OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA SAWIT DAN DIESEL GENERATOR di PT. ASTRA AGRO LESTARI MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS

OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA SAWIT DAN DIESEL GENERATOR di PT. ASTRA AGRO LESTARI MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS OPTIMASI MODEL JARINGAN DISTRIBUSI PLTH DI WILAYAH BENGKUNAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1. PENDAHULUAN

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

ANALISIS SISTEM ENERGI HIBRID DI WADUK LODAN KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PLN Dari 1973 Sampai 2005

Gambar.1.1. Kondisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

Kajian Teknis Sistem Konversi Pneumatis Energi Gelombang Laut Menggunakan Tanki Bertekanan Dan OWC (Oscillating Water Column)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA SAWIT DAN DIESEL GENERATOR di PT. ASTRA AGRO LESTARI MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER Slamet Baktiman, Heri Suryoatmojo, dansyariffuddin Mahmudsyah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: suryomgt@ee.its.ac.id Abstrak :Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Sawit (PLTBS) adalah sistempembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Tujuan utamanya untuk menghemat pemakaian bahan bakar danmengurangi emisi terutama CO 2. Secara menyeluruh sistem PLTBS inimerupakan sistem yang multi variabel sehingga digunakan bantuan perangkat lunak,dalam hal ini HOMER versi 2.68. Perangkat lunak ini mengoptimasi berdasarkan nilainpc terendah.dengan studi kasus optimasi PLTBS di PT. Astra Agro Lestari, diintegrasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Hasil simulasi dan optimasi dengan bantuan software HOMER menunjukkan bahwa secara keseluruhan sistem yang optimum untuk diterapkan di area studi di atas adalah kombinasi antara PLTBS dan PLTD. Pada kondisi yang optimum ini, kontribusi PLTBS sebesar 93% dan PLTD 7% dengan biaya pembangkitan listrik (cost of electricity, COE) sebesar $0,089per kwh, konsumsi BBM pertahun 442.369 liter, emisi CO 2 yang dihasilkan sistem sebesar 1.176.204kg/tahun atau berkurang sebesar 90 %. Kata Kunci PLTBS, PLTD, Simulasi, Homer, NPC, Emisi CO 2, COE. I. PENDAHULUAN eningkatnya konsumsi energi primer di Indonesia M (gambar 1.1) saat ini dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan peningkatan perekonomian. Sedangkan konsumsi energi ini tidak dibarengi oleh pasokan energi yang mencukupi sehingga berakibat pada naiknya harga energi (gambar 1.2). Gambar 1.1 Kebutuhan Konsumsi Energi primer Indonesia 1990 2010[1] Gambar 1.2Harga Energi dunia 1990 2010[2] Akibat dari kenaikan sumber energi, membuat setiap negara melalui instansi terkait, perusahaan maupun masyarakat berlomba untuk melakukan efisiensi energi. Hal ini dikarenakan kenaikan harga tersebut berakibat pada naiknya biaya berbagai sektor mulai dari penyelenggaranaan pemerintahan maupun kenaikan biaya produksi perusahaan. Ketika sektor produksi mengalami kenaikan maka hal ini akan berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat akibat dari harga jual suatu produk meningkat cukup signifikan. Jika hal ini tidak diatasi maka akan menghambat laju perekonomian bangsa dan masyarakat. Selain itu penggunaan energi fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara juga memunculkan isu lingkungan dalam hal emisi CCCC 2 dan pemanasan global.gas rumah kaca seperti karbondioksida (CCCC 2 ), korbonmonoksida (CCCC ), dannnnn 2 membentuk lapisan di atmosfir yang dapat menahan panas yang akan keluar dari bumi sehingga menyebabkan atmosfir bumi semakin panas (pemanasan global). Kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan di atas mendorong keluarnya kebijakan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang dituangkan dalam bentuk sasaran bauran energi primer nasional 2025 sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.3. Salah satu upaya untuk memenuhi target bauran energi nasional tersebut adalah menggalakkan penggunaan biomassa sebagai sumber energi.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2 daripada produksi nasional. Bahan bakar yang banyak digunakan di Indonesia sebagai sumber pembangkit tenaga listrik antara lain yaitu : minyak bumi, gas alam, dan batubara. Sedangkan hal itu berbanding terbalik dengan ketersediaannya. Hal ini dikarenakan energy fosil dari tahun ke tahun semakin menipis. Sehingga tuntutan untuk mengembangkan potensi energy baru dan terbarukan semakin besar. Pada tabel di bawah ditunjukkan potensi energy yang ada di Indonesia. Gambar 1.3 Sasaran bauran energi primer Nasional 2025[3] II. URAIAN PENELITIAN A. KONDISI KELISTRIKAN DI INDONESIA Kapasitas daya terpasang pada PLN di Indonesia terbagi atas daerah pulau jawa 69%, pulau sumatera 17%, pulau pulau lain 14%. Kapasitas daya setiap tahunnya mengalami pertumbuhan 13,6%. Konsumsi energi terus menaik setiap tahunnya, dalam rangka memenuhi pertumbuhan kebutuhan energi disetiap sektor seperti rumah tangga, industri, transportasi, pemerintah dan fasilitas umum. Peningkatan konsumsi energi ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin berkembang. Seperti yang terlihat pada tabel 2.1 yang menunjukkan laju pertumbuhan konsumsi energi. Tabel 2.1Perkembangan konsumsi energi indonesia[4] Wilayah 2005 2006 2007 2008 2009 Rata -rata Indonesia 106,09 111,48 119,97 127,63 133,11 6,1 Jawa - Bali 85,39 89,04 95,62 100,77 104,11 5,4 Sumatera 12,45 13,61 14,69 16,44 17,62 8,7 Kalimantan 3,48 3,64 3,92 4,24 4,65 7,3 Sulawesi 3,31 3,57 3,93 4,22 4,59 8,1 Indonesia Timur 1,45 1,61 1,81 1,96 2,15 10,4 Tabel 2.2 Potensi sumber energi fosil [3] J ENIS ENERGI FOSIL SUMBER DAYA CADANGAN PRODUKSI RASIO CAD/PROD (TAHUN) Minyak (miliar 86.9 9.1 0,387 23 barel) Gas (TSCF) 384.7 185.8 2.95 62 Batubara (miliar ton) 58 19,3 0.132 146 Tabel 2.3 Potensi sumber energi nonfosil ENERGI NON FOSIL SUMBER DAYA KAPASITAS TERPASANG Tenaga Air 75.67 GW 4.2 GW Biomass 49.81 GW 0.3 GW Panas Bumi 27.00 GW 0.8 GW Tenaga Angin 9.29 GW 0.0006 GW Mini/Micro Hydro 0.45 GW 0. 206 GW Tenaga Surya 4.80 kwh/m2/hari 0.01 GW C. PERKEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama tujuh tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan yakni berkisar 2,03% - 9,05% per tahunnya. Pada tahun 2004 lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia tercatat seluas 5,72 juta Ha, meningkat menjadi 7,95 Ha pada tahun 2009. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 2,03% dari tahun 2009 menjadi 8,11 ha (Gambar 2.1). Kondisi ketenagalistrikan Indonesia sesuai dengan RUPTL PLN 2010 adalah sebagai berikut : Kapasitas TOTAL INDONESIA 30,320 GW Saluran TRANSMISI 13.594 kms. Kapasitas Trafo Gardu Induk 8.895 MVA. Saluran Distribusi 620.000 kms. Kapasitas Trafo Distribusi 34.000 MVA. Jumlah Pelanggan : 39,2 juta orang. B. POTENSI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil di Indonesia merupakan energy primer karena sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia menggunakan energy fosil. Salah satu jenis energy fosil yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah minyak bumi. Sedangkan produksi minyak bumi dalam negeri tidak mampu lagi mengatasi permintaan, permintaan jauh lebih besar Gambar 2.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia 2004 2010 [5]

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3 D. SOFTWARE HOMER Homer adalah suatu model Micropower untuk mempermudah dalam mengevaluasi desain dari jaringan tunggal (grid-off) maupun jaringan yang terkoneksi dengan sistem (grid-connected). Dalam merancang sistem pembangkit harus diperhatikan mengenai konfigurasi sistem,diantaranya : komponen apa saja yang tidak dapat dimasukkan dalam konfigurasi sistem, berapa banyak dan dan berapa ukuran masing- masing komponen yang harus digunakan, banyaknya pilihan teknologi dalam penghitungan biaya dan ketersediaan sumber daya energi yang ada, optimasi Homer dan algoritma analisis yang sensitif dapat lebih mudah untuk mengevaluasi konfigurasi sistem dan banyak kemungkinan. Model ini dapat menganalisa stand alone sistem dengan menggunakan beberapa komponen generator diesel 2,5MW, Generator diesel 1MW dan generator biomassa. Gambar 2.4 Jumlah rata rata feedstok biomasa Flowchart Mulai Menentukan Komponen PLTBS Data Beban Harian Feedstock Biomassa Spesifikasi Alat dan Biaya Memasukkan Persyaratan Sistem Operasi Memasukkan Variabel Sensitifitas Konsumsi Beban Gambar2.2konfigurasi pembangkit ke dalam software homer Tabel 2.4 Rating Kompenen Peralatan Rating Niigata 2500 Cummin 1000 Biomassa 500 Potensi Feedstok Biomasa Berdasarkan potensi biomasa di Astra Agro Lestari, ratarata jumlah feedstok di ambil 40% dari produksi harian selama satu tahun dapat dilihat pada gambar 2.3 Membentuk Semua Kemungkinan Hitung NPC dan NPC dan COE Minimum Hasil konfigurasi Selesai Gambar 2.5 Flowchart program Gambar 2.3 Jumlah rata rata feedstok biomasa Beban Harian Data beban hariandiperoleh dari PT. Astra Agro, gambar berikut adalah kurva beban harian kebutuhan listrik. Dengan flow chart ini alur program dapat dilihat bahwa software homer dapat menentukan kombinasi pembangkit yang ideal dengan menghitung biaya-biaya sampai menentukan hasil dari biaya pembangkitan energi listrik/kwh.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 III. PEMODELAN DAN SIMULASI Pada hasil simulasi ini di dapatkan beberapa kombinasi dari beberapa kemungkinan yang ada. Kombinasi tersebut berdasarkan pada beberapa variabel yang telah ditentukan. Dalam hal ini akan di jelaskan hasil simulasi pada dua kondisi yaitu kondisi awal yaitu suatu kondisi dimana ada dua unit PLTD tanpa ada penambahan PLTBS, sedangkan pada kondisi kedua berdasarkan pada hasil simulasi yang paling optimal terdiri dari satu unit PLTBS dan dua unit PLTD. Dari sini akan terlihat bahwa konfigurasi paling optimal yaitu konfigurasi PLTD dan PLTBS. Hasil simulasi diurutkan berdasarkan kondisi paling optimal dan biaya yang terendah. Gambar 3.3Produksi listriksaat kondisi awal Tabel 3.1 Data Hasil Kelistrikan saat Kondisi Awal Komponen Produksi (kwh/yr) Kontribusi Niigata 2,5Mw 15,520,895 96% Cumin 1Mw 627,435 4% Total 16,148,330 100% Konsumsi BBM Kebutuhan BBM selama satu tahun adalah sebesar 5,341,827 liter, dimana penggunaan terbesar terdapat pada generator Niigata 2,5MW sebesar 5,038,968 liter dan Cummin 1Mw sebesar 302,859liter. Tabel 3.2 Jumlah konsumsi BBM saat Kondisi Awal Generator Konsumsi BBM (L/yr) Niigata 2,5Mw 5,038,968 Cumin 1Mw 302,859 Total 5,341,827 Gambar 3.1 Tampilan Hasil Simulasi Homer. A. Kondisi Awal Kondisi awal disini merupakan kondisi saat sebelum ada penambahan Biomassa. Simulasi ini digunakan sebagai pembanding antara sebelum adanya penambahan PLTBS. Kondisi awal ini sistem PLTD terdiri dari 2 unit PLTD dengan kapasitas 2500 kw (Nigata), 1000 kw (Cummin) dengan hasil simulasi sebagai berikut : Biaya-biaya Biaya biaya yang didapatkan dari hasil simulasi sistem kondisi awal ini meliputi Biaya pembangkitan (COE) sebesar $ 0.453 per kwh, Nilai bersih sekarang (Net Present Cost) sebesar $ 93.435.152 dan biaya pengoperasian sebesar $ 7.147.587 pertahun. Gambar 3.4 Cash flow saat kondisi awal Gambar 3.2 Data Hasil Simulasi pada kondisi awal Produksi Listrik Produksi listrik dihitung berdasarkan data pemakaian selama satu tahun dimana dalam satu tahun didapatkan kebutuhan listrik sebesar 16,148,330 kwh dengan kontribusi generator Niigata sebesar 96% atau 15,520,895 kwh dan Cummin sebesar 4% atau 627,435 kwh. Tabel 3.3 Total Biaya Komponen Biaya ($) Total net present cost 93,435,152 Levelized cost of energy (per kwh) 0.453 Operating cost (per tahun) 7,147,587 B. Kondisi Akhir HOMER mensimulasikan sistem PLTBS dan mengurutkannya dengan skala prioritas bertumpu pada NPC dan biaya pembangkitan serta emisi terendah.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 Gambar 3.5Data Hasil Simulasi saat kondisi optimum Produksi Listrik Produksi listrik dihitung berdasarkan data pemakaian selama satu tahun dimana dalam satu tahun didapatkan kebutuhan listrik sebesar 16,148,330 kwh dengan kontribusi generator Niigata sebesar 3% atau 446,292kWh dan Cummin sebesar 4% atau 627,435 kwh dan Biomasa sebesar 93% atau 15,074,603 kwh. Gambar 3.7Cash flowsaat kondisi optimum Tabel 3.6Total Biaya kondisi Optimum Komponen Biaya ($) Total net present cost 18,288,340 Levelized cost of energy (per kwh) 0.089 Operating cost (per tahun) 1,171,315 C. Dispatch Strategy Pada kondisi optimum didapatkan bahwa beban disuplai oleh Biomassa, diesel generator Niigata dan Cummin. Kurva beban dan kontribusi dari masing-masing pembangkit pada 1 januari seperti pada gambar di bawah. Gambar 3.6Produksi listriksaat kondisi optimum Tabel 3.4 Data Hasil Kelistrikan saat Kondisi Optimum Komponen Produksi (kwh/yr) Kontribusi Niigata 2,5Mw 446,292 3% BIOMASSA 15,074,603 93% Cumin 1Mw 627,435 4% Total 16,148,330 100% Konsumsi BBM Penggunaan konsumsi BBM mengalami pengurangan yang cukup drastis, hal ini dikarenakan adanya penambahan PLTBS yang tidak membutuhkan konsumsi BBM. Kebutuhan total BBM selama setahun pada saat kondisi optimum sebesar 442.369 liter dimana Niigata membutuhkan 139.510liter dan Cummin sebesar 302.859 liter. Tabel 3.5 Konsumsi BBM saat Kondisi Optimum Generator Konsumsi BBM (L/yr) Niigata 2,5Mw 139,510 Cumin 1Mw 302,859 Total 442,369 Biaya-biaya Biaya biaya yang didapatkan dari hasil simulasi sistem kondisi awal ini meliputi Biaya pembangkitan (COE) sebesar $ 0.089 per kwh, Nilai bersih sekarang (Net Present Cost) sebesar $ 18,288,340 dan biaya pengoperasian sebesar $ 1.171.315 pertahun. Gambar 3.8 Kurva beban harian Gambar 3.9 Kontribusi Biomasa, Generator Niigata dan Generator Cummin.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 Tabel 4.14 Rincian pembagian daya selama 12 jam End Time Primary Load Niigata Biomasa Cummin Total Load Served 1:00 1674 1674 0 0 1674 2:00 1788 0 1788 0 1788 3:00 1756 0 1756 0 1756 4:00 1772 0 1772 0 1772 5:00 1805 0 1805 0 1805 6:00 1838 0 1838 0 1838 7:00 1251 0 1251 0 1251 8:00 1547 0 1547 0 1547 9:00 1538 0 1538 0 1538 10:00 1534 0 1534 0 1534 11:00 1531 0 1531 0 1531 12:00 1612 0 1612 0 1612 D. Jumlah Emisi Jumlah emisi pada saat awal atau sebelum penggunaan biomasa dan sesudah penggunaan biomasa mengalami perubahan yang cukup drastic, terlihat seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3.7Perbandingan Jumlah Emisi Emisi Sebelum Optimasi(kg/ tahun) Setelah Optimasi(kg/ tahun) Karbondioksida, CO 2 14.066.788 1.176.204 Karbonmonooksida, CO 34.722 3.3 Hydrokarbon, HC 3.846 366 Particulate matter 2.617 249 Sulfur Dioksida, SO x 28.249 2.339 Nitrogen Oksida, NO x 309.826 29.446 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata ratasebesar 90% antara kondisi sebelum optimasi dan sesudah optimasi dengan perincian jumlah emisi CO 2 sebesar 12.890.584 kg/tahun, CO sebesar 31.422kg/tahun, HC sebesar 3.480 kg/tahun, Particulate matter sebesar 2.368kg/tahun, SO x sebesar 25.910kg/thun dan NOx sebesar 280.380 kg/tahun. IV. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada saat kondisi optimal yaitu penggabungan antara pembangkit listrik tenaga biomasa (PLTBS) dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan pembagian kontribusi sebagai berikut : PLTBS terhadap sistem sebesar 93% sedangkan sisanya sebesar 7% di suplai oleh PLTD. 2. Dengan optimasi menggunakan HOMER jumlahproduksi energi listrik PLTDmengalami penurunan sebesar 93% dari sebelumnya sebesar 16.148 MWh/tahun menjadi 1.073 MWh/tahun. 3. Konsumsi BBM mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 5.341 kiloliter/tahun menjadi sebesar 442kiloliter/tahun. 4. Setelah adanya optimasiharga per kwh menjadi sebesar $0,089 (Rp827,7 [6]) harga ini mengalami penurunan dari harga per kwh sebelumnya yang sebesar $0,45 (Rp 4.185). Penurunan biaya per kwh dikarenakan adanya penurunan 19% pada total NPC atau sebesar $ 75.146.812(Rp698.865.351.600), biaya operasi 83% sebesar$ 5.976.272(Rp55.579.329.600). 5. Pembangunan PLTBS dapat mengurangi jumlah emisi CO 2 sebesar 12.890ton/tahun atau sebesar 90% dari kondisi awal PLTD yaitu sebesar 14.066 ton/tahun. V. SARAN Dengan meningkatnya harga CPO yang saat ini Rp 9000 Rp 10.000 [7] maka jumlah produksi sawit semakin meningkat sehingga residu sawit akan semakin besar. Kedepannya diharapkan tidak hanya tandan buah segar (TBS) yang digunakan untuk bahan baku PLTBS tetapi juga cangkang sawit, mesocraf dan FOME. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang telah memfasilitasi penulisan penelitian ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembimbing yang selama ini membantu kelancaran penelitian ini dan juga semua pihak pihak yang telah membantu menyediakan data data penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] British Petroleum, Primary Energy Consumption 2011. <URL: http://www.bp.com>, Juni 2012. [2] British Petroleum, BP Statistical Review of World Energy June 2011, <URL:http://www.bp.com/statisticalreview>, Juni 2012. [3] Panitia Teknis Sumber Energi (PTE) Nasional, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 2025, 2007, Jakarta. [4] PT. PLN Persero, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN 2010 2019, 2010. [5] Badan Pusat Statistik, Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2010, 2010. [6] Bank Mandiri, Kurs Mata Uang, <URL: http://www.bankmandiri.co.id/resource/kurs.asp>, Juni 2012. [7] Bisnis Indonesia, Komoditas CPO,<URL: http://www.bisnis.com/articles/komoditas-cpo-hargadiperkirakan-stagnan-us$900-us$1-dot-000-slash-ton>, Juni 2012