dan pembiakan ternak sapi, dengan memanfaatkan susu yang diproduksi oleh ternak tersebut. Peternakan sapi perah dalam penelitian ini ialah usaha peternakan dalam skala kecil atau pun sedang. 4. Kecamatan Lembang Kecamatan Lembang adalah lokasi penelitian yang merupakan salah satu kecamatan dari 15 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat, dimana Kecamatan Lembang merupakan wilayah yang paling banyak terdapat populasi ternak sapi perahnya dan juga banyak masyarakat yang bermatapencaharian sebagai peternak sapi perah.